Sebagai penulis saya cuma ingin menulis. Jika diusut lebih
seksama lagi, sebenarnya saya tak layak disebut penulis. Sedikit lebih
cenderung ke pemikir kayaknya, hahaha…! (merendahkan diri meninggikan mutu).Tapi
memang saya punya banyak ide, hahaha…lagi :D. Persoalannya, kaya ide belum
tentu kaya hasil. Banyak yang bisa melahirkan ide-ide hebat, tapi bingung dalam
mewujudkannya menjadi suatu karya. Saat kampanye sebelum terpilih, para
pemimpin saling balap melontarkan idenya untuk begini begitu. Begitu terpilih
dan hingga tiba pada akhirnya, banyak ide-idenya yang gagal terlaksana dan
tinggal sebagai wacana saja. Teori itu semudah menggaruk tapi prakteknya bukan
main menyebalkan serupa gatal, hahaha….! (kumat lagi).
Saya tahu persis gaya
si Robben menggocek bola dan mencetak gol selalu sama. Dari pinggir lapangan,
gocek masuk ke tengah arah kotak penalty dan kemudian tembak pakai kaki kiri.
Gool…! Tendangan bebas Beckham selalu mengarah ke pojok kiri atas gawang.
Roberto Carlos tak pernah menggunakan kaki kanannya (???) dalam mengoper
apalagi menembak bola. Demikian detil pengetahuan saya, tapi jangankan
dipercaya sebagai pelatih tim klub sepakbola, sekadar jadi komentator di Siaran
Langsung tipi pun saya tak dianggap.
Saya punya banyak ide. Tapi untuk merangkumnya jadi sebuah
tulisan itu sungguh tak mudah. Biasanya, ide itu saya pecah-pecah di Facebook
atau Twitter. Nah, jika ada komentar atau replay dari situlah kemudian saya
melihat ruang untuk saling menambal sulamnya jadi satu tulisan yang utuh. Gaya tambal sulam inilah
biasanya yang saya terapkan diblog. Sulit untuk menghasilkan jahitan bagus
lewat gaya
menyulam tapi pakai menambal itu. Lihat saja betapa banyak tulisan saya yang
gagal nyambung tiap paragrafnya. Tapi entahlah, yang penting saya menikmatinya,
kok… :D
Nah, itu yang terpenting. Saya menikmati tulisan saya
sendiri. Saya tak pernah peduli siapa yang akan baca. Karena itulah maka saya
sama sekali tak punya minat terhadap SEO-SEO an. Saya tak pernah pusing soal
index di Google. Saling komen apalagi saling follow. Jika ingin komen yaa komen
saja. Mau follow yaa follow saja. Mau baca saja juga terserah. Seorang teman
mengaku ingin follow blog saya, tapi tak menemukan tombol follow.
“Yaa sudah, dibaca saja saya sudah senang kok!”, begitu
jawab saya.
Idealisme itu saya terapkan dalam menulis. Tak peduli orang
suka atau tidak, jika ingin menulis, yaa saya menulis. Banyak sekali sebetulnya
lomba menulis blog belakangan ini. Besaran hadiahnya pun sungguh menghasut
pula. Saya penggemar hadiah, apalagi yang berupa uang. Duit, betapapun
lusuhnya, atau agak robek sikit di beberapa bagian pun akan saya sikat. Tapi
jika sudah menjajah idealisme, saya lebih pilih menolak meski tak rela juga
sebetulnya.
Banyak yang mensponsori lomba blogging tersebut. Tapi hampir
semuanya mengkebiri idealisme saya. Saya bisa menulis tentang PLN misalnya.
Bahkan mungkin bisa jadi beberapa posting mampu saya tulis, sebab ada begitu
banyak kekesalan saya terhadapnya. Tapi jika disuruh menulis yang baik-baik
soal PLN? Bisa saja, cuma sungguh bertentangan dengan nurani dan idealisme saya.
Saya hanya menulis yang saya suka. Tapi saya mohon dengan sangat, tolong jangan
ditanya soal proyek Oktober ini yaa…?
*Okeh, nanti saya lanjut lagi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar