Halaman

10 Agu 2013

Namaku Bagus, Tapi Tak Keren

Orangtuaku pastilah girang tak terkira menyambut kelahiranku. Bahkan saking gembiranya mereka merasa perlu untuk membagi kebahagiaan itu dengan yg lain, maka pencarian nama yg bagus untukku disayembarakan dan dimenangkan oleh seorang kakek dari pihak Bapakku. Tapi itu cuma salah satu kemnungkinan.

Bisa jadi juga mereka merasa bahwa nama itu penting bagiku kelak. Saking pentingnya mereka tak mau sembrono. Karena merasa tak sanggup akhirnya menyerahkan urusan itu pada yg lebih ahli yaitu: Kakekku tadi. Tapi yg pasti aku berkesimpulan bahwa orangtuaku ingin aku punya nama yg bagus, dan memang terwujud.

ASRUL KHAIRI
Nama yg bagus, kan....?

Iya, tapi tak keren...!

Jujur aku tak suka. Bukan dengan namanya, bukan. Tapi akibat dari nama itu. Sebenarnya nama itu di sekolahku cukup ngetop. Guru2 dan teman2ku pasti kenal nama itu. Tapi kenal saja ternyata belum cukup. Ada tahapan lainnya: kenal, hapal dan gampang dilafalkan. Okelah mereka kenal nama itu, tapi belum tentu mereka hapal siapa nama aku. Kalaupun hafal, belum tentu bisa melafalkannya. Banyak guru2 dan teman2ku yg tak bisa menyebut namaku dengan sempurna. Bahkan asal sebut. Seperti Era Kurniati (itu kan, nama sebenarnya, hihihi...! Mudah2an dia tak baca tulisan ini, hehehehe...!) misalnya, yg entah dengan alasan apa mengenalku sebagai KHAIRUL. Padahal aku yakin, namaku tak ada duanya. Bukan seperti nama KHAIRUL yg banyak pemiliknya itu.

Okelah, aku terpaksa memaklumi perbuatan teman2 yg memberiku nickname yg amat jelek, tapi ngetop: CALUN. Alamak, sudah jelek kampungan pula. Tapi, ironisnya, jelek tapi ngetop.

Kalo yg ini bukan hanya teman sekolah dan guruku aja yg tau. Rasanya aku adalah seorang selebriti di kampung sendiri. Dari orangtua sampai anak kecil pun kenal sama nama ini.

Gawatnya di saat2 jaya itu aku malah harus merantau, melanjutkan sekolah di Batam. Masalah yg lama terulang lagi. KHAIRUL lah, SYAHRUL lah, dan .....

Atas inisiatif guru olahragaku namaku diganti jadi RAUL. Tujuh taun kemudian (tahun 2005) anak2 ibu kost-ku memberi marga NAN EBAT. Tambahan SI di depan tu akal2an ku saja agar aku tetap punya konstribusi penting dalam memberi namaku sendiri ( di negara kita orang2 lebih dikenal nama depannya, kan....? pengecualian buat saudara2 kita orang Batak).

SIRAUL NAN EBAT.

Nama yg keren lagi top.

Tapi ternyata keren dan top pun belum tentu bagus... Suatu kali teman dari temanku bersedia membantu agar aku bisa bekerja di perusahaan tempatnya bekerja. Tes administrasi dan tertulis sukses kulewati. Tinggal menungggu panggilan interview.

Setahun....
2 tahun...

Setelah sekian lama baru aku tau alasan sebenarnya (temanku itu yg ngasih tau) kenapa aku tak jadi diterima di perusahaan itu. Saat memeriksa berkas2 pelamar HRD perusahaan memanggil sang teman itu.

" Siapa nama temanmu yg mau kerja di sini? Biar nanti berkas lamarannya saya pisahkan."

Dengan garuk2 kepala dan sedikit rasa berdosa, si teman itu menjawab, "Adduuuh....! Siapa tadi ya...? Lupa, Bu'....!"

"Berarti dia bukan temanmu donk...?"
 
"..... .... ...."

Positif aku tak diterima....

Note: Jadi, sebenarnya kalau dibilang lebay, alay dan sejenisnya kek, aku yakin adalah yang pertama di dunia. Itulah juga kenapa sampai sekarang nama itu masih kupakai di semua jejaring media di internet, saat semua teman2 seangkatan sudah pensiun sebagai alayers, hehehe...!

2 komentar:

  1. Tulisan yang menarik. To be honest, namanya memang susah dihafal dan diingat. But hei, di zaman modern ini pasti bakalan lbh gampang dapet user name diberbagai jejaring sosial kan? Daripada nama Ayu seperti saya yang banyak :D

    BalasHapus
  2. Sebelum punya KTP, nama adalah doa, dan saya sangat senang karena doa orangtua saya. Setelah punya KTP, nama adalah mandat bagi pemiliknya, dan saya berharap bisa menunaikan mandat itu secara maksimal. Aamiiin yaa Rabbal alamin...!

    Makasih ya, Mbak Ayu! Semoga sukse melulu + tak lupa sama lapak saya di sini, hehehe...!

    BalasHapus

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...