Halaman

17 Jan 2013

Rekreasi Hati

Istilah I hate Monday itu menggelikan. Entah kenapa Senin begitu dibenci, padahal letaknya begitu dekat dengan akhir pekan yang sebaliknya begitu kita hormati. Padahal biasanya emosi, perasaan, termasuk cinta atau benci selalu bisa menjangkiti lingkungan sekitarnya dan menariknya pada medan perasaan yang sama. Itulah kenapa saat mencintai seseorang kita juga akan menyukai apa yang disukainya dan membenci apa yang dibencinya.

Pesepakbola favorit saya Clarence Seedorf dan klub favorit saya AC Milan. Tapi begitu tahun 2000 Seedorf bergabung ke Inter Milan, saya ikutan jadi Interisti (sebutan bagi pendukung Inter Milan). Padahal Inter Milan adalah musuh bebuyutannya AC Milan. Saya juga suka pada bek Milan, Alesandro Costacurta. Tapi begitu ia tidak dimainkan 'karena sudah tua,' kata komentatornya, saya maki itu si komentator. Sampai di situ? Ga' juga. Saya malah do'akan supaya AC Milan kalah saja, sebab ceroboh tidak memainkan idola saya, Costacurta.

Ketika saya benci seseorang, seluruhnya dari orang itu jadi terlihat norak dan memuakkan. Mulai dari gaya berjalan, bicara sampai bentuk poninya pun, ikut saya benci.

Jadi ada apa dengan Senin?

Senin tidak mungkin bersalah, karena toh terkadang perasaan itu sudah hadir bahkan sesaat setelah kita pulang dari acara akhir pekan. Sampai di rumah saya langsung lemas. Sesal timbul. Bagi kaum galau finansial seperti saya ini, bersenang-senang di akhir pekan adalah keputusan yang tidak bijaksana. Membuang-buang uang di akhir pekan adalah tindakan spekulasi yang butuh nyali tinggi. Membuang-buang waktu di akhir pekan adalah kebijakan yang tidak saja keliru, tapi juga tidak bermutu.

Perlahan-lahan saya mulai melihat tampang atasan saya yang berubah seperti monster. Tersamar, saya juga lihat di kepala Ibu Kost saya sudah mulai tumbuh tanduk. Sementara bayangan Samsung Galaxy Tab yang baru itu mulai pudar, menjauh. Ini akhir pekan yang jauh dari bermutu, salah kaprah dan tidak tepat guna.

HAAAHG?

Hoo ... ternyata akhir pekan itulah yang keliru. Jika cuma sekedar untuk berdamai dengan penat, tidur adalah solusinya. Tapi ketika bangun dan badan masih terasa lemah belaka tentu ada yang keliru. Hati yang tidak tenang dan perasaan yang gelisah selalu.

Hati yang butuh diajak rekreasi. Untuk bersenang-senang dengan hati ternyata amat mudah, murah dan bahkan gratis. Rekreasi yang hemat biaya dan ramah terhadap dompet kita. Karena cukup dengan membayangkan bakal bertemu Dian, si anak PKL itu lagi, saya kembali bersemangat menyambut Senin. Tak butuh dia balas perasaan saya, karena senyumnya saja sudah menggairahkan saya. Tak jadi soal dia masih sekolah, toh dia yang mampu mengusir bayangan monster si atasan saya .

Tapi lain kali manggil saya jangan 'Oom ya, Dian! Panggil Abang aja, kan lebih mesra?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...