Halaman

30 Okt 2013

Nikmati Gatal Sendiri

Posting Ke-25

Sebagai penulis saya cuma ingin menulis. Jika diusut lebih seksama lagi, sebenarnya saya tak layak disebut penulis. Sedikit lebih cenderung ke pemikir kayaknya, hahaha…! (merendahkan diri meninggikan mutu).Tapi memang saya punya banyak ide, hahaha…lagi :D. Persoalannya, kaya ide belum tentu kaya hasil. Banyak yang bisa melahirkan ide-ide hebat, tapi bingung dalam mewujudkannya menjadi suatu karya. Saat kampanye sebelum terpilih, para pemimpin saling balap melontarkan idenya untuk begini begitu. Begitu terpilih dan hingga tiba pada akhirnya, banyak ide-idenya yang gagal terlaksana dan tinggal sebagai wacana saja. Teori itu semudah menggaruk tapi prakteknya bukan main menyebalkan serupa gatal, hahaha….! (kumat lagi).

Saya tahu persis gaya si Robben menggocek bola dan mencetak gol selalu sama. Dari pinggir lapangan, gocek masuk ke tengah arah kotak penalty dan kemudian tembak pakai kaki kiri. Gool…! Tendangan bebas Beckham selalu mengarah ke pojok kiri atas gawang. Roberto Carlos tak pernah menggunakan kaki kanannya (???) dalam mengoper apalagi menembak bola. Demikian detil pengetahuan saya, tapi jangankan dipercaya sebagai pelatih tim klub sepakbola, sekadar jadi komentator di Siaran Langsung tipi pun saya tak dianggap.

Saya punya banyak ide. Tapi untuk merangkumnya jadi sebuah tulisan itu sungguh tak mudah. Biasanya, ide itu saya pecah-pecah di Facebook atau Twitter. Nah, jika ada komentar atau replay dari situlah kemudian saya melihat ruang untuk saling menambal sulamnya jadi satu tulisan yang utuh. Gaya tambal sulam inilah biasanya yang saya terapkan diblog. Sulit untuk menghasilkan jahitan bagus lewat gaya menyulam tapi pakai menambal itu. Lihat saja betapa banyak tulisan saya yang gagal nyambung tiap paragrafnya. Tapi entahlah, yang penting saya menikmatinya, kok… :D

Nah, itu yang terpenting. Saya menikmati tulisan saya sendiri. Saya tak pernah peduli siapa yang akan baca. Karena itulah maka saya sama sekali tak punya minat terhadap SEO-SEO an. Saya tak pernah pusing soal index di Google. Saling komen apalagi saling follow. Jika ingin komen yaa komen saja. Mau follow yaa follow saja. Mau baca saja juga terserah. Seorang teman mengaku ingin follow blog saya, tapi tak menemukan tombol follow.

“Yaa sudah, dibaca saja saya sudah senang kok!”, begitu jawab saya.

Idealisme itu saya terapkan dalam menulis. Tak peduli orang suka atau tidak, jika ingin menulis, yaa saya menulis. Banyak sekali sebetulnya lomba menulis blog belakangan ini. Besaran hadiahnya pun sungguh menghasut pula. Saya penggemar hadiah, apalagi yang berupa uang. Duit, betapapun lusuhnya, atau agak robek sikit di beberapa bagian pun akan saya sikat. Tapi jika sudah menjajah idealisme, saya lebih pilih menolak meski tak rela juga sebetulnya.

Banyak yang mensponsori lomba blogging tersebut. Tapi hampir semuanya mengkebiri idealisme saya. Saya bisa menulis tentang PLN misalnya. Bahkan mungkin bisa jadi beberapa posting mampu saya tulis, sebab ada begitu banyak kekesalan saya terhadapnya. Tapi jika disuruh menulis yang baik-baik soal PLN? Bisa saja, cuma sungguh bertentangan dengan nurani dan idealisme saya.

Saya hanya menulis yang saya suka.  Tapi saya mohon dengan sangat, tolong jangan ditanya soal proyek Oktober ini yaa…?

*Okeh, nanti saya lanjut lagi…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...