Bagi teman-teman buruh yang sering demo anarkis, silahkan renungkankan lagi tindakan kalian. Sebagai wartawan imajiner, saya
berkesempatan untuk ikut meliput perundingan membahas nilai UMK bersama
asosiasi pengusaha, wakil pemerintah dan 10 orang wakil buruh. Di dalam ternyata suasana sangat adem, bertolak belakang dengan situasi panas dan anarkis di luar. Berikut transkip
sidang yang sempat saya rekam.
Wakil Pengusaha :Santai saja! Tak usah tegang! Ayo
dimakan cemilannya, hehehe...!
Wakil Buruh 1 :Siap, Pak!
Wakil Pengusaha :Jadi
begini adik2. Kita semua tahu bahwa sekarang situasi sedang sulit. Bahkan
beberapa negara malah sudah bangkrut. Jadi saya harap kalian mengerti keberatan
kami.
Wakil Buruh 1 :Justru
itu, Pak! Kami minta kenaikan yang wajar. Pertumbuhan ekonomi tak sebanding
dengan upah buruh.
Wakil Pengusaha :Jika
kalian memaksakan, apa boleh buat! Banyak perusahaan yang akan tutup dan kami
pindah ke luar negeri.
Wakil Buruh 1 :Kami
tak bisa diancam dengan itu, Pak! Kami bukan orang2 bodoh. Apa bapak pikir kami
tak mengerti bahwa soal pindah itu bukan perkara remeh. Soal lahan, perijinan, pemindahan aset dan sebagainya.
Wakil Pengusaha :Tak
perlu mengajari monyet menggaruk. Kami mengerti apa yang harus kami lakukan. Di
negara anu birokrasi tak berbelit-belit seperti di Indonesia. Soal lahan dan
perpindahan aset itu bukan perkara sulit.
Wakil Buruh 1 :Kami
pun juga tahu, Pak! Tapi tetap butuh waktu yang tak pendek. Apalagi,
perusahaan2 di sini hampir semua cuma perusahaan suplier/jasa. Misal ada
perusahaan yang cuma mengerjakan packing saja. Bahkan di perusahaan tempat
saya, hari-hari pekerjaan kami cuma memotong kabel saja. Apa Bapak pikir
gampang mencari rekanan dan mitra baru nanti di tempat baru?
Wakil Pengusaha :Nama
kau siapa?
Wakil Buruh 1 :Anu,
Pak!
Wakil Pengusaha :Kerja
di PT mana?
Wakil Buruh 1 :PT
Anu, Pak!
Wakil Pengusaha :Sekretarissss.....!
(memanggil sekretaris)
Sekretaris :Ya,
Pak!
Wakil Pengusaha :Telpon
segera PT Anu. Katakan bahwa asosiasi ingin agar si Anu segera di PHK. Kalau
mereka keberatan, tak mampu bayar pesangon, asosiasi yang akan membayarnya.
Sekretaris :Ya,
Pak!
Wakil-wakil buruh saling berpandangan.
Wakil Pengusaha :Oke,
kita lanjutkan! Kau, nama kau siapa?
Wakil Buruh 2 :Benu,
Pak!
Wakil Pengusaha :Tak
mau bernasib seperti itu, kan?
Wakil Buruh 2 :Tentu
saja saya tak mau, Pak! Tapi perusahaan tak bisa memperlakukan kami begitu
saja. Mana bisa kami di-PHK sembarangan.
Wakil Pengusaha :Justru
itu, makanya kita berunding di sini. Silakan sampaikan tuntutanmu. Kau ingin
gaji berapa?
Wakil Buruh 2 :Sesuai
tuntutan kami semua, tiga setengah juta
.
Wakil Pengusaha :Yang
saya tanya, kau ingin gaji berapa?
Wakil Buruh 2 :Pokoknya
segitulah, Pak! Sesuai UMK
Wakil Pengusaha :Gaji
kau sekarang berapa?
Wakil Buruh 2 :Dua
setengah juta, Pak!
Wakil Pengusaha :Oke,
gaji kau akan dinaikkan jadi empat juta. Tapi silahkan setujui nilai UMK sesuai
permintaan kami! Bagaimana?
Wakil Buruh 2 :Tapi,
saya kan jadi tak enak sama teman2 yang lain, Pak?
Wakil Pengusaha :Kalian
semua yang di dalam sini akan dinaikkan gajinya sesuai permintaan kalian, plus,
masing2 dari kalian kami beri 10juta, bagaimana?
Wakil Buruh 2 :Tapi,
Pak! Perundingan ini disaksikan oleh banyak wartawan, Pak!
Wakil Pengusaha :Kalian
tenang saja! Semua wartawan juga sudah ada jatahnya masing2. Pokoknya, ini semua takkan bocor. Saya jamin.
Yang penting, kalian setujui nilainya.
Wakil Buruh 2 :Tapi
bagaimana dengan orang2 yang di luar, Pak! Mereka tetap takkan setuju.
Wakil Pengusaha :Yang
penting kan, kalian sudah setuju! Kalian kan wakil mereka? Tenang saja, kalian
boleh kok tetap pura2 menolak, kesal dan pura2 ikut berunding lagi. Kan kita di
sini asyik2 aja. Makan sambil ngopi2? Ya, kan? Bodo amat sama yang lain.
Silahkan aja mereka berpanas-panasan, teriak-teriak, saling lempar, bakar2an! Kan
sudah ada aparat yang akan mengurusnya. Bagaimana? Oke....?
Wakil Buruh 2 :Bagaimana
ini, Pak? (berbisik kepada wakil pemerintah yang duduk di sebelahnya)
Wakil Pemerintah :Setujui
saja, agar masalah tidak berlarut-larut.
Wakil Buruh :Bapak
dapat bagian juga, ya?
Wakil Pemerintah :Yaa,
iyya, donk! Hehehe (menyeringai)
Wakil Buruh :OK,
Pak! Kami setuju.
*Maka nilai UMK pun disepakati sambil kedua belah pihak tetap pura-pura
menolak, hahaha....!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar