Halaman

20 Okt 2013

Bantuan yang Merepotkan

Posting Ke-17

Pada dasarnya manusia normal pastilah orang baik, setidaknya punya niat untuk berbuat baik. Begitulah pula dengan saya dan kamu tentunya. Penjahat paling kejam pun rasanya tak keberatan jika dimintai tolong untuk menunjukkan sebuah alamat misalnya. Malah terkadang saking nafsunya, bantuan yang kita berikan tak jarang malah jadi merepotkan orang yang kita Bantu.

“Mas, Blok M no. 87 di mana ya?”, Tanya seseorang.

Sebenarnya ingin sekali saya bisa menunjukkan alamat yang dimaksud. Persoalannya saya sendiri kurang mengerti alamat yang dimaksud.

“Waduuh, saya sih kurang tau, Mas! Cuma kalau ga salah, arahnya ke sana, deh. Setelah Rumah beratap biru itu, Mas belok kanan, lurus dan bla…bla…bla…!”

“Oow, arah situ ya?”

“Iya, Mas! Cuma saya memang kurang tau juga sih. Tapi kayaknya emang ke situ, deh. Coba aja Mas jalan ke sana!”

“Setelah Rumah atap biru belok kanan, kemudian lurus dan bla…bla…bla…, begitu ya?”

“Iya, Mas! Coba aja jalan ke situ dulu. Nah, nanti di ujung ada pangkalan ojek. Tanya aja sama orang-orang di situ. Saya memang kurang yakin sih, tapi kayaknya memang di situ deh!” 

Begitulah sisi kemanusiaan kita. Padahal ada yang kita lupa bahwa soal kebaikan yang penting itu niatnya. Itulah hebatnya kebaikan, karena dia sungguh mudah belaka. Yang penting berniat berbuak baik, begitu saja. Batal berbuat baik juga ‘tak mengapa’ sebab pahala niatnya sendiri tak gugur begitu saja.

Apa gunanya berniat baik, tapi justru berakibat buruk? Misalnya berakibat yang bertanya tadi jadi kesasar. Bisa jadi dia sedang ada kepentingan besar bertemu rekan bisnis misalnya. Keterlambatannya gegara mengikuti arahan keliru kita tak mustahil menggagalkan peluang bisnisnya, bukan? Atau bisa juga dia adalah seorang dokter atau petugas medis dengan urusan yang menyangkut soal nyawa manusia?

Bagaimana mungkin kita berusaha meyakinkan seseorang jika kita sendiri tidak yakin? Membuat yakin seseorang saja bahkan bukan soal yang sederhana. Pembicara hebat seperti Mario Teguh saja banyak dicibir soal kata-kata yang keluar dari mulutnya. Itulah maka ada jargon yang tercipta bahwa ‘Hidup tak semudah bacot Mario Teguh’, hahaha…! Padahal Mario Teguh itu adalah motivator ulung yang setiap kalimatnya terdengar begitu teduh dan meyakinkan. Apalagi jika orang yang berusaha membuat jadi yakin itu sendiri justru tidak yakin pada dirinya sendiri. Ini sungguh tidak logis.

Nabi pernah bersabda bahwa ‘jika ragu, tinggalkan’! Itu sabda Nabi lho, bukan sabda Raul, hehehe…! Menolak mengikuti sabda Nabi berarti ingkar sunnah. Ingkar sunnah berarti bukan pengikut Muhammad SAW. Padahal menjadi pengikutnya saja belum mendapat jaminan akan syafaat darinya di hari kemudian kelak. Apalagi menolak jadi pengikutnya. Ihhh, horror…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...