Kisah konyol seperti hubungan
yang putus gegara keliru makan BengBeng itu pasti sudah sering kita dengar. Pasangan
ini sebetulnya sudah saling cocok satu sama lain. Persoalannya cuma satu, yang
lelaki ternyata suka makan BengBengnya langsung. Padahal bapak si cewek lebih
suka BengBeng yang dingin. Sungguh satu hal yng remeh belaka sebetulnya, andai
saja seluruh pihak terkait saling terbuka sejak dini. Tapi tak ada persoalan
remeh yang tetap remeh jika melulu diremehkan. Andai saja si cewek terbuka,
berani jujur dan menegur sang cowok bahwa ayahnya lebih suka BengBeng dingin,
ahhh…
Tapi walau begitu, si cewek tak
pula bisa dipersalahkan begitu saja. Bisa jadi justru si bapaklah yang tak
mewaspadai hal remeh tersebut, bahwa pacar putrinya ternyata lebih suka makan
BengBengnya langsung. Entah karena terlalu sayang anak, atau enggan
memperkarakan satu hal yang remeh, akhirnya malah berujung serius. BengBengnya
tak pernah sampai dingin dengan selamat. Keburu dimakan calon mantunya yang
memang lebih suka makan BengBengnya langsung.
Yang paling parah tentu saja si
cowok pacar putrinya itu. Ketidakpekaan memang sering membuat kita alpa bahwa
dibalik kegembiraan kita ada pihak lain yang sedang teraniaya. Akibat hobi dan
kesenangannya makan BengBeng langsung yang diremehkannya tidak saja telah
mendholimi calon mertuanya, tapi juga berdampak serius terhadap kelangsungan
stori asmaranya.
Akumulasi sikap meremehkan
tersebut akhirnya berbuah fatal. Hubungan mereka terpaksa diakhiri secara
konyol. Tapi benarkah itu semua melulu gegara BengBeng? Belum tentu! Dan sangat
wajar bila kita mempertanyakan putusnya hubungan gegara keliru makan BengBeng
belaka.
Bisa jadi BengBeng itu hanyalah
kendaraan untuk membereskan persoalan yang sesungguhnya jauh lebih serius. Saya
tak mempercayai adanya proses kebetulan di dunia ini. Yang ada adalah
berkumpulnya aneka faktor secara serempak hingga timbullah kegemparan, walau
bisa jadi kegemparan konyol seperti halnya yang disebabkan oleh BengBeng
tersebut.
Melihat senyum seringai si bapak makan
BengBeng yang dingin, saat putrinya memutuskan si cowok, sangat layak dicurigai
bahwa sebetulnya dia memang tak suka dengan pacar putrinya tersebut. Lalu kita
juga layak mencurigai putrinya itu. Begitu usai bilang kata putus dan jelaskan
dengan ringkas masalahnya, dia langsung berlari sambil menangis. Apakah dia
sengaja lari menghindar karena berusaha menyembunyikan kebohongannya agar tidak
terbongkar. Mungkinkah sebetulnya saat itu dia juga sudah tak ingin lagi melanjutkan
hubungannya dengan sang cowok? Kenapa? Ada lelaki lain yang telah mencoleknya? Hahaha….!
Lalu kita lihat juga betapa galaunya
sang cowok karena mesti pisah gegara hal konyol seperti keliru makan BengBeng
tersebut. Betapa pilu mendengar lirik lagu yang dinyanyikannya. Sungguh
menyayat hati.
BengBeng memang satu, makannya yang beda.
Haruskah kita lantas pisah, walau sama-sama suka BengBeng?
Persoalan kecil memang acap kali
jadi pemicu munculnya persoalan kecil-kecil lainnya yang secara akumulatif bisa
menjadi satu persoalan serius dan fatal, hihihiks….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar