Mick Jagger dan the Rolling Stone itu keren, aku tak
membantahnya. Tapi membuat album rock dan tur keliling dunia di umurnya yg
sudah lewat 70 tahun ? Betapa tak tau dirinya gerombolan kakek2 ini, hanya
karena mereka MERASA para penggemar merindukan mereka. Rick Allen (Def Leppard)
meski satu tangannya di amputasi, ngotot tak mau diganti sebagai drummer karena
MERASA mampu bermain dengan satu tangan. Jason Becker (pernah gabung di David
Lee Roth Band, menggantikan Edi van Hallen) gitaris yang kemampuannya dianggap
melebihi Yngwie, pada umur 19 tahun mulai menderita lumpuh. Dari Cuma kaku jari
sampai akhirnya lumpuh total (cuma bisa mengedipkan mata). Dan sampai sekarang
dia telah menghasilkan 2 album berkelas tinggi hanya dengan mouse computer yang
digerakkan dengan kedipan matanya, karena seluruh anggota tubuhnya yang lain
LUMPUH TOTAL, hanya karena MERASA mampu.
“Tuhan boleh melumpuhkan semua anggota tubuhku, tapi tidak
pikiranku”, katanya.
Gembira rasanya jika status2ku di Facebook banyak yang menyukai atau
mengomentari. Jika komentar atau yang
ngasih jempol itu cewek makin gegap gempita kegembiraanku. Tak jarang malah
pikiranku jadi ngawur. Jangan2 dia ini bukan hanya suka statusnya, tapi juga
penulisnya, hahaha…!
Akibatnya apa? Aku jadi merasa perlu menjaga kualitas
status2ku. Aku tidak ingin mereka merasa kecewa dan merasa bosan pada status2ku
berikutnya. Padahal pastinya itu lebih kepada perasaan ‘merasa-ku’ itu saja.
Soal mereka kecewa atau bosan sama status2ku itu pasti hanya ada di pikiranku
saja. Soal mereka suka sama penulisnya apalagi,
“Iihhh…amit-amit
!”, begitulah terbayang di kepalaku tanggapan mereka, lengkap dengan segala
ekspresinya, hahaha…!
Tapi intinya, hanya karena merasa-merasa itu, status-statusku jadi
kujaga mutunya. Karena merasa hebat, aku jadi tak mau terlihat konyol dan
bodoh. Tapi yang lebih penting, aku jadi gembira karenanya. Jadi semua cuma
bermodal narsis. Itu saja. Sederhana, tapi berdampak nyata.
Hanya karena merasa mampu, banyak yang mencalonkan diri jadi
Presiden. Soal benar-benar akan jadi Presiden itu lain soal. Fakta bahwa ikut
bersaing sebagai kandidat saja sudah membuktikan bahwa dia layak jadi
kandidatnya.
Jadi, betapapun kacau tampangmu, ‘merasa keren’ itu perlu.
Cermin boleh setiap saat menyodorkan duka, yang penting jangan dipercaya. Jika
sodoran duka itu dipercaya, kita akan melulu ‘merasa’ berduka. Merasa berduka?
Merasa hina saja bisa membuat seseorang mengakhiri hidupnya. Belum tentu
benar-benar terhina sebenarnya. Baru sebatas merasa, tapi hasil keputusannya nyata. MATI.
Apakah dengan merasa keren, kita jadi keren beneran? Belum
tentu. Tapi jika kita sudah merasa keren, berarti kita memang layak untuk
beneran keren.
*Quote macam apa ini? ;)
*Selamat Malam….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar