Ada yang tak bisa kita elak, karena memang harus terjadi. Ada pula yang tak kan pernah terjadi, sebab selalu ada yang menolaknya. Sikap kita terhadapnya sangat menentukan mutu emosional kita.
Saya tahu pasti kontrak kerja saya takkan pernah lagi diperpanjang. Selesai penandatanganan kontrak terakhir, manejer sialan tersebut telah memastikannya.
"Bagaimanapun kinerjamu 6 bulan ke depan, ini adalah kontrak terakhirmu. Saya heran, kenapa supervisor selalu merekomendasikanmu. Tapi kupastikan, ini adalah yang terakhir", katanya saat aku itu.
Saat itu sebetulnya saya masih optimis. Setahun sebelumnya saya telah bersiap berhenti karena telah menyadari gejala betapa menyebalkannya perlakuan manejer sialan tersebut terhadap saya. Tapi supervisor telah menggaransi akan memertahankan saya selama dia masih ada di sana, dan saya mempercayainya. Dia benar, selalu dan mampu menjaga komitmennya. Saya memang selalu diperjuangkan. Sayangnya, dia sendiri tak mampu bertahan lebih lama. Sebelum saya benar-benar berakhir, dia resign duluan.
Saya mengerti situasi yang dihadapinya. Ini artinya saya lah yang harus memperjuangkan nasib sendiri. Membayangkan meninggalkan teman-teman dan segenap kenangan, serta entah kapan lagi saya bisa bertemu Rani itu sungguh mengerikan, hahaha...!
"Hati den kanai ka ba a juo".
Benar, setiap hari saya goda dan dia menanggapinya. Tapi yang saya butuh kan alamat dan nomor handphonenya? Atau setidaknya akun Facebooknya pun jadilah, hahaha...! Apa daya saya tak punya nyali untuk memintanya. Kami akan berpisah. Saya mungkin takkan pernah melihatnya lagi. Saya berhenti bekerja, sementara Rani terlihat makin cantik saja. Menganggur pasti bukan cara yang cerdas untuk mendapatkannya.
Dan begitu benar-benar berhenti dan gagal mendapatkan kontaknya, itulah puncak derita saya. Sampai akhirnya saya menyadari betapa hidup telah saya habiskan dengan penuh derita. Celakanya, derita itu hanyalah gegara seorang Rani. Sialan betul...!
Ini tak boleh terjadi lagi. Saya menderita membayangkan akan berpisah dengannya. Benar-benar menderita kala benar-benar kejadian pisahnya. Dan apakah masih akan menderita lagi karena menyesalinya?
"Menurutku kau itu jenis orang yang matinya 3x. Maksudku, kau sudah menderita sebelum itu benar-benar terjadi. Benar-benar menderita kala benar-benar terjadi. Dan masih menderita menyesali kejadiannya. Kalau aku, aku akan terima saja bagaimana adanya. Aku nikmati saja keadaannya".
Itu adalah kata-kata seorang pemulung dalam novel Trio Detektif, Misteri Setan Menandak.
Itu sungguh menampar saya. Dia itu pemulung yang tak punya tempat tinggal. Dan saya? Tukang tambal ban di Batam jauh lebih banyak ketimbang jumlah karyawan PT Labtech. Ini adalah bukti bahwa lebih pasti berharap rejeki dari Tuhan, ketimbang berharap gaji dari perusahaan.
Saya tak mau mati lagi. Saya kumpulkan dendam dan cinta, sakit hati dan rindu. Dan dalam 6 bulan berikutnya, 9 September 2014, Rekreasi Hati saya rilis.
*Happy 3rd for my lovely book. Sorry for being late, hahaha...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar