Tak mudah untuk mengumbar
janji di Indonesia. Jangankan untuk menepatinya, untuk sekedar mengucapkannya
saja tak sedikit biayanya. Butuh uang banyak agar ada yang mau mendengarkan janji
kita. Padahal kita ingin sebanyak-banyaknya orang yang mau mendengar. Padahal
itu baru untuk sekedar agar mereka mau mendengar janji kita. Itulah dia
kampanye, hehehe… (:
Ratusan juta mesti
digelontorkan kepada massa, agar mereka bersedia mendengar janji-janji yang
akan diumbar. Itu pun masih jauh dari cukup, sebab yang bersedia mendengar
janji itu juga ingin agar selain mendengar politisi berjanji, mereka juga ingin
mendengar artis dangdut bernyanyi. Juga tak remeh, karena mustahil mengajak
‘penyanyi kawinan’ yang dibayar murah. Mereka butuh penyanyi beneran plus
dengan goyangnya sekalian, wkwkwk…! Cukup? Belum, karena itu baru ongkos untuk
kampanye di satu lokasi. Padahal ada ratusan titik kampanye di seluruh
Indonesia selama 2 minggu ini. Sumpah, saya sendiri bingung mengkalkulasi
biayanya (:
Ternyata belum selesai
teman-teman. Janji yang diucapkan itu, selain butuh didengar dia juga butuh
dipercaya. Dan agar dipercaya itu juga tak mudah. Apalagi percaya terhadap
politisi. Kepercayaan timbul dari integritas yang dijaga secara konsisten.
Padahal sudah rahasia umum pula bahwa banyak politisi yang diragukan
integritasnya. Jadi normal saja jika mereka sulit untuk dipercayai.
Karena tak mudah untuk
mendapatkannya, maka kepercayaan itu mesti dibeli. Setiap yang dibeli juga ada
harganya. Setiap yang berharga mesti dikaitkan dengan uang. Itulah kenapa ada
yang namanya serangan fajar. Agar orang percaya dengan janji, mereka juga mesti
diberi uang.
Selesai? Oooh, masih berat
perjuangannya, teman! Meski sudah dibeli, ternyata kepercayaan itu belum tentu
dimiliki. Sebab selain kampanye janji-janji manis, ada juga yang meyerukan
penipuan.
“Ambil uangnya, jangan pilih
orangnya…!
Inilah kampanye yang paling
aneh dan unik. Cuma di Indonesia ada penipuan yang dikampanyekan, hahaha…!
Kampanye ini sungguh menghasut, sebab diserukan langsung oleh artis, selebritis
dan tokoh-tokoh terkenal.
Apa jadinya Indonesia, jika
pemimpin dan yang dipimpin sama-sama berniat menipu. Pemimpin menawarkan uang
demi proyek jangka panjangnya. Rakyat mengambil uangnya demi solusi sesaatnya.
Yang lebih gawatnya, penipuan berencana itu malah dikampanyekan oleh para
aktivis, yang mestinya berperan aktif dalam mendidik kecerdasan pemilih.
Sungguh tak mudah dan tak
murah biaya untuk mengumbar janji itu. Anehnya, meski ongkos janjinya besar,
tapi tak berniat pula untuk menepatinya. Bodoh itu atau bukan? Dosa kok
dibeli…?
*Selamat Pagi…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar