Halaman

4 Jun 2013

Saya Keren Maka Saya Galau Part 1

Karakternya yang begitu kuat dalam setiap bualan saya menggoda teman-teman sekerjaan untuk melacak keberadaan si Dian. Sebenarnya Dian bukanlah sosok yang asing bagi mereka. Dian pernah magang/PKL di tempat kerja kami. Hanya saja, saat itu cuma saya yang ‘ngeh’ akan keberadaannya. Mereka tahu, tapi tidak mengenalnya Cuma saya yang punya akun Facebooknya, sampai kemudian satu persatu beberapa teman akhirnya ikut menjadi teman kami bersama. Sampai akhirnya Dian eksis dalam keseharian kami. Elektabilitasnya meninggi. Dian selalu menjadi trending topic di tempat kerja dan bertahan dari pagi sampai sore. Dalam kepenatan dan tekanan suasana kerja, semua tentang Dian yang selalu bantu semangat kami oke lagi.

Lalu apa peran saya dalam setiap lakon kehidupan nyata Dian? Fiktif belaka. Mau Dian sedang ada pacar atau tidak, saya tak pernah peduli padanya. Pertama, yaa…jauh bangat. Usia kami saja berbeda sekitar 12 tahun. Gombalan pertama saya padanya malah berakhir galau dan memilukan.

”Dian, cita-citanya setelah besar mau jadi apa?” Gaya gombal saya memang meleset, hahaha…!

“Jadi guru, Oom…!” jawabnya mantap. Sialan….:-(

Gombalan saya memang aneh. Tapi sebenarnya itu bukanlah gombalan. Awalnya saya memang sudah punya feeling, kalau suatu hari nanti dia bakalan jadi guru. Jadi saat itu sebenarnya saya cuma sekedar bertanya karena penasaran belaka. Dan terbukti, bukan prediksi saya saja yang benar, cita-citanya pun kesampaian. Terlalu cepat dan hebat malahan. Tamat SMA (saya kurang tau persis soal ini karena memang sejak habis waktu magangnya kami tak pernah komunikasi. Lagipula dia memang jarang kelihatan di Facebook. Beda sama saya yang hampir tiap hari narsis dan menggila, hahaha…!) langsung mengajar. HEBAT.

Jadi tak salah jika saya merasa cocok dengannya. Dia hebat, saya ebat, hahahaha…!

Tak jelas memang hubungan kami sebenarnya. Saya tahu (saat itu) dia tak mungkin menerima cinta saya. Itupun jika saya memang cinta. Karena memang saya tak pernah merasakannya (?), apalagi mengutarakannya. Kalaupun ada, mestinya itu cuma rasa sayang sama anak kecil (hahaha…!) atau adik dan semacamnya lah  Tapi jikapun dia tak mencintai saya, yang pasti dia menghormati saya. Setidaknya dia mau berteman dengan saya.

Jadi hubungan kami memang sebatas disitu saja. Saya penggemar manusia hebat, baik laki-laki maupun perempuan. Warna kulit Clarence Seedorf itu memang hitam tua, tapi prestasinya memprovokasi saya untuk mengidolainya. Begitulah pula dengan Dian. Eeh..Dian itu ga’ hitam lho. Apalagi hitam tua seperti Seedorf, hahaha…! Dia wanita yang layak dikagumi, apalagi oleh penggemar manusia berprestasi seperti saya ini. Dia layak jadi inspirator siapa saja. Dia terlihat begitu sempurna jika saja….

*Lanjut di posting berikutnya saja, yaa…;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...