Halaman

17 Agu 2017

Mimpi Yang Mudah-mudahan Terjadi

Walau jarang posting blog, sebetulnya saya tetap menulis. Dan dalam karir menulis saya juga punya target. Rekreasi Hati 3 bukanlah yang terdekat. Rekreasi Hati 3 saya proyeksikan untuk tahun 2019 mendatang. Rekreasi Hati adalah brand yang akan saya jaga mutunya mati-matian. Saya takkan biarkan brand Rekreasi Hati rusak hanya karena materi dan tulisannya asal-asalan.

Tahun ini saya ingin bikin satu karya main-main. Judul sih udah dapat: SKAK MAT. Keren ga? Hayooo, yang jagoan desain bolehlah kirim layout covernya. Suer, sama sekali ga punya ide nih!

Tahun 2018 saya juga mau bikin satu buku lagi. Tapi mungkin saja takkan saya 'jual bebas'. Saya cuma ingin buat semacam autobiografi. Pengalaman hidup saya yang ajaib dan penuh kejutan rasanya sayang juga bila hanya dikenang sendirian, hahaha...!

Tadi saya nonton untuk kesekian kalinya lagi film Naga Bonar Jadi 2. Dan tiba-tiba kepikiran nulis serius tentang Naga Bonar. Walau belum tau bagaimana bentuknya, tapi saya melihat ada kemungkinannya saya mampu. Sejak dirilis tahun 2007, ada banyak kejadian politik yang entah kenapa bisa saja saya rasakan berkaitan dengan sosok fiksi Sang Naga Bonar.

Pertama, kontroversi Lukman Sardi, pemeran Umar di Naga Bonar Jadi 2 murtad, keluar dari Islam. Berikutnya, ada Menteri yang juga kontroversi bernama Lukman (pula). Klop, sebab teman lama Naga Bonar yang 'pintar' itu juga bernama Lukman yang dulunya pedagang beras. Nyambung lagi, sebab belakangan ini ada pula kasus kontroversi beras yang melibatkan seorang mantan menteri. Waaaah, kebayang kan kalau kisah fakta dan fiksi ini diobrak abrik jadi sebuah novel keren?

Bisa saja misalnya dibuat Naga Bonar terpaksa minta tolong pada sahabatnya yang sekarang jadi menteri untuk 'membebaskan' Bonaga, anaknya yang tersangkut kasus narkoba? Klop lagi, kan? Pemeran Bonaga di kehidupan nyata kan Tora Sudiro? Hahaha...!

Atau, mungkin pula dia bisa minta tolong si Mariam, saingannya dalam berebut almarhumah Kirana? Bukankah di pertemuan terakhir si Mariam mengaku sebagai staff ahli menteri? Kita buat saja sekarang Mariam sebagai staff ahli menteri Lukman? Gimana?

Sebagai sequel, tentu saja dibutuhkan beberapa tokoh baru? Siraul Nan Ebat sih mau saja, asal Rani juga ikut, hahaha...! Bagaimana cara memasukkan kami dalam cerita?

Saya misalnya bisa menggantikan si Umar sebagai 'teman curhat baru' Naga Bonar'. Suatu kali misalnya saya diajak Naga Bonar pergi menemui Lukman untuk 'mengurus' persoalan Bonaga. Lalu ketemu Rani yang ternyata anak si Lukman. Tapi gimana ya, si Lukman kan dulu menikahnya dengan Jamilah, anak Pak Jamal? Tau kan kisahnya? Ga...! Sebagai penulis saya tak tega jadikan Rani sebagai anak Lukman.

Pilihan lain, bagaimana kalau Rani jadi anak si Mariam saja? Wah, Rani pasti tak bakal mau menegur saya bila dijadikan sebagai anak si Mariam, mantan pencopet yang dulu di kantor polisi dijuluki si Dompet? Lagipula sama sekali tak cocok. Si Maryam yang buruk rupa masak bisa punya seorang putri jelita? Apalagi otaknya macam keledai pula, padahal Rani kan pintar. Ya kan, Ran? Hahaha...!

Pilihan lain yang lebih masuk akal, Rani kita jadikan saja sebagai adik Monita, pacar si Bonaga. Kita bisa set, Raul dan Rani bertemu di kantor polisi, saat keduanya menemani Naga Bonar dan Monita untuk menjenguk Bonaga yang di penjara, hahaha...!

Kami berdua bisa diberi porsi peran yang lebih besar. Raul sebagai teman curhat Naga Bonar, sedang Rani teman curhat sekaligus 'guru agama' Monita, kakaknya yang sedikit nakal, hahaha...!

Wuiiih, bisa ga ya?
Bantu doa dan idenya yaa, teman-teman! Selamat pagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...