Halaman

2 Okt 2017

Komentar Ge Pamungkas dan Raditya Dika

Ge Pamungkas :Di luar masalah grogi tadi, gue sebetulnya sangat suka materi stand up nya. Dia ini cerdas. Terlalu cerdas malahan. Tapi dalam dunia stand up komedi, gue rasa dia berat untuk naik. Gue takut dia justru gagal karena materinya yang terlalu cerdas tersebut.

Andhika Host :Loh, bukannya malah materi cerdas itu bagus?

Gilang Host :Tak cuma cerdas, tapi juga mencerdaskan. Materinya banyak mengajak kita untuk berpikir.

Ge Pamungkas :Justru itu. Tadi gue sempat diskusi sama Radith soal beginian. Susah, kalau materinya terlalu cerdas. Aduhhh! Gimana jelasinnya ya?

Andhika Host :Materi cerdas kok salah? Gimana nih menurut mentornya, Mo Sidik?

Mo Sidik :Ntah! Gue juga bingung maksudnya si Ge.

Gilang Host :Menurut penonton gimana? Mana pendukungnya Raul?

Andhika Host :Penonton setuju sama Ge?

Penonton :Huuuu...!

Penonton :Hidup Raul...!

Penonton:Raul Yes, Ge No...!

Ge Pamungkas :Secara pribadi, dia favorit gue. Tapi gue takut dia bakalan gagal di dunia stand up komedi. Kan sayang banget!

Raditya Dika :Gini...gini...! Gue setuju sama Ge.

Penonton :Huuuu lagi....!

Raditya Dika :Dalam catatan gue, dia gagal mencapai Gerrr Per Seken yang diharapkan.

All : (hening)

Raditya Dika :Beat-beatnya keren harus kita akui. Mestinya GPSnya itu tercapai. Tapi kenyataannya kan tidak? Selama dia tampil kita lebih banyak bengong atau melongo ketimbang tertawa. Kenapa? Mentornya bisa bantu jawab?

Mo Sidik :Kalau gue lihat tadi kayaknya tepuk tangan penonton justru paling meriah ketimbang 3 komika lain yang duluan tampil.

Raditya Dika :Justru itulah dia, Mo! Saat dia tampil membawakan materinya kita cuma mampu semacam terperangah. Setelah selesai baru semua bertepuktangan. Sebab, kita semua terlambat menangkap maksud dari materi yang disampaikannya. Itu semua karena materinya yang terlalu cerdas.

All : (hening)

Raditya Dika :Oke, gue lanjutin ya! Hal itu diperparah oleh kegemarannya memainkan beat-beat zonal jokes. Maksud gue, joke-joke nya hanya bisa dipahami oleh orang-orang yang mengenal atau pernah punya sejarah dengannya. Eko tadi bener bilang bahwa beat-beatnya terjaga dan nyambung. Siapa sangka gagal jadi komandan upacara itu ternyata ada kaitannya dengan panen cabenya yang laku keras diborong teman-teman sekelasnya? Dan kita dipaksa berpikir apa kaitannya, sementara beat-beatnya terus berjalan. Padahal orang-orang nonton stand up komedi kan untuk mendapat hiburan, bukan untuk berpikir. Gue takutnya kita udah vote, sebulan habis itu baru nyadar kalau lawakannya itu lucu. Kan sayang banget!

Ge Pamungkas :That's the point. Itu yang gue maksud tadi.

Raditya Dika :Mo Sidik sebagai mentor emangnya ga bisa melihat kebiasaannya bermain beat-beat begitu?

Mo Sidik :Gue sih udah usaha mengingatkan, Dit! Tapi yaa, begitulah. Sama dia pokoknya Rani harga mati terus.

Raul :Oke, tak usah nyalah-nyalahin mentor saya. Selain gembrot, Mo Sidik tak salah apa-apa.

Mo Sidik :Gue ga gembroooot...! Ini tuh chubby tau?!

Karni Ilyas :Kalau kau memasak, bagilah tetanggamu. Sebab bila dapat bersinnya tak dapat masakannya, itu adalah kerugian yang nyata, sabda Raul. Kita rehat sejenak...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...