Awalnya mereka mengincar seorang pengendara motor yang kemudian nekad menerobos lampu merah. Selanjutnya, dua orang polisi tersebut melihat mangsa lain yang dijamin juga empuk. Pasangan muda-mudi yang mungkin belum resmi yang berhenti tepat di depan saya. Mau kabur tak mungkin, sebab kami berhenti pas di tengah-tengah barisan mobil yang berbaris di samping kiri dan kanan, tengah menunggu lampu hijau menyala.
Saya yang berhenti tepat di belakang awalnya kurang ngeh, apa kesalahan yang mereka lakukan. Ooo, rupanya si cewek yang dibonceng tidak mengenakan helm. Waaah, sasaran empuk nih! Pasti jauh lebih produktif ketimbang mesti berurusan dengan pemuda botak yang kabur tadi.
Sambil tersenyum munafik polisi tersebut menyapa si cowok, meminta diperlihatkan SIM dan STNK motornya. Ada, dan polisi tersebut meminta mereka mengikutinya ke pos, untuk membereskan persoalannya. Saya sendiri bisa menduga ending dari persoalan tersebut. STNK akan dikembalikan dengan barteran uang sedikitnya 150an ribu rupiah.
Pertama persoalan gengsi. Melihat tampilan sang cewek yang cantik, rasanya si cowok ogah bernegosiasi alot dengan si polisi. Berikutnya, negosiasi dilakukan di 'sarang macan' dan disaksikan pula oleh polisi-polisi macan lainnya. Metode intimidasi pengecut ala polisi tanah air kebanyakan.
Tapi yang ingin saya ceritakan sebetulnya adalah, bagaimanapun citra tetap dibutuhkan untuk menyelimuti bobrok yang tak kasat mata. Andai saja saat itu si cewek yang dibonceng juga mengenakan helm, tentu keadaannya bisa beda. Andai saja yang saat itu saya bertindak gugup, keadaan juga berbahaya. Karena bila ternyata saat polisi tersebut juga memeriksa saya, maka si polisi bisa saja untung besar, karena saya memang sedang 'punya uang', tapi tak punya SIM, dan tak memegang surat-surat kendaraan tersebut, hahaha...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar