Halaman

4 Okt 2013

Noda di Keluarga Saya

Posting Hari Ke-5

Dear Bu Walkot yang cantik,…

Terima kasih atas konfirmasinya atas proposal pertemanan yang saya ajukan. Marga saya juga Chair lo, Bu’, sama seperti suami Ibu itu! Nama lengkap saya Asrul Khairi. Sodara-sodari saya juga banyak. Khairil yang itu, Kairil yang ini, Khairul yang itu, Khairul yang ini, Khairunnisa yang itu, Khairunnisa yang ini, Khairani yang itu atau Khairani yang ini dan banyak lainnya. Semua mereka baik selayak namanya. Tapi kenapa Ibu memilih Chair yang itu sebagai suami?

Orang-orang memilih Ibu jadi pemimpin. Tapi ironisnya, Ibu sendiri keliru memilih suami. Ibu cantik, masih muda dan malah saya pikir Ibu adalah pejabat termuda di Indonesia ini. Masih 37 tahun. Sebagai penggemar wanita cantik tentu saya juga suka sama Ibu. Masalahnya, kenapa Ibu memilih dia? Padahal kita juga sebaya lho Bu’, meski memang Ibu lebih tua.

Chair itu berasal dari Bahasa Arab. Jika dimutasikan ke Indonesia artinya: baik. Tapi apalah artinya baik, tapi sebagai sebutan belaka. Mending namanya Ujang Bu’, asal nyata baik kelakuannya.

Saya menyesal terlambat berteman dengan Ibu. Tapi lebih menyesal lagi, kenapa Ibu keliru memilih suami sendiri. Bahaya lho Bu’ salah memilih. Ibu pemimpin suatu kota. Ibu bisa bayangkan. Jika pemimpin saja salah memilih, bagaimana mungkin berharap rakyat memilih yang benar. Pemimpin mesti mengajarkan pendidikan politik bagi yang dipimpinnya. Tapi pasti sulit berharap, jika pemimpin itu saja gagal dalam memilih suaminya sendiri.

Sungguh Bu, betapa bahayanya keliru memilih. Apalagi pemimpin yang keliru memilih. Apalagi jika memilih cuma berdasar info dari KTP bahwa orang ini namanya ‘Baik’. Ibu ingat, kan Gayus Tambunan? Dia mengaku duitnya cuma terima 1.5 Milliar, padahal kata Majalah Tempo jumlahnya 1.7 Trilliun. Begitulah Bu’ kalau keliru memilih. Orang yang tak bisa menghitung duitnya sendiri diterima jadi PNS. Ditempatkan pula di bagian keuangan.

Apa boleh buat, ikan asin sudah dicopet kucing. Sekarang suami Ibu sudah ditangkap KPK. Rela atau terpaksa, Ibu pun akan terjerat soal kasusnya. Masa depan Ibu ke depannya bagaimana? Ibu mesti pikirkan itu!

Saya marah sama Ibu. Ehh bukan, lebih tepatnya marah sama suami Ibu, Tubagus Chaery Wardhana. Ibu mesti bilang sama dia. Dia sudah bikin malu marga Chair. Buat malu keluarga. Chair adalah predikat tertinggi soal prilaku. Dan dia, suami Ibu itu sudah mencoreng arang hitam di muka keluarga kami, keluarga Chair.

Note: Kalau Ibu kenal sama Chairun Nisa yang di DPR itu, tolong katakan hal yang sama sama dia, yaa…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...