Saya sempat jadi idola, pusat perhatian. Layaknya idola, dia
lebih banyak dikenal ketimbang mengenal. Itulah juga yang terjadi pada saya. Saya
sungguh-sungguh sudah lupa. Saya memang masih ingat namanya, lengkap. Tapi
wajah dan bahkan mata pelajaran yang diajarkan beliaupun saya tak mampu
mengingatnya. Mau bertanya? Saya sedikit trauma melakukannya. Seorang teman
pernah komen di status saya. Meski menggunakan nama aslinya, saya sudah lupa
siapa orangnya, maka saya bertanya sama teman yang lain. Bukannya menolong, dia
malah mempermalukan saya.
“Hahaha… Siraul Nan Ebat tak kenal sama tetangganya
sendiri”, katanya sambil mensyen yang bersangkutan. SIALAN ):
Tapi untuk guru yang sangat saya hormati ini, saya berusaha
keras memperjuangkannya. Seorang teman sekolah yang kebetulan juga sama-sama
berkarir di Batam sempat saya tanya.
Dengan sedikit curang saya pancing, “Anak Ibu xXx yang di
Batam siapa sih?”
“Oh ya, Ibu itu dulu ngajar ‘Ibadah Syariah atau Bahasa
Arab, ya?”
Dan lain-lain. Komplit memang si teman menjelaskan. Tapi
hasilnya, nihil. Semakin panjang penjelasannya, semakin pusing pula saya
mengingatnya.
Singkatnya, sehari sebelum Natal saya telpon guru tersebut, bermaksud
besok menyambanginya. Sayang sekali ternyata dia sudah mudik, balik kampung. Saya
menyesal. Sungguh menyesal. Saya banyak, teramat banyak melupakan teman lama,
dan meski mematahkan hati, tapi saya masih bisa memaklumi. Tapi lupa terhadap
seorang guru, sensasinya sungguh terasa beda.
Percayalah, saya tak bermaksud lupa, apalagi durhaka. Saya benar-benar
menyesal. Entah kapan bisa bertemu lagi. Waktu terus berlanjut, mengikis kisah
yang pernah kita rajut. Jarak membentang jauh, sementara kita terus merapuh. Banyak
kenangan silam yang lupa saya rekam. Kisah baru menghapus memori lama. Maafkan
saya yang tak berdaya melawan masa, tak mampu taklukkan waktu. Jasa hanya bisa
dibalas doa.
Selamat malam guruku. 3 tahun darimu, adalah hidupku. 3
menit itu, akan kuingat selalu. 3 tahun yang membuatmu bangga padaku itu, akan
menguatkanku sampai nanti, mati. 3 menit yang membuatku bangga padamu itu, akan
kujadikan pengawal langkahku sampai nanti, mati. Terima kasih untuk semuanya. Semoga
engkau dalam lindungan dan rahmahNYA selalu, aamiin…!
*Tak kuat saya saat menulis post satu ini. Emosi yang saya rasakan saat menulisnya bisa
membuat tulisannya jadi teramat panjang dan cengeng. Untuk nama, sengaja saya
samarkan jadi xXx. Saya sungguh tak berani menulisnya. Banyak pembaca blog ini
yang pernah jadi muridnya. Jika ada yang penasaran dan ingin tahu bisa hubungi
saya via mana saja. Phone, sms, FB, Twitter, email atau eye to eye, hehe…!
Mudah2an tulisan ini bermanfaat dan bisa diambil hikmahnya, aamiin…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar