Halaman

6 Okt 2017

Surat Terbuka Untuk DPR

Selamat Pagi, Bapak-bapak yang mewakili saya di DPR...!

Sebagai rakyat saya betul-betul marah bila persoalan import senjata oleh Polri ini 'dianggap telah selesai' setelah 'senjata itu akhirnya dititip' pada TNI. Persoalannya tak sesederhana itu. Bagaimana urusannya dengan pertanggungjawaban penggunaan anggaran oleh Polri. Itu yang digunakan uang rakyat lho! Saya sebagai rakyat berhak penuh meradang dan minta pertanggungjawaban hukum.

Mereka menangkapi ulama-ulama saya. Sebaliknya mati-matian melindungi para penghina dan pemfitnah ulama. Sementara tiap hari mereka habiskan uang rakyat untuk keperluan syuting pencitraan 86 di Net TV. Memberi tauladan dan mengayomi masyarakat, hueeeks...! Ini betul-betul memantik amarah saya. Saya tak bisa menduga apa jadinya bila saya punya tipi sendiri dan tak menonton di rumah kenalan, dan tipinya juga alpa diasuransikan. Akting mereka sungguh sangat menjijikkan. Tak semua polisi buruk, sebab tiap hari saya masih selalu melihat ada  saja diantara mereka yang ikut berjamaah sholat di mesjid sekitar tempat saya tinggal. Tapi yang pasti mesti ada bertanggungjawab, khususnya masalah soal penggunaan anggaran kasus import senjata illegal tersebut.

Pak DPR yang terhormat,
Saya tak peduli apa job spesification bapak di Senayan sana. Waktu itu saya hanya memilih orang yang saya percaya untuk mewakili dan memperjuangkan aspirasi saya, apapun itu jenisnya. Dalam soal import senjata ini saya minta semua oknum yang terlibat harus dipecat dan penjara. PECAT DAN PENJARA. Saya tak rela masih menggajinya tiap bulan hanya karena diberi sanksi mutasi seperti lazimnya. Dan mereka harus disebut sebagai kriminal berat, bukan sebagai pelanggar prosedur apalagi cuma disebut melanggar kode etik.

Pak DPR yang terhormat,
Mohon tersinggunglah! Semakin banyak demo terhadap pemerintah adalah indikasi bahwa kalian telah gagal mewakili kami. Bisa gagal walau telah memperjuangkannya, tapi bisa juga gagal karena kalian memang tak berbuat apa-apa. Soal Freeport atau reklamasi, apa yang telah kalian perjuangkan. Pemerintah memalak kami, sampai harga, merk, tahun pembuatan dan kondisi terakhir celana dalam kamipun mesti didata untuk urusan pajaknya, dan kalian merasa tenang-tenang saja! Presiden menaikkan tarif listrik, BBM dan yang menyangkut hajat hidup orang banyak lainnya dengan diam-diam, dan kalian cuma diam saja tanpa merasa tersinggung telah dilangkahi dan dilecehkan begitu saja? Punya harga diri ga sih?

Karena itu mohon perjuangkan aspirasi saya yang satu ini! Malu donk, sama buruh! Mereka lebih militan perjuangkan kesejahteraan rakyat, bila perlu sampai mesti 'perang' lawan aparat. Jangan sampai saya (kami) juga mesti minta tolong mereka untuk memperjuangkan aspirasi kami yang sebetulnya adalah tugas kalian. Jadi tolong berjuanglah! Proses hukum, pecat, tangkap dan penjarakan para polisi makar tersebut.

Sekian, terima kasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...