Sebagaimana Rasulullah mencintai umatnya begitulah pula Allah SWT
‘mengistimewakan’ kita umat Islam. Umat Islam tidak akan mengalami
peristiwa kiamat seperti yang digambarkan dalam surat Al Zalzalah
tersebut. Ketika bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat dan
bumi mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya dan seterusnya
itu, semua yang beragama Islam telah dimatikan terlebih dahulu. Hanya
orang-orang kafirlah yang akan mengalami peristiwa horror tersebut.
Mestinya dengan begitu, sebagai penganut Islam saya bisa melanjutkan
hidup dengan percaya diri. Tapi belakangan saya malah khawatir. Apa
sebenarnya yang dimaksud Allah dengan mematikan umat Islam sebelum
peristiwa besar itu terjadi?
Sebelum mematikan umat Islam,
terlebih dahulu Allah mematikan para ulama. Dan inilah penyebab
kekhawatiran saya. Benar, di KTP saya tertulis Islam. Tapi apakah saya
benar-benar Islam? Situasi di Negara kita membuat saya meragukan
ke-Islaman saya sendiri.
Wacana menghapus kolom agama di KTP akan
membuat seluruh umat Islam di Indonesia hilang. MATI. Padahal Indonesia
adalah Negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Artinya, janji
Allah bahwa orang Islam takkan mengalami peristiwa ketika gunung-gunung
berhamburan seperti kapas dan manusia seperti anai-anai yang bertebaran
itu sudah akan terjadi?
OK, ide kolom KTP itu masih wacana. Tapi
ternyata itu tak menyurutkan kekhawatiran saya. Benarkah umat Islam
masih ada? Benarkah Islam belum mati? Apakah Islam yang dimaksud Allah
SWT itu benar-benar Islam dalam penegrtian harfiah…?
Kita layak
waspada terhadap kemungkinan berikutnya? Bagaimana jika yang dimaksud
Allah adalah orang Islam yang masih beriman kepadaNYA. Beriman dengan
sebenar-benarnya iman. Bersih 100% dari dosa karena mempersekutukanNYA.
Benar, masih banyak umat Islam yang taat ibadah. Tapi juga malah makin
banyak yang telah melenceng dari aqidah. Padahal sudah jelas, ibadah
sempurna sekalipun bakalan nonsens jika aqidah rusak, walau sedikit
saja. Kaki Jokowi kini ada ekstraknya. Air bekas cucian kakinya dianggap
suci untuk dipakai berwudhu’. Innalillah…
Oke, anggap saja
mereka benar-benar awam terhadap Islam. Tapi apakah mereka yang tiap
tahun bolak-balik haji dan umroh tetap terjaga aqidahnya? Belum tentu.
Lihat saja betapa gempitanya perlakuan mereka terhadap air zam-zam.
Berharap berkah, mudah rejeki, enteng jodoh, urusan lancar, atau otak
jadi pintar karena air zam-zam itu syirik atau bukan?
Banyakkah yang begitu? Wallahu’alam…!
Sebelum mematikan umat Islam, Allah terlebih dahulu akan mematikan para
ulama. Benarkah ulama masih ada (di Indonesia)? Ulama pasti mengerti
bahwa menghentikan kemungkaran lebih utama ketiimbang menganjurkan
kebaikan. Jika lebih banyak mudharat ketimbang manfaat, artinya tidak.
Nah, sekarang? Apa masih ada ulama yang bersuara lantang terhadap
kemungkaran? Aneka program TV yang tiap saat melecehkan dan merusak umat
tiap hari berseliweran di depan mata. Tapi tak ada yang bersuara.
Sinetron Ocid masih saja masih tayang dengan bebasnya. Ocid dan
kawan-kawan sukses dan bebas menghina Islam dan kecerdasan umat.
Diamnya ulama membuat musuh-musuh Islam makin leluasa merusak Islam.
Maka muncul lagi yang baru. “Gue Juga Islam’. Apa ulama tak menyadari
betapa bahayanya sinetron ini? Menggunakan aktris dan actor non muslim
yang diidentikkan dengan Islam dan disempurnakan dengan judul yang
sangat tendensius. Betapa bahayanya jika muslim2 awam meneladani
tayangan ini. Islam akan mati. Apakah ulama tak tahu? Atau mereka tak
mau tahu? Kalau begitu berarti mereka bukan ulama. Sebab ulama adalah
orang yang tahu. Ulama tak ada? Berarti Allah sudah mematikan ulama?
Inilah tanda-tanda pra kiamat yang diberitakan Allah itu.
*Astagfirullahaladziim…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar