Nama yang baik itu doa. Bukan sembarang doa, karena itu
adalah doa dari orangtua kandungmu sendiri. Tahu kan bagaimana keramatnya doa orangtua? Sebelum
memutuskan sesuatu terhadapmu, bahkan Tuhan sendiri menunggu keputusan dari
orangtuamu. Vonis surga dari Tuhan pun akan ditinjau ulang bila ada veto dari
orangtua. Jadi bersyukurlah, jika kamu mempunyai nama yang baik.
Berterimakasihlah pada orangtuamu yang telah berdoa melalui nama yang mereka
berikan terhadapmu.
Masalahnya, doa saja tentu belum cukup, meski doa dari
orangtua sekalipun. Faktanya banyak yang nama yang gagal klop dengan kelakuan.
Nama berakhir sebagai data belaka. Padahal data yang baik pun belum tentu
mengabarkan yang baik. Banyak malah data yang baik mengaburkan kebaikan itu
sendiri.
Chairunnisa itu nama yang baik. Karena baik itulah dia
dipercaya sebagai wakil rakyat. Sayangnya, ‘Wanita Yang Baik’ itu bukan saja
gagal terhadap mandat rakyat yang diwakilinya, bahkan terhadap amanat nama yang
disandangnya itupun dia tak kuasa menanggungnya. Doa, dan amanat sebagai
‘Wanita Yang Baik’ gagal dipahami oleh kelakuannya. Sebagai Asrul Khairi saya
pasti kecewa terhadapnya. Dia saudara perempuan nama saya. Bikin malu keluarga
Chair saja. Dear saudara-saudariku yang lain, Khairul, Khairil, Khairani dan
lain semuanya, jaga martabat nama kalian yaa…!
Itulah pula yang terjadi pada Bupati yang bernama Fikri,
ketua MA yang bernama Akil. Berbuat tanpa berfikir, bertindak tak pakai akal. Doa
orangtua yang diamini semua orang gagal makbul sebab diri sendiri tak mengupayakannya.
“Keberatan nama”, kata sebahagian orang.
Entah dari mana asalnya istilah ini. Apanya yang berat? Jangan
lebay deh! Dimana-mana yang namanya usaha itu memang berat. Tapi masalah berat
ringan itukan cuma soal teknis biasa. Apapun yang teknis pasti bisa jika
dibiasakan. Usaha itu sepenting berdoa. Apapun redaksinya, doa selalu
beriringan dengan usaha. Ora et Labora.
Doa itu penting. Jadi berilah nama yang baik terhadap anak.
Jangan harap deh, anak yang bernama Inem bisa jadi Presiden. Pasti bukan saya
saja yang menolak, se-Indonesia juga malu punya Presiden yang namanya Inem,
hahaha…! Sampai sekarang saya juga masih bingung, kenapa pasangan artis Risty
Tagor dan Rifky Balwell ngasih nama anak mereka: Arsenia.
Tapi juga tak berarti orang yang bernama Ujang tak bisa jadi
Presiden. Sejarah memang belum mencatat ada Presiden yang namanya Ujang. Tapi
sejarah perfileman kita juga telah bicara. Seorang yang bernama Bujang berangkat
perang dengan pangkat Kopral, pulang dalam keadaan mati dengan seragam Jendral.
Tonton saja deh, film NagaBonar, hahahaha…!
Nama yang baik itu penting. Tapi kelakuan yang baik itu
lebih penting. Percuma bernama Bunga, jika ngetopnya cuma sebagai korban
seksual belaka, hahaha…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar