Halaman

3 Mar 2014

Untukmu, Bu Guru! Part 2

Sambungan post sebelumnya...

Saya sempat jadi idola, pusat perhatian. Layaknya idola, dia lebih banyak dikenal ketimbang mengenal. Itulah juga yang terjadi pada saya. Saya sungguh-sungguh sudah lupa. Saya memang masih ingat namanya, lengkap. Tapi wajah dan bahkan mata pelajaran yang diajarkan beliaupun saya tak mampu mengingatnya. Mau bertanya? Saya sedikit trauma melakukannya. Seorang teman pernah komen di status saya. Meski menggunakan nama aslinya, saya sudah lupa siapa orangnya, maka saya bertanya sama teman yang lain. Bukannya menolong, dia malah mempermalukan saya.

“Hahaha… Siraul Nan Ebat tak kenal sama tetangganya sendiri”, katanya sambil mensyen yang bersangkutan. SIALAN ):

Tapi untuk guru yang sangat saya hormati ini, saya berusaha keras memperjuangkannya. Seorang teman sekolah yang kebetulan juga sama-sama berkarir di Batam sempat saya tanya.

Dengan sedikit curang saya pancing, “Anak Ibu xXx yang di Batam siapa sih?”

“Oh ya, Ibu itu dulu ngajar ‘Ibadah Syariah atau Bahasa Arab, ya?”

Dan lain-lain. Komplit memang si teman menjelaskan. Tapi hasilnya, nihil. Semakin panjang penjelasannya, semakin pusing pula saya mengingatnya.

Singkatnya, sehari sebelum Natal saya telpon guru tersebut, bermaksud besok menyambanginya. Sayang sekali ternyata dia sudah mudik, balik kampung. Saya menyesal. Sungguh menyesal. Saya banyak, teramat banyak melupakan teman lama, dan meski mematahkan hati, tapi saya masih bisa memaklumi. Tapi lupa terhadap seorang guru, sensasinya sungguh terasa beda.  Percayalah, saya tak bermaksud lupa, apalagi durhaka. Saya benar-benar menyesal. Entah kapan bisa bertemu lagi. Waktu terus berlanjut, mengikis kisah yang pernah kita rajut. Jarak membentang jauh, sementara kita terus merapuh. Banyak kenangan silam yang lupa saya rekam. Kisah baru menghapus memori lama. Maafkan saya yang tak berdaya melawan masa, tak mampu taklukkan waktu. Jasa hanya bisa dibalas doa.

Selamat malam guruku. 3 tahun darimu, adalah hidupku. 3 menit itu, akan kuingat selalu. 3 tahun yang membuatmu bangga padaku itu, akan menguatkanku sampai nanti, mati. 3 menit yang membuatku bangga padamu itu, akan kujadikan pengawal langkahku sampai nanti, mati. Terima kasih untuk semuanya. Semoga engkau dalam lindungan dan rahmahNYA selalu, aamiin…!

*Tak kuat saya saat menulis post satu ini.  Emosi yang saya rasakan saat menulisnya bisa membuat tulisannya jadi teramat panjang dan cengeng. Untuk nama, sengaja saya samarkan jadi xXx. Saya sungguh tak berani menulisnya. Banyak pembaca blog ini yang pernah jadi muridnya. Jika ada yang penasaran dan ingin tahu bisa hubungi saya via mana saja. Phone, sms, FB, Twitter, email atau eye to eye, hehe…! Mudah2an tulisan ini bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya, aamiin…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...