Oke, sampai saat ini saya masih meyakini visi Rasulullah
saat menyepakati butir poin Perjanjian Hudaibiyah yang ‘terlihat’ merugikan
tersebut. Saya memang belum menemukan alasan seseorang untuk murtad (selain
soal ekonomi dan pernikahan, seperti yang pernah saya bahas jauh sebelum post
ini, heheh..!). Masalahnya, ada persolan yang tak kalah bahayanya selain
murtad, yaitu syirik.
Syirik adalah murtad tak resmi. Bahayanya, syirik bisa
terjadi berkali-kali. Lebih bahayanya lagi, perbuatan syirik banyak terjadi
karena kita anggap remeh dan kita tak menyadarinya. Contoh kecilnya, soal air
zam-zam.
Oleh-oleh umum yang biasa kita dapat dari kerabat yang baru
pulang Haji atau Umrah di Mekah adalah air zam-zam. Begitu antusiasnya kita
terhadap oleh-oleh tersebut, sampai-sampai kecewa jika tak kebagian
mencicipinya. Berharap,dengan mencicipinya kita akan beroleh berkah. Ada yang berharap
kemudahan rejeki, enteng jodoh, anak-anak menjadi pintar, berotak encer dan
lain sebagainya. Itulah dia: syirik.
Benar, bahwa air zam-zam adalah salah satu mukjizat Allah
SWT yang diberikannya kepada Nabi Ismail. Tapi tidak lantas karena itu kita
mesti ‘beriman’ kepadanya, bukan? Banyak keajaiban yang diberikan Allah SWT
kepada manusia. Kita tidur dengan selamat tanpa gangguan dari banyak binatang
buas saja itu sudah merupakan suatu mukjizat. Sampai hari ini kita masih
selamat, meski tiap hari menyabung nyawa di keruwetan jalan raya, itu juga
mukjizat.
Tuhan Maha Berkehendak, terhadap segala sesuatunya. Apa
mauNYA cukup dengan ‘Kun Fayakun’. Begitu banyak keajaiban yang diperlihatkan
Tuhan agar kita selalu mengingat akan kebesaranNYA. Begitulah pula halnya
dengan air zam-zam tersebut. Dengan meminumnya, mestinya yang kita ingat adalah
soal kebesaran Allah, bahwa jika DIA sudah berkehendak, apa saja bisa terjadi.
Celakanya, banyak diantara kita yang masih ragu terhadapNYA. Untuk menyumbang
masih pikir-pikir kebutuhan yang lain? Padahal DIA sudah berjanji yang berderma
akan mendapat gantinya, berlipat-lipat. Ga percaya sama janji Allah, itu juga rawan
menjadi syirik.
Allah lah yang bisa membuat segala sesuatunya terjadi. Bukan
dokter yang menyembuhkan penyakit. Banyak malah dokter yang karena kelalaiannya
malah menyebabkan kematian pasiennya. Berharap hanya kepada Allah akan
mendatangkan rasa optimis dan syukur. Berharap kepada Ponari? Selain hanya
menghasilkan rasa cemas dan gugup, itu juga butuh biaya.
Jadi kenapa mesti berharap kepada air zam-zam? Kenapa mesti
minta kedamaian kepada Ratu Penunggu Laut? Kenapa untuk lulus UN, mesti minta
tolong kepada Ponari, si bocah yang SD saja belum tamat? Di mana penjelasan
ilmiahnya…?
Syirik itu berarti melecehkan Allah SWT. Emangnya bisa Allah
dibandingkan dengan seorang bocah SD? Jadi wajar kan , jika Allah tak bersedia mengampuni para
pelaku-pelaku syirik.
*Selamat Malam…! Mudah2an kita semua selalu dalam jalurNYA,
aamiin…!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar