Prilaku buruk dan menjadi
penyebab yang buruk tak ada bedanya. Sama-sama buruk, hahaha…! Walau begitu,
prilaku buruk masih lebih baik ketimbang menjadi penyebab yang buruk. Prilaku
yang buruk, walau bisa saja memberikan akibat yang buruk bagi yang lain, tapi
ganjaran dosa yang didapat cuma oleh pribadi yang berlaku buruk itu sendiri.
Lain halnya jika menjadi penyebab yang buruk. Dosa yang mungkin saja tak
disadarinya, tapi menyebabkan orang lain menjadi buruk dan berdosa akibat
prilakunya.
Apa yang salah dari profesi
presenter, pelawak, penyanyi, pencipta lagu, artis dan dunia glamour selebriti
lainnya? Itu ibadah, jika tujuannya untuk mencari nafkah baik bagi diri
sendiri, keluarga apalagi jika juga mempu menghidupi orang2 sekitar yang
terkait dalam profesinya juga. Tapi lain soalnya, jika profesi tersebut malah
menghasilkan akibat yang buruk bagi orang lain, masyarakat atau public atau
penonton.
Presenter, host, pembawa acara
yang mencuci opini public karena pesanan kepentingan pemilik dan pembayar
media. Lawakan yang melecehkan agama dan atau bermotif SARA. Musisi yang
memperkenalkan lirik2 kotor dan menyesatkan. Atau artis yang memainkan peran
yang membawa pesan merusakkan moral dan aqidah umat.
Selain untuk nonton bola dan Halo
Selebriti, saya memang tak suka nonton tivi, haha…! Musim Pemilu sudah lewat,
dan siaran tivi kembali pada kepentingannya masing-masing. Media cetak dan tipi
yang dikuasai kaum Yahudi kembali pada misi abadinya, merusak Islam. Lihat saja
program2 tivi yang ada sekarang.
Sekarang serigala yang ganteng
pun lebih laku dan menarik pengiklan ketimbang manusia normal, walau tak
ganteng, hahaha…! Menurut teori sinetron, serigala ternyata berasal dari
manusia. Lebih menarik memang hidup di dunia khayal ketimbang di dunia nyata.
Alangkah asyiknya memang jika bisa terbang, menghilang, punya teman ibu peri
yang baik hati serta punya kekuatan sihir.
Apa yang lucu dari si Ocid dan
kawan-kawan? Terbahak2 saat takziah? Saling menghina di samping jenazah. Lucu?
Saling hina sih iyyyyaaaa….!
“Jangan banyak tanya. Ikuti saja,
pahaaam!”, kata ustadnya. “Ini syarat!”, lanjutnya sambil menabur sesajian
sepanjang jalan menuju pemakaman.
“Iyyyyyaaaaa, ustaaaaadz!”, jawab
rombongan serempak.
Keren amat brain washing-nya
yak…?
Sutradara2, sineas2 yang
sebenarnya berpotensi, setelah didik, ‘disekolahkan’ produser2 Yahudi menjadi
pelacur karena beriman terhadap uang, rating dan popularitas.
“Elu lahir aja udah salah!”, itu
lucu ya?
Itu pelecehan terhadap terhadap
Tuhan yang Maha Berkehendak. Melecehkan orangtua. Kafir terhadap takdir.
Kemana perginya ulama, KPI, MUI,
KPAI dan pihak-pihak yang mestinya sensitive terhadap pelecehan agama dan
perilaku yang mengeksploitasi anak. Lagu apa yang dinyanyikan peserta La
Academia Junior? Lagu anak? Dengar deh, lirirknya….!
Ada produser yang menjual agama
sebagai judul sinetronnya, kemana para ulama? Ada orang-orang berjilbab yang
menyampaikan dialog-dialog dari sutradara2 dan sineas2 didikan dan ciptaan
Yahudi, kemana MUI? Indonesia dan Islam berikutnya dalam bahaya. Islam
Indonesia adalah target Yahudi karena Indonesia adalah Islam yang terbesar di
dunia. Akankah kita diam saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar