Halaman

4 Mei 2016

When Love And Hate Collide

Hubungan saya dengan mereka ini sungguh unik. Saya sangat mencintai sekaligus membenci mereka dalam dosis yang nyaris sama. Saking bencinya, sudah 8 tahun ini saya tak pernah bertegur sapa dengan salah seorang dari mereka, walau nyaris tiap waktu bertatap muka. Saking cintanya, saya bersedia melakukan apapun yang bisa demi mereka. Bingung?

Ini salah satu keluarga angkat saya di Batam. Suami istri dengan sepasang anak yang sekarang sudah menikah. Putra cowok teman sekelas saya dan sekarang tinggal bersama istrinya entah di mana, hahaha…! Yang cewek, 2 tahun di bawah saya dan sekarang juga sudah bersuami dengan teman satu SMP-nya dulu. Kisah romantisme mereka salah satu yang terkeren dari banyak pasangan yang saya kenal selama ini.

Ibunya…? ‘wanita asing’ terbaik yang pernah saya kenal. Jika melihat saya sedang nongkrong di depan, beliau akan segera masuk rumah. Siapkan makanan tanpa bertanya dulu saya sudah makan atau belum. Sudah pasti mau atau tidak saya mesti makan karena sudah terlanjur disiapkan dan saya tinggal menyantapnya saja. Yang paling buat saya terharu adalah saat saya nge-kost agak jauh dari rumahnya. Sekitar jam 4 dinihari bela-belain ngantarin saya makan buat sahur saat bulan Ramadhan.

Sang Bapak…? Nah inilah bintangnya dalam uniknya ‘hubungan kekeluargaan kami’. Sejak 8 tahun lalu sebab suatu konflik kami menolak saling bicara. Satu-satunya momen perdamaian kami adalah saat sang putri menikah, akhir Maret tiga tahun lalu. Itupun cuma masing-masing sepatah kata doank!

“Angkat ke mana, nih?”, Tanya saya berinisiatif memulai percakapan walau karena dipaksa keadaan.

“Ke situ!”, jawabnya pendek.

Dan sejak itulah sampai sekarang kami kembali dalam situasi default. Saling mendiamkan, hahaha…!

Tapi walau begitu kami tetap saling support dan merepotkan satu sama lain. Misalnya saya sedang butuh sesuatu terhadapnya, maka saya akan minta tolong sama anaknya untuk bicara dengan si Bapak. Pun sebaliknya begitu pula. Jika butuh maka dia juga akan minta anaknya untuk bicara dengan saya.

Seperti kali ini, putrinya mengirim pesan di ruang chat Facebook,

“Bang, papa minta tolong titip jaga rumah. Kami semua mau pulang kampung. Jumat sampai Senin tidur di rumah ya!”, kurang lebih begitu bunyi pesannya.

Begitulah, sodara-sodara. Laki jomblo itu tugasnya emang buat dititipin jaga rumah, hahaha…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...