Halaman

22 Mar 2014

Salah Nge-Date Part 3

Sambungannya lagi, nih...!

Katanya dia sudah coba cari gantinya. Sudah cari dimana-mana katanya sudah tak ada yang jual. “Saya akan usahakan lagi”, katanya sambil coba menawarkan buku pengganti yang dibawanya, sebagai jaminan.

Oke, niat baiknya untuk mengganti saya maklumi. Tapi karena buku yang ditawarkan sebagai jaminan sama sekali jauh dari minat saya, yaa saya tolak saja. Takkan saya baca percuma, kan? Daripada tak terawat dan dibiarkan begitu saja lebih baik bawa pulang saja. Oke, masih dalam suasana damai. Masih sama-sama akrab menikmati gorengan. Sesekali menceritakan betapa garingnya suasana kerja tanpa saya, hahahak… (:

Masalah muncul ketika dia mau pamit pulang!

“Tapi gimana Bang, kalau aku mati sebelum bisa menggantinya?”

Blunder. Apa pentingnya sih, pertanyaan begitu?

“Yaa, penting donk, Bang. Soalnya kan aku punya hutang sama Abang?”

“Yaa, hutang mesti dibayar. Syuhada mati syahid pun bisa di-veto hak surganya sampai dia melunasi hutangnya”

“Iyyaa, aku tau. Tapi bagaimana kalau aku mati sebelum sempat membayarnya?”

“Yaa, itu urusanmu!”

“Abang ikhlas ga?”

Sungguh, bersabar terhadap kezaliman rasanya lebih enteng ketimbang berhadapan dengan manusia cerewet. Tanpa control, rasanya sudah meledak ini kemarahan di ubun-ubun. Sudahlah gagal kencan, malam mingguan sama Dian, wkwkwk….*baru deh saya ingat sama Dian (: dengan lugunya dia buat saya makin pusing.

“Pulang kau, cepaaaat…! Tak usah kau ganti!”

“Tapi itu kan hutang aku, Bang…!”

#$^%@&@(@?@!Rp(*&#^^...

“Sini duit kau, biar aku beli sendiri gantinya!”, sudah tak sanggup lagi saya tahan amarah.

Dia berikan uang Rp100.000,-. Saat kubeli buku itu harganya Rp75.000,-.

“Kembaliannya sudah, buat abang saja”, katanya.

“Oke. Ikhlas, kan? Ayoo, salaman!”

Horeee, salaman (:

“Oke, aku ikhlas, Bang! Aku pulang yaa…! Cukup taulah aku, abang orangnya gimana?”

Blunder lagi ni anak.

“Hoy, sini kau! P8888x!”, Demi Allah, rasanya sudah lama sekali saya tidak pernah mengucap begitu. “astagfirullahaladziim….!”

“Ambil lagi uang kau!”

“Ga, ahh…! Buat abang aja!”

“AMBIL….! ATAU KUKOYAK…? Tak perlu kau ganti! Sudah jelas tadi kita salaman. Sudah baik-baikan. Cukup sampai di sini, kan? Kenapa kau ngomel2 lagi, HAAAAAAH…?”

“Ga, Bang! Aku ikhlas. Buat abang aja uangnya!”

“AMBIL….! P8888x…! Pulang kau, CEPAAAAAAAT….!”

Tutup pintu, sholat Isya…!

MARAH BESAR adalah cara buruk paling cepat untuk menyelesaikan masalah.

“Astagfirullahaladziim….!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...