Halaman

16 Okt 2015

Teraniaya BengBeng



Kisah konyol seperti hubungan yang putus gegara keliru makan BengBeng itu pasti sudah sering kita dengar. Pasangan ini sebetulnya sudah saling cocok satu sama lain. Persoalannya cuma satu, yang lelaki ternyata suka makan BengBengnya langsung. Padahal bapak si cewek lebih suka BengBeng yang dingin. Sungguh satu hal yng remeh belaka sebetulnya, andai saja seluruh pihak terkait saling terbuka sejak dini. Tapi tak ada persoalan remeh yang tetap remeh jika melulu diremehkan. Andai saja si cewek terbuka, berani jujur dan menegur sang cowok bahwa ayahnya lebih suka BengBeng dingin, ahhh…

Tapi walau begitu, si cewek tak pula bisa dipersalahkan begitu saja. Bisa jadi justru si bapaklah yang tak mewaspadai hal remeh tersebut, bahwa pacar putrinya ternyata lebih suka makan BengBengnya langsung. Entah karena terlalu sayang anak, atau enggan memperkarakan satu hal yang remeh, akhirnya malah berujung serius. BengBengnya tak pernah sampai dingin dengan selamat. Keburu dimakan calon mantunya yang memang lebih suka makan BengBengnya langsung.

Yang paling parah tentu saja si cowok pacar putrinya itu. Ketidakpekaan memang sering membuat kita alpa bahwa dibalik kegembiraan kita ada pihak lain yang sedang teraniaya. Akibat hobi dan kesenangannya makan BengBeng langsung yang diremehkannya tidak saja telah mendholimi calon mertuanya, tapi juga berdampak serius terhadap kelangsungan stori asmaranya.

Akumulasi sikap meremehkan tersebut akhirnya berbuah fatal. Hubungan mereka terpaksa diakhiri secara konyol. Tapi benarkah itu semua melulu gegara BengBeng? Belum tentu! Dan sangat wajar bila kita mempertanyakan putusnya hubungan gegara keliru makan BengBeng belaka.

Bisa jadi BengBeng itu hanyalah kendaraan untuk membereskan persoalan yang sesungguhnya jauh lebih serius. Saya tak mempercayai adanya proses kebetulan di dunia ini. Yang ada adalah berkumpulnya aneka faktor secara serempak hingga timbullah kegemparan, walau bisa jadi kegemparan konyol seperti halnya yang disebabkan oleh BengBeng tersebut.
Melihat senyum seringai si bapak makan BengBeng yang dingin, saat putrinya memutuskan si cowok, sangat layak dicurigai bahwa sebetulnya dia memang tak suka dengan pacar putrinya tersebut. Lalu kita juga layak mencurigai putrinya itu. Begitu usai bilang kata putus dan jelaskan dengan ringkas masalahnya, dia langsung berlari sambil menangis. Apakah dia sengaja lari menghindar karena berusaha menyembunyikan kebohongannya agar tidak terbongkar. Mungkinkah sebetulnya saat itu dia juga sudah tak ingin lagi melanjutkan hubungannya dengan sang cowok? Kenapa? Ada lelaki lain yang telah mencoleknya? Hahaha….!

Lalu kita lihat juga betapa galaunya sang cowok karena mesti pisah gegara hal konyol seperti keliru makan BengBeng tersebut. Betapa pilu mendengar lirik lagu yang dinyanyikannya. Sungguh menyayat hati.

BengBeng memang satu, makannya yang beda.
Haruskah kita lantas pisah, walau sama-sama suka BengBeng?

Persoalan kecil memang acap kali jadi pemicu munculnya persoalan kecil-kecil lainnya yang secara akumulatif bisa menjadi satu persoalan serius dan fatal, hihihiks….!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...