Halaman

29 Mei 2016

Tak Mesti Jadi Penggaruk, Walau Tinggal di Kandang Monyet

Lingkungan pergaulan saya ini sebetulnya sungguh tak sehat bagi yang bermental rapuh. Nyaris seluruh jenis criminal ada di sini. Mulai dari yang kelas teri seperti maling hp, jambret, sampai, kepada yang berat seperti ranmor, curas, rampok bahkan pembunuhan. Dan pelakunya adalah orang-orang yang saya kenal dan juga mengenal saya. Minuman keras dan narkoba adalah hidangan utama di setiap sesi nongkrong mereka. Peserta nongkrongnya pun terkadang tak sembarang orang. Seorang anak bisa saling tos gelas bir-nya dengan bapaknya sendiri yang ikut bergabung bersama teman-teman si anak. GILA…!

Tapi sebetulnya pula, saya sungguh nyaman bergaul dengan mereka. Ketimbang bergaul dengan manusia ‘lugu tapi normal’ lainnya terus-terang saya lebih suka bergaul dengan mereka. Orang-orang yang kita anggap pinggiran dan bodoh sehubung pergaulannya itu faktanya jauh lebih punya empati dan menerima orang lain apa adanya. Pintu rumah mereka selalu terbuka menerima siapa saja yang butuh naungannya. Ini sungguh kontras dengan rumah orang-orang yang katanya terhormat dan mulia, yang pagar rumahnya setinggi atap dilengkapi dengan gembok yang berlapis-lapis.

Orang-orang yang punya empati dan solidaritas tinggi yang tulus, bukan yang penuh motif ala-ala pejabat dan politisi kebanyakan di masa-masa menjelang Pemilu. Sekali waktu abang angkat saya punya sedikit masalah dengan seorang preman di depan rumahnya. Belasan orang segera datang, demi tahu bahwa yang bermasalah adalah abang angkat saya. Beruntung persoalan cepat kelar karena cuma persoalan sedikit salah paham.

Mereka bisa saja memukuli orang lain jika gagal dimintai uang untuk biaya mabuknya, tapi tidak terhadap saya. Bukan karena mereka tahu saya takkan ikut minum, tapi karena mereka tahu bahwa bila punya tanpa diminta pun saya akan memberi.

Mereka, yang sampai saya berumur segini masih saja suka bertanya;

“Sudah makan, kau…?”

Terhadap merekalah saya tak butuh malu untuk minta bila sedang kehabisan rokok. Merekalah orang-orang yang tak pernah risau memikirkan motornya yang saya bawa kabur berhari-hari tanpa kabar sama sekali. Dan mereka yang mengerti bahwa bila membeli bir misalnya, saya juga mesti dibelikan Soya dingin, hahaha…! 

Tak terlalu luas juga sebetulnya pergaulan saya di situ. Paling seputaran 3 atau 4 gang saja. Tapi nyaris seluruhnya alumnus penjara, hahaha…! Khusus kasus narkoba, setahun belakangan saya sangat banyak kehilangan mereka. Jumat lalu, 4 orang lagi ditangkap, tepat di saat salah seorang orangtua teman, yang sekaligus juga teman nongkrong mereka meninggal. Teman mereka berkabung, dan mereka diciduk.

Mereka bodoh. Sungguh bodoh. Bang Anu, si Itu dan si Ini sudah mati karena over dosis. Belum setengah tahun lalu, teman nonton Halo Selebriti yang ditangkap. Sebelumnya lagi 2 orang juga diciduk. 

“Kalian jenguklah aku sesekali! Bentar lagi aku sudah tak ada lagi nih. Aku dah divonis hukuman mati”, bunyi sms seorang teman yang tertangkap beberapa bulan sebelumnya pula.

Tahu Def Leppard? Mereka legenda music rock yang jangankan narkoba, konsumsi alcohol saja mereka tidak. Lihat betapa sehat dan pede-nya Phil Collen sang gitaris manggung tanpa baju memamerkan tubuh kekar 58 tahunnya. Mereka sangat paham betapa bahayanya miras sebab mereka sendiri sudah mengalaminya. Gitaris pertama mereka pecat karena nekad mabuk saat manggung. Gitaris berikutnya mati karena OD. Karena itulah mereka sampai sekarang anti narkoba. Dengar deh White Lightning-nya…!

You wanna leave but you can't let go
You wanna stop but you can't say no


Run…! He’s coming to claim you
Run…! Nowhere to hide away
Run…! U dance with the danger
Run…! Ohh, you gotta ride


Apa kerennya akrab dengan narkoba? Mabuk? Emang apa sih enaknya mabuk? Yang saya tahu mabuk itu pusing. Dan yang namanya pusing mana ada yang enak?

You never laugh about it, you just can't live without it
You've had enough but you just want more
You never get what you're looking for


Dan sekarang terimalah nasib kalian. Pejabat, artis dan mereka yang berduit mudah berdamai dengan hukum karena mereka punya kuasa untuk itu. Tapi kita orang biasa? Bikin repot orangtua dan keluarga iya. Teman? Jangan harap mereka akan mengunjungi. Meski bersimpati dan turut sedih dengan apa yang dialami, tapi mustahil saya akan turut membesuk. 

It's a no-win situation
And there's no way out
And no one will ever hear you
Scream and shout


Merasa keren bergaul dengan narkoba? Ayo kerenan mana kita? Jangankan narkoba, sekedar miras saja saya ga pernah tau tuh, rasanya gimana? Dan saya tetap merasa keren. Saat kalian sibuk dengannya, saya asyik menghasilkan karya. Buku saya dibaca dan dibeli orang. Saya sudah punya fans, Para Penggaruk, hahaha…! 

If u wanna dance with the devil, u gotta play his way

Benar katanya. Tapi juga benar bahwa tak mesti jadi penggaruk, walau tinggal di kandang monyet, hahaha…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...