Halaman

11 Nov 2013

Pahlawan vs Idola Part 2

Di post sebelumnya itu soal pahlawan secara umum. Tapi karena konteksnya Hari Pahlawan yang merujuk ke peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, berarti yang dimaksud di sini adalah pahlawan dalam perjuangan kemerdekaan. Menganggap Pahlawan Kemerdekaan setara dengan idola itulah kekeliruan selanjutnya.

Pahlawan Kemerdekaan itu soal nasionalisme, sedang idola soal popularitas. Jauh sangat membandingkannya. Sebagai pelatih top, Mourinho itu termasuk salah satu idola Indra Sjafri, pelatih Timnas U-19 kita. Tapi jika bicara nasionalisme, dia begitu ingin meludahi sang idolanya tersebut.

‘’…dia bilang nyamuk Indonesia lebih menyulitkan ketimbang Timnas Indonesia, kita malah tertawa. Jika dia ngomong depan saya, saya ludahi. Itu penghinaan. Beraninya dia menghina Indonesia, di negara kita pula…”, begitu kurang lebih tanggapannya.

Begitu tegas dia memisahkan soal idola dengan nasionalisme. Hal begitulah yang langka belakangan ini. Dimana-mana pahlawan kalah tempat ketimbang idola. Di kamar saya itu mestinya terpajang poster WR Monginsidi yang mati gagah di depan regu tembak Belanda, bukannya malah gambar Kurt Cobain, vocalist Nirvana yang mati konyol karena putus asa.

Saya tahu segalanya tentang Steve Clarke, gitaris Def Leppard yang mati overdosis, tapi sungguh bingung jika disuruh bicara tentang Kapitan Pattimura misalnya. Saya mengerti ini bukan cuma kelakuan saya. Yang lain pun mestinya sama. Saya yakin di wallpaper laptop kita lebih suka memajang photo Agnes Monica yang lebih suka berkarir di Amerika ketimbang gambar Cut Nyak Dien atau Cut Meutia yang memilih membela negara ketimbang keluarganya. Banyak yang hapal lagu Ariel, pemeran adegan ranjang. Tapi pasti juga banyak yang tak tahu pencipta lagu Gugur Bunga, ode untuk pahlawan di medan perang.

Sejatinya, pahlawan dan idola itu berbeda.  Menganggap setara pejuang kemerdekaan dengan para idola begitu sungguh suatu pelecehan, bukan? Apalagi sekarang idola pun bisa diciptakan. Itulah pula bedanya dengan pahlawan. Pahlawan hadir untuk mengurai persoalan, sedang idola tak jarang justru menimbulkan keruwetan. Pahlawan memberi jasa, Idola meminta pulsa. Pahlawan berjuang demi generasinya, idola berjuang demi rating dirinya sendiri. Pahlawan dikenang selamanya, idola kadang hadir sekejap belaka. Habis ‘Chayya-chayya, yaa habislah dia. Dari kamera handphone, ke Youtube dan berakhir di iklan Sosis So Nice saja, hahaha…!

*Selamat Hari Pahlawan! Sori, agak terlambat, hehehe…:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...