"...tak ada di tubuhku ini, kecuali bekas tusukan pedang dan senjata musuh. Dan sekarang aku akan mati seperti seperti seekor unta tua...".
Saya merasakan sedih yang luar biasa selalu gagal berpartisipasi dalam kegiatan Aksi Bela Islam. Saya sungguh menyesalkannya. Allah SWT seperti tak pernah memberi saya kesempatan berbuat untuk agama saya. Tapi tentu saja saya salah. Allah itu Maha Adil. Allah Maha Pemberi Petunjuk. Selalu ada hikmah dibalik segala ketentuanNYA. Hikmah yang harus ditemukan agar menimbulkan rasa syukur.
Problem hidup yang komplek mestinya disikapi secara positif. Sebab ternyata hanya dengan picu yang sepele, gejolak yang terjadi bisa saja tak terduga. Orang ini salah mendengar omongan saya. Salah dengarnya mengakibatkan salah ucap. Dan saya tak salah dengar ucapannya. Tak salah dengar, tapi keliru reaksi. Maka keluarlah caruk saya, hahaha...!
Saya paham betul dia cuma salah dengar. Dan saya sangat mengerti bahwa reaksi saya itu keliru. Reaksi keliru yang saya lampiaskan pada orang yang sama sekali tak berkepentingan terhadap persoalan hidup saya. Ternyata saya orangnya reaktif sekali. Itu bisa saja berakibat fatal.
Percaya atau tidak, dalam rangka Aksi Bela Islam saya betul-betul telah membuat 2 buah ketapel. Walau tentu takkan benar-benar saya gunakan, tapi itulah simbol perjuangan saya melawan para penghina, penista dan musuh agama saya. Begitulah sakit hati dan bencinya saya terhadap mereka. Dan apa jadinya, jika saya gagal kontrol emosi, andai saat itu saya beneran ikut Aksi Bela Islam? Perbuatan saya bisa merugikan perjuangan barisan umat Islam.
Saya merenung, mengkaji dan mengaji. Inilah rencana Allah SWT menggagalkan niat saya ikut Aksi Bela Islam. Saya melihat hikmahnya. Saya bersyukur. Allah menyelamatkan saya dari kemungkinan fitnah yang saya buat pada Islam.
Saya merenung, mengkaji dan mengaji lagi. Inilah rencana Allah SWT belum meluluskan keinginan saya mendapatkan Rani. Saya melihat hikmahnya. Saya bersyukur. Allah SWT menyelamatkan kami dari kemungkinan buruk yang akan terjadi gegara ketidakmampuan saya bersikap positif.
Saya merenung, mengkaji dan mengaji lagi. Inilah rencana Allah. Saya melihat hikmahnya. Saya bersyukur...
Saya merenung, mengkaji dan mengaji lagi. Inilah rencana Allah. Saya melihat hikmahnya. Saya bersyukur...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar