Suara tipinya bila malam, terdengar sampai di rumah saya. Begitu dekatnya jarak rumah kami. Bila perlu, komunikasi antar kami cukup dengan saling berteriak dari dalam kamar di rumah masing-masing. SD dan MTs kamipun di sekolah yang sama. Pun begitu di MDA-nya. Maka baik di rumah atau juga di sekolah, kami selalu bertemu muka.
Tapi hubungan pertemanan kami tak bisa dibilang baik. Dia adalah teman cewek yang paling menyebalkan dalam pandangan saya. Pun begitu sebaliknya. Di matanya saya adalah cowok yang sama sekali tak asyik diajak berteman. Nyaris setiap pertemuan ada saja materi yang akan kami pertengkarkan. Bukan pertengkaran mulut biasa, kadang malah terjadi perang fisik, dan saling berbalas pukulan. Hingga tiba saatnya saya melanjutkan ke SMK di Batam, sementara dia lanjut SMA nya tetap di kampung.
Jauh-jauh merantau di Batam, ehh gurunya malah tetangga saya sendiri, Uni dari teman cewek saya tadi. Hidup saya ajaib, kan? Tunggu dulu, ceritanya belum selesai.
Tetangga saya tersebut mulai mengajar pada saat saya kelas dua SMK. Yaah, walau tepatnya 'tak pernah benar-benar jadi guru saya', bagaimanapun dia adalah guru di sekolah saya. Dia mengajar di jurusan yang berbeda dengan saya. Seingat saya dia cuma pernah mengajar sekali, itupun karena mengisi kekosongan kelas karena sekolah kami yang baru berumur setahun tersebut memang masih kekurangan guru. Selain itu kami cuma pernah sekelas kala ujian Catur Wulan, saat dia kebagian giliran menjadi pengawas di kelas saya.
Satu kali, teman cewek saya tersebut 'main-main' ke Batam. Kakaknya tinggal di guest house sekolah karena guru-guru baru yang rata-rata berasal dari luar daerah memang sementara waktu diberi fasilitas tempat tinggal di guest house sekolah. Beberapa kali dia terlihat main-main di sekolah. Teman-teman tentu saja tahu bahwa saya adalah tetangganya di kampung. Anak SMK dari jenis STM tentu bisa kita bayangkan sendiri ghirah mereka begitu melihat makhluk Tuhan dari jenis manusia cewek. Entah beneran dia cantik atau tidak, tapi teman-teman saya terlihat 'begitu anarki' saat melihatnya. Kalau dibanding keseluruhan teman cewek satu sekolah saya yang cuma belasan orang itu, barangkali benar teman kampung saya ini jadi terlihat lebih menonjol. Tapi yang pasti buat saya dia tetap seorang 'musuh lama' yang kebetulan saja bertemu di suatu kota. Tapi ternyata cerita tak sampai di situ saja.
Tamat sekolah di kampung ternyata dia ikut menyusul kakaknya tersebut, merantau di Batam. Itu saya ketahui belasan tahun kemudian, ketika dunia sedang demam Facebook. Kami memang berteman di Facebook, dan dari pengakuannya dia juga telah belasan tahun merantau di Batam. Setiap diundang mengunjunginya saya tak pernah datang. Saya ini seniornya jika soal merantau. Jadi mesti dia yang duluan mendatangi saya, hahaha...!
Tapi akhirnya keingingan saling bertemu dua orang 'musuh lama' ini kesampaian juga. Lebaran tahun kemaren kami ternyata sama-sama mudik, hahaha...! Merantau di daerah yang sama, nyatanya bertemu di kampuang jua. Di rumahnya sedang ada acara aqiqahan. Ternyata aqiqahan anaknya. Dan mau tahu, ternyata suaminya adalah teman SMK saya di Batam, hahaha...!
Masya Allah, Allahu Akbar...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar