Besok, tepat setahun sudah
Indonesia dipimpin oleh orang yang digadang-gadang majalah sekaliber Time
sebagai New Hope, Jokowi. Benarkah Jokowi adalah Sang New Hope…?
Nyaris tak ada lagi alasan untuk
mempertahankan Jokowi sebagai Presiden. Banyak syarat untuk memberhentikannya sudah
terpenuhi.
Jokowi sebagai kepala
pemerintahan sudah melakukan pelanggaran HAM atas bencana kabut asap yang
belakangan sudah menghajar nyaris seluruh Indonesia. Sumatera, Kalimantan dan
belakangan bahkan Sulawesi dan papua juga sudah mengalaminya. Lihat UU No 39 tahun 1999 pasal 9
ayat 3
“Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat”
Sudahkah kita mendapatkan hak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat…?
Tidak itu saja, dengan bencana
kabut asap ini juga secara telak mengeaskan bahwa Jokowi sudah melanggar hukum tertinggi
di Indonesia, UUD1945. Lihat pasal 27 ayat 2 UUD 1945:
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan”
Penghidupan yang layak. Sudahkah
kita rakyat mendapatkan penghidupan yang layak? Layakkah hidup dalam kabut asap…?
Tentu ada usaha untuk
mengatasinya. Tapi apakah sudah maksimal? Sungguh sangat diragukan. Betapa
kasihannya nasib prajurit TNI yang bertarung nyawa demi padamkan kabut asap,
tapi lihat bagaimana kelakuan para pemimpin korup kita? HUT TNI terakhir justru
dirayakan di lokasi pabrik pembakar hutan terbesar di Indonesia. TNI, walau
dengan pangkat Jendral sekaligus tetaplah saja prajurit yang selalu mesti taat
dan patuh terhadap atasan. Panglima tertinggi mereka yaa, Presiden. Bila atasan
memutuskan bahwa perayaannya mesti di situ, yaa berarti tak boleh disana.
Begitu, kan? Ini sangat menyakiti rakyat.
Blusukan masuk asap? Ini adalah
kelakuan PALING BODOH dan KONYOL Presiden Pilihan Kita itu. Poto tanpa
maskernya dalam hutan asap ini seolah sangat menghina kami, korban asap.
Potonya itu seolah bilang,
“Asap ini bagus untuk kesehatan”
“Asap ini bikin awet muda.
Penambah ion tubuh, hahaha….!”
“Asap ini ga bahaya, kok!
Buktinya saya aja ga pakai masker!”
Tolong tim penasehat Presiden
di-check, apakah Presiden kita itu tahu peta Indonesia?Apa Jokowi tahu, Batam saja
yang ratusan kilometer dari titik hotspots sudah demikian pengapnya.
Padahal itu baru soal asap. Belum
lagi soal penegakan keadilan hukum itu sendiri. Presiden GIDI, yang jelas-jelas
telah berlaku makar, melanggar UUD1945 pasal 29 ayat 2 tentang kebebasan
beribadah bukannya diusir dari Indonesia, apalagi sampai dihukum mati, malah
ditraktirnya makan di istana Negara. Sebaliknya, umat Islam berjenggot yang
baru pulang dari pengajian malah di-dor tanpa merasa perlu untuk diinterogasi
terlebih dahulu. Penguasa yang melakukan pembiaran terhadap pelanggaran telak
UUD1945 adalah juga berarti melakukan pelanggaran itu sendiri.
Sungguh hebat rakyat Indonesia
ini. Mereka begitu mencintai Indonesia. Setiap bulan Agustus rakyat beli
bendera, sementara pejabatnya menjual negara. Pajabat makan suap, rakyat
megap-megap makan asap. Entah sudah berapa bulan ini rakyat mensubsidi BBM
untuk Negara? Ingat, sekarang kita beli premium di atas harga minyak dunia,
lho! Artinya apa? Sekarang justru rakyatlah yang mensubsidi negara, ckckckc….!
Apa yang dilakukan pemerintah
dalam membenahi morati-maritnya kehidupan rakayat belakangan ini? Sibuk? Yaa,
sibuk ngeles sana-sini, bahkan menghasut rakyat.
Final Piala Kemerdekaan dibuat
seolah final Piala Dunia. Rakyat sebetulnya tenang-tenang saja, tapi mereka
anggap sedang begitu kacaunya. Entah darimana isu pertandingan final turnamen
TARKAM itu bias bakal rusuh. Saya bahkan berani jamin, bahwa isu yang katanya
beredar via broadcast BBM itu 100% hoax. Siapa yang katanya ditangkap itu?
Emang ada wajahnya yang ditrampilkan di tipi. NOL….! It’s a BIG BULLSHIT….!
Jika sesuatu diserahkan kepada
yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancurannya. Sudah 14 abad yang lalu
Islam mengingatkan kita. Tapi dengan sok tahunya Menegpora bekukan PSSI. Lihat
nasib Persipura yang saat kampanye saja Jokowi berani ‘sumpah’ potong leher
bahwa Persipura bakal juara. Ehh, begitu sudah sampai 8 besar malah dapat
sanksi, hahaha….!
“Saya jamin Persib dan Persipura
bakal tetap bisa ikut AFC Cup”, sumbar si sok tahu.
Saya sungguh kepikiran. Ini orang
beneran sok tahu kali yaa? Padahal sudah jelas dan tegas aturannya, pemerintah
sama sekali tak boleh intervensi urusan federasi sepakbola masing-masing negara.
Tuh lihat Kuwait! Sudah ikut kualifikasi Piala Dunia dengan total 3 kali
menang, sekali draw dan sekali kalah tanpa kasihan sama sekali tetap disanksi
FIFA karena intervensi pemerintahnya.
Kasihan anak-anak Papua. Boaz,
Bonai, Wanggai, Mandowen dan lain-lain yang punya tambang emas terbesar dunia
di kampungnya sekarang malah sibuk berebut satu medali emas turnamen kelas kampung,
hahahak….!
Dan sampai sekarang tak ada
tanda-tanda akan turunnya Imam Nachrowi. Sepakbola terus dibisnis dan
politikkan. Gila, sudah berbulan-bulan kita diberi sanksi FIFA, tak ada
tanda-tanda PSSI baru akan dibentuk? Lalu apa tugas Tim Transisi?
Bukankah tugasnya untuk membentuk
kepengurusan PSSI baru? Sudah berapa bulan mereka bekerja? Apa hasilnya?
Anggaran yang saking besarnya buat operasional mereka sempat diprotes public.
Tapi PSMS yang juara Piala Kemerdekaan yang juga turnamen antar kampung sampai
sekarang juga belum terima hadiahnya. Tadi Persib Bandung juga sudah juara. Hadiahnya?
Kapan-kapan lagi? Hahaha….!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar