Kurang lebih 15 bulan, sekitar 2 Minggu sebelum Natal 2012
yang lalu saya ditelpon oleh seorang guru MTs (saya bukan lulusan SMP, hehehe…)
saat masih sekolah di kampung dulu. Tak banyak yang kami bicarakan saat itu. Say
Hello, saling tanya kabar dan sedikit bullshit dan selesai. Meski cuma bicara
sekitar 3 menitan, sensasinya masih saya rasakan sampai sekarang ini. Sungguh,
mengingatnya saya benar-benar merasa keren. *Ini apa sik…?
“Hallo, Ini Asrul
Khairi , kan ? Saya Bu
xXx, masih ingat, kan ?
Gimana kabarnya sekarang, bla…bla..bla…!”
“Yaa ingat lah Bu’. Ibu gimana kabarnya? Sehat-sehat saja kan ? Masih ngajar di sana , Bu’? bla…bla…bla…!”
Lalu kerennya di mana? Apa yang membuat saya berhak keren?
Agar lebih mudah memahaminya, saya ceritakan sedikit sejarah akademis saya.
Tahun 1988 saya lulus TK dengan prestasi memuaskan, hahaha…!
Ga penting ya? Saat itu Dian belum lahir, wkwkwk…! Ga penting juga ya…? Lulus
TK saya masuk SD dan tamat tahun 1994, juga dengan prestasi memuaskan, hahaha…!
Ga penting juga ya? Oh ya, saat itu Dian sudah berumur 1 tahun, dan lagi-lagi
ga penting untuk saya kasih tau (: Lulus SD, saya sekolah di sebuah sekolah
agama, MTs dan lulus pada tahun 1997. Tetap donk, dengan prestasi yang Insya
Allah tidak mengecewakan. Dan setelah itu barulah saya merantau ke Batam,
melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah teknik (SMK) di Batu Aji, sekolah 3
tahun dengan prestasi yang amburadul, hahaha…! Oh ya, bagi yang menganggap saya
lulusan UPI YPTK Padang Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak itu seperti yang
terpajang di Facebook, abaikan saja. Itu HOAX. Seorang teman yang entah kenapa
menganggap saya sebagai teman almamaternya memasukkan saya sebagai anggota di
situ. Sebagai teman yang baik, yaa saya tentu tak ingin mengecewakannya, donk!
Makanya saya accept saja permintaannya tersebut, hehehe…!
Bagaimana dan dengan siapa saya tinggal di Batam rasanya tak
terlalu penting saya ceritakan. Intinya, tak mudah hidup di Batam. Prestasi
terbaik saya selama dirantau ini adalah punya ongkos mudik sebanyak 2X,
hahaha…! Dan itu sungguh bahaya.
Prestasi masa kecil yang tak perlu saya umbar di sini banyak
meninggalkan warisan kenangan indah bagi kampung saya. Saya jadi ikon
kebanggaan kampung. Saya jadi rule standart pendidikan anak. Bahwa jadi anak
ideal itu seperti Siraul. Saya jadi terkenal, selebriti di kampung sendiri.
Sekarang, setelah sekitar 15 tahun berlalu tanpa pernah
ketemu sama sekali, guru saya ini menelpon, memanggil dengan nama asli tanpa
keliru lafal sama sekali. Woow…! Ditelpon seorang guru setelah begitu lama tak
bertemu saja sudah buat saya merasa megah. Apalagi dia memanggil dengan sebutan
layaknya absensi kelas: Asrul Khairi.
Nama saya memang bagus, tapi pasti tak mudah mengingatnya,
menghapalnya. SANGAT BANYAK teman yang sudah lupa nama KTP saya itu. Bukan
karena mereka sengaja untuk lupa. Mereka lupa tanpa sengaja. Jangankan untuk
mengingatnya, untuk mengucapkannya saja terkadang mereka keseleo lidah.
Jadi wajar donk, jika
saya merasa keren. Untuk hal beginian, level Dian jelas jauh di bawah saya,
hahaha…! Baru tamat 2 tahun saja, sang guru sudah lupa namanya, wkwkwk…! Suerrr…!
Ga’ ngintip kok! Ga sengaja aja liat. Makanya, untuk yang beginian, jangan di
status, via inbox aja, hahaha…!
”Ibu sekarang lagi di Batam, tempat anak Ibu. Kalau sempat main-mainlah ke
sini! Ibu pengen ketemu”, katanya.
Saya senang bukan kepalang. Tentu saja pintanya itu saya
iyakan, meski kemudian jadi galau berkepanjangan.
Kenapa galau? Di post berikutnya saja, ya… (:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar