“Akan tiba saatnya
dia (Sentot) mencengangkan para lawannya dengan suatu manuver (gerakan pasukan)
yang dijalankan dengan kemahiran dan keberanianya yang luar biasa bahkan
panglima-panglima perang yang berpengalaman sekalipun dapat merasa mujur
jikalau mereka dapat memperhatikan tindakan yang demikian.”
‘Napoleon Jawa’ begitulah julukan penghormatan lawan
terhadapnya. Begitu sampai di Keraton Yogya atas bujukan kakaknya, dia disambut
Bak Jenderal Besar dengan upacara militer. Disitulah dia terjebak, masuk
perangkap dan akhirnya di tawan Belanda.
Menyedihkan. Jika pihak musuhpun begitu menghormatinya,
bagaimana kita bisa pura-pura tidak tahu. Saya katakan pura-pura, karena kita
semua pasti tahu. Di buku pelajaran sejarah terbitan manapun, disamping nama
Pangeran Diponegoro, mesti ada nama Sentot Prawiradirja Alibasya. Buka lagi
deh, buku pelajaran sejarahmu,…!
Namanya selalu ada di sana .
Cuma tak cukup, sebab namanya disebut karena ada nama Diponegoro. Namanya
selalu ‘setelah Diponegoro’. Artikel manapun yang membuat nama Sentot selalu
menyertakan nama Diponegoro. Melulu dibawah bayang-bayang Diponegoro. Sentot
berhak mendapatkan lebih. Ia layak disejajarkan dengan keagungan Sang Pangeran,
Boss-nya itu.
Aneh, ada banyak pahlawan di negeri ini. Kenapa seorang
panglima besar dari perang terbesar bisa tak termuat dalam daftar.
Jawabnya simple: Karena Sentot Alibasya, adalah seorang jomblo. Dia tak punya
keturunan yang bisa memperjuangkan apa yang mestinya layak dia dapatkan. *(tapi
belakangan saya baca satu artikel yang mengatakan bahwa dia punya istri. Tapi
sungguh saya amat meragukannya, dengan alasan tersendiri. Kalau mau diskusi
alasannya, ayo saya ladeni, hehehe…!)
Pahlawan sejati memang tak butuh popularitas. Oke, tapi
bangsa besar mesti menghargai para pahlawannya, kan ? Orang-orang Jawa, Sumatera Barat
(khususnya) termasuk rakyat Bengkulu mestinya bisa turut memperjuangkan gelar
Pahlawannya tersebut, karena selama kurang lebih 22 tahun dia diasingkan di sana .
Kita menganggap Gayus Tambunan sebagai pahlawan mafia pajak.
Padahal itu dilakukannya, karena dia sudah keburu ditangkap kasus pajak. Susno
Duadji kita nobatkan sebagai pahlawan mafia kasus, padahal itu karena dia tak
pengen sendirian menjalani hukuman. Arifinto juga kita anggap sebagai Pahlawan
cuma gegara langsung mengundurkan diri dari DPR karena saat sidang paripurna
ketangkap nonton adegan ranjang. Padahal bertahun-tahun kita bicara Perang
Diponegoro, kenapa kita alpa bahwa Sentot Alibasya belumlah jadi Pahlawan
Nasional sampai sekarang….?
MERDEKAAAA….!
*4 post ini materinya saya rangkum dari berbagai sumber di internet + plus pengetahuan umum saya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar