Halaman

27 Feb 2014

Syirik Itu Murtad Juga

Sambungan lagi nih…!

Oke, sampai saat ini saya masih meyakini visi Rasulullah saat menyepakati butir poin Perjanjian Hudaibiyah yang ‘terlihat’ merugikan tersebut. Saya memang belum menemukan alasan seseorang untuk murtad (selain soal ekonomi dan pernikahan, seperti yang pernah saya bahas jauh sebelum post ini, heheh..!). Masalahnya, ada persolan yang tak kalah bahayanya selain murtad, yaitu syirik.

Syirik adalah murtad tak resmi. Bahayanya, syirik bisa terjadi berkali-kali. Lebih bahayanya lagi, perbuatan syirik banyak terjadi karena kita anggap remeh dan kita tak menyadarinya. Contoh kecilnya, soal air zam-zam.

Oleh-oleh umum yang biasa kita dapat dari kerabat yang baru pulang Haji atau Umrah di Mekah adalah air zam-zam. Begitu antusiasnya kita terhadap oleh-oleh tersebut, sampai-sampai kecewa jika tak kebagian mencicipinya. Berharap,dengan mencicipinya kita akan beroleh berkah. Ada yang berharap kemudahan rejeki, enteng jodoh, anak-anak menjadi pintar, berotak encer dan lain sebagainya. Itulah dia: syirik.

Benar, bahwa air zam-zam adalah salah satu mukjizat Allah SWT yang diberikannya kepada Nabi Ismail. Tapi tidak lantas karena itu kita mesti ‘beriman’ kepadanya, bukan? Banyak keajaiban yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Kita tidur dengan selamat tanpa gangguan dari banyak binatang buas saja itu sudah merupakan suatu mukjizat. Sampai hari ini kita masih selamat, meski tiap hari menyabung nyawa di keruwetan jalan raya, itu juga mukjizat.

Tuhan Maha Berkehendak, terhadap segala sesuatunya. Apa mauNYA cukup dengan ‘Kun Fayakun’. Begitu banyak keajaiban yang diperlihatkan Tuhan agar kita selalu mengingat akan kebesaranNYA. Begitulah pula halnya dengan air zam-zam tersebut. Dengan meminumnya, mestinya yang kita ingat adalah soal kebesaran Allah, bahwa jika DIA sudah berkehendak, apa saja bisa terjadi. Celakanya, banyak diantara kita yang masih ragu terhadapNYA. Untuk menyumbang masih pikir-pikir kebutuhan yang lain? Padahal DIA sudah berjanji yang berderma akan mendapat gantinya, berlipat-lipat. Ga percaya sama janji Allah, itu juga rawan menjadi syirik.

Allah lah yang bisa membuat segala sesuatunya terjadi. Bukan dokter yang menyembuhkan penyakit. Banyak malah dokter yang karena kelalaiannya malah menyebabkan kematian pasiennya. Berharap hanya kepada Allah akan mendatangkan rasa optimis dan syukur. Berharap kepada Ponari? Selain hanya menghasilkan rasa cemas dan gugup, itu juga butuh biaya.

Jadi kenapa mesti berharap kepada air zam-zam? Kenapa mesti minta kedamaian kepada Ratu Penunggu Laut? Kenapa untuk lulus UN, mesti minta tolong kepada Ponari, si bocah yang SD saja belum tamat? Di mana penjelasan ilmiahnya…?

Syirik itu berarti melecehkan Allah SWT. Emangnya bisa Allah dibandingkan dengan seorang bocah SD? Jadi wajar kan, jika Allah tak bersedia mengampuni para pelaku-pelaku syirik.

*Selamat Malam…! Mudah2an kita semua selalu dalam jalurNYA, aamiin…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...