Si Benu, seleb ke 2 ini postingannya (hampir) tak ada bagusnya.
Selain postingan proses syuting, behind the scene, promosi sinetron dan acara
TV-nya, juga upload gambar-gambar koleksi tas, sepatu, dan sebagainya plus
foto-foto narsis. Sesekali sih ada juga tulisannya tentang kehidupan sosial,
alam. Tapi itu juga tak sering dan pendek pula.
Terus bagusnya apa?
Saya sendiri bingung, hahaha…! Oh ya ada yakni tema ‘Quote’.
Saking bagusnya tulisan ini saya malah tak mengerti sama sekali, sebab
berbahasa Inggris, hahaha…!
Tapi satu alasan saja kenapa saya follow blog ini. Dia
selalu mengingatkan saya untuk selalu bersyukur. (Hampir) tiap Jum’at malam dia
selalu post soal kegembiraan yang diraih selama seminggu berjalan. Buat saya
kegembiraan adalah segalanya. Saya nyaris terhasut karena postingan rutinnya
itu. Seperti juga banyak dianjurkan oleh aneka buku motivasi dan pengembangan
diri, saya juga sudah persiapkan satu buku kecil untuk dicatat tiap hari soal
kegembiraan yang saya raih. Lihat juga beberapa post saya sebelum ini yang
cukup banyak saya pamer kegembiraan. Sampai satu saat dan ini gegara Dian lagi,
hahaha…!
Saya sempat tulis bahwa meski kehilangan Dian, saya tetap
bisa gembira. Banyak memang koleksi kekecewaan dan kesedihan saya. Tapi dengan
rumus membalik logika, ternyata kegembiraan saya tak kalah ramainya. Jadi bisa
dibayangkan gempitanya perasaan saya saat kami berdua memutuskan islah,
hahaha…!
Akibatnya, saya malah jadi sulit untuk menuliskan dan
posting soal kegembiraan saya. Sebab terlalu banyak. Saya pikir lagi, ternyata
anjuran untuk menuliskan aneka kegembiraan itu justru rawan terhadap kufur
nikmat, lho…?
Kegembiraan yang saya raih sudah terlalu banyak, dan saya
bersyukur untuk itu. Makin banyak yang bisa saya tulis makin meningkat pula
rasa syukur saya. Saya mengerti perintah Al-Quran, siapa bersyukur nikmat akan
ditambah. Rumus itu saya terapkan terus. Maka saya makin bersyukur. Makin saya
bersyukur, makin bertambah kegembiraan saya. Bertambah kegembiraan, bertambah
juga rasa syukur saya. Eee tapi semakin saya bersyukur, ternyata pada saat yang
sama saya malah semakin kufur akan nikmat.
Semakin banyak yang saya tulis, semakin melupakan saya akan
nafas yang masih bertiup, jantung yang masih berdetak, darah yang masih
mengalir. Saya lupa, bahwa saat gatal saya bisa menggaruk. Lupa bahwa, saya bisa
mencapai toilet tepat waktu. Lupa bahwa, makanan di kantin tadi siang tak ada lagi
lalat atau rambut. Lupa bahwa, tak ada yang menyadari saat tadi saya kentut.
Karena, semua itu tak pernah saya tulis di buku syukur saya itu.
Astagfirullahaladziim…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar