Meminta saya melupakan Dian sama saja dengan menganjurkan
saya membunuh Rekreasi Hati dengan tangan saya sendiri. Saya sendiri sangsi
jika kalian semua mampu menerimanya, hahaha…! Ide membunuh RH, apalagi dengan
tangan saya sendiri pastilah datang bukan dari kalian kan? Teman-teman semua
Para Penggaruk yang sejati, kan? Ide itu ngawur dan tak masuk akal. Jangankan
saya dan kalian, Dian pun saya yakin takkan tega melihatnya, hahaha…!
Tuh kan, Dian lagi! Apa kubilang? Itu ide yang gagal rasional. *Kembali galau
):
Tapi kamu juga mesti terima kenyataan, Rauuuuul…..!
Tentu saja. Tapi, usaha dulu baru nrimo. Berjuang dulu,
setelah itu baru legowo. Belum pernah dengar rumus begituan? Kenapa berhenti
saat perjuangan belum selesai? Kenapa berhenti padahal perjalanan belum sampai?
Kenapa berhenti menggaruk di saat masih merasa gatal? Pernah dengar kisah nyata
seorang atlet marathon asal Tanzania bernama John Stephen Akhwari? Saat berlaga
di Olimpiade tahun 1968 di Mexico saat jarak masih tersisa sekitar 5000 mil
lagi dia cedera. Semua berpikir pertandingan sudah selesai. Hari sudah malam
dan pertandingan memang sudah selesai. Tapi bagi si atlet ternyata belum. Tiba-tiba
terdengar pengumuman dari bahwa masih ada pelari yang akan menuju garis finish.
Serentak, stadion kembali bergemuruh. Semua penonton yang kebetulan belum
pulang bersorak dan berdiri memberi standing aplaus saat dari jauh terlihat ada
seorang pelari yang berlari dengan berjinjit-jinjit (begitu kan, Bahasa Indonesianya?)
sambil meringis menahan sakit yang luar biasa menuju garis finish..Saat ditanya
wartawan kenapa dia ngotot menyelesaikan perlombaan dan mengabaikan ancaman
dokter bahwa dia akan lumpuh total atas kenekatannya itu dia menjawab,
“Negara mengirim saya jauh-jauh ke sini bukan untuk hanya
untuk mengikuti pertandingan, tapi juga untuk menyelesaikannya”.
Suatu jawaban yang heroic banget, kan? Dia akhirnya memang
divonis lumpuh total (tapi kalo ga salah l, masih ada keajaiban setelah vonis
itu. Menurut suatu kisah yang kalo lagi-lagi tidak salah dia juga berhasil
menaklukkan vonis lumpuh tersebut), tapi dia juga jadi pahlawan kebanggaan
Negara atas aksi patriotisnya itu.
Itulah juga impian saya. Saya juga mengidamkan hal serupa.
Saya ingin Dian bangga atas kegigihan saya untuk memperjuangkannya. Jika si
atlet lumpuh itu mampu jadi kebanggaan bangsa, kenapa untuk sekadar jadi
kebanggaan Dian saja saya tak kuasa? Padahal saya bukan orang yang lumpuh,
hehehe…!
Bagaimana jika ternyata hasilnya bad ending?
Film paling laris sepanjang sejarah seperti Titanic saja
kisahnya berakhir tidak dengan happy ending, kok! Justru kisah pahit itu yang
membuat emosi penonton membuncah, kan? Yang membuat banyak stasiun tipi
memutarnya berulang kali?
Novel apa yang paling laris di dunia? Saya memang tak banyak
membaca novel terjemahan. Tapi satu-satunya Novel terjemahan yang ada di
Goodreads list saya adalah The First Lady-nya Irving Wallace. Istri Palsu Sang
Presiden, versi Indonesianya. Suatu kisah yang keren dengan ending yang sungguh
tak jelas. Saya sendiri yakin, sampai sekarang penulisnya sendiri juga bingung,
apakah yang mati itu Istri palsu atau yang asli. Endingnya sengaja dibuat
menggantung agar tercipta ruang untuk dibuatkan sequelnya? Bisa jadi maksudnya
begitu, sebab ada begitu banyak celah untuk itu. Apa yang akan terjadi jika
ternyata istri palsu masih hidup? Atau sebaliknya, bagaimana jika ternyata yang
mati itu istri yang asli? Tapi bagaimana pula jika ternyata yang masih hidup
adalah istri yang asli? Versi kebalikannya juga ada, bagaimana kalau yang mati
itu istri yang palsu. Sungguh banyak kemungkinan versi sequelnya. Tapi
bertahun-tahun sampai sekarang tak satupun yang pernah saya dengar diterbitkan.
Sungguh ending yang tak sedap. Tak jelas, tapi keren abis.
Novel dan sinetron Indonesia juga begitu? Apa serial fiksi
paling terkenal di Indonesia? Lupus? Wiro Sableng? Dalam berbagai kisahnya
Lupus nyaris tak pernah berakhir happy, tapi sungguh menghibur. Wiro Sableng
bahkan mesti mati, tapi akhirnya jadi legenda, kan?
Banyak sinetron jadi garing karena memaksa berakhir dengan happy
ending. Apa sinetron paling terkenal di Indonesia? Ayoo, semua pemirsa Halo
Selebriti mestinya pakar soal-soal yang begini? Cinta Fitri? Bagaimana
endingnya? Tak jelas, kan? Sinetron Para Pencari Tuhan juga bisa kita jadikan rujukan.
Jilid 1 berakhir dengan ditinggalnya Bang Jack oleh tiga murid mantan napinya
itu.Terus Jilid...
Stop...! Interopsi! Tapi kan, happy ending bagi Ayya dan
Azzam?
Nah, itu yang saya maksud. Gembira dan kecewa, bad dan best
ending itu cuma soal persepsi. Itulah pentingnya menggaruk yang tidak gatal. Dengan
cara pandang yang lain lah kita akan temukan hikmah untuk bersyukur. Nikmati,
maka kaupun akan bersyukur.
Tapi jika ternyata akhirnya Dian.... (ga kuat nulisnya)
Masih belum ngerti juga? Saya dan Dian apalagi, pasti akan bahagia.
Bisa jadi saat itulah kehidupan kami berbelok-belok begini akan normal kembali.
Itulah waktunya memaku posisi kami di hati masing-masing. Takkan bergeser-geser
lagi. Saat itulah saya akan hijrah. Move On, kata anak-anak generasi Halo
Selebriti. Nabi Muhammad juga diperintahkan hijrah karena tak bisa lagi
berjuang di Mekah saat 2 pembela utama dakwahnya Abu Thalib dan Khadijah
meninggal, kan? Bukankah beliau yang mesti kita teladani? Jadi, tentu saja
keliru bila saat ini ada yang coba saya minta lupakan Dian. Belum saatnya. Apa
anehnya sih? Udah deh, tak perlu mengajari monyet menggaruk. Saya paham caranya
kok. Hahaha..!
Lagipula, itu takkan terjadi, hehehe....!
Aamiin...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar