Saya meragukan (lebih tepatnya: meyakini bahwa itu mengada-ada) hasil riset mereka. Kenapa? Pertama, 1000 dan 2000 jenis itu banyak. Apalagi sampai miliaran dan biliunan segala. Pasti butuh waktu yang tak pendek untuk menelitinya satu demi satu. Kalkulasi saya begini….
??? x ??? = ????
Pusing, kan? Tidak cuma kamu, saya juga pusing. Padahal saya pusing cuma karena membayangkan kerumitannya. Jadi bayangkanlah betapa pusingnya para ilmuwan yang menelitinya. Teknik seperti apa yang mereka pakai untuk meneliti, kemudian membandingkan yang satu dengan jutaan jenis yang lainnya. Seterusnya mengelompokkan tiap kuman sesuai kelas dan golongannya agar bisa diberi nama. Memberi nama kepada jutaan, miliaran bahkan biliunan kepada makhluk yang tak terlihat seperti itu pasti tak mudah. Lagipula, apa tak pusing mata mereka melihat makhluk yang tak terlihat itu Apalagi kemudian mesti dihapal pula, agar tak keliru dalam mempresentasikan penelitiannya?
Pernah menemukan kamus ‘1000.000.000 Kuman Toilet’, ‘100.000.000 Bakteri Pada Gelas’ atau kamus ‘1000.000 Mikroba Pada Sebiji Jengkol’ misalnya? Ga’ pernah, kan? Karena memang tak mungkin. Selain tak ada peminatnya, juga nyaris tak ada gunanya. Tapi yang lebih pasti karena memang tak ada yang mampu membuatnya. Profesor seperti siapa pula yang sanggup menghapal kata-kata aneh yang jumlahnya sampai biliunan itu? Jangan lupa, para ilmuwan itu malah biasanya terkenal pikun. hahaha…!.Menulis biasanya juga di kertas, bukan di computer, karena selain pikun, berkacamata dan ga’ gaul mereka biasanya juga gagap teknologi. Pernah dengar kan, Profesor Lang Ling Lung ? Ilmuwan paling jenius di Walt Disney? Atau Profesor Kirrin ayah si Georgina di Novel Detektif Remaja Lima Sekawan adalah prothotype ilmuwan kebanyakan. Jangan kan soal catatan yang tak ketemu, padahal adanya juga di situ saja, soal sudah sarapan atau belum saja dia lupa.
“Kacamata saya di mana?”, katanya panik. Padahal itu kacamata ada di atas kepalanya, hahaha…!
*Selamat Malam...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar