Telah diceritakan kenapa saya begitu mengagumi Dian pada
posting sebelumnya.
”Dian! Abang tu kalau tidur istirahat siang sering ngigau-ngigau nama Dian, lho!”
”Dian! Abang tu kalau tidur istirahat siang sering ngigau-ngigau nama Dian, lho!”
Ini gaya
gombal aneh saya yang lainnya. Sering saya praktekkan buat teman-teman cewek
yang lain. Tapi (seingat saya) sepertinya gombalan itu belum pernah saya tujukan
buat Dian. Di tempat kerja saya sering menyuruh teman untuk kirim ucapan seperti itu pada setiap ada
incaran atau karyawati baru. Sampai saya kena batunya, sialnya malah ketika
ucapan kiriman itu ditujukan buat Dian betulan. Kok bisa…?
Seorang teman mengaku telah menyampaikan kiriman itu buat
Dian di ruang chatting Facebook. Alamatnya sudah tepat. Dian Rawa Sari, cuma
penerimanya meleset: Pacar si Dian, huahua….
Celaka buat saya yang malah tak tau apa-apa. Nama saya ikut
di mention. Tanpa ampun dan belas kasihan saya di-remove dan sudah pasti takkan
bisa melihat Dian saya lagi, bahkan dalam daftar pencarian sekalipun. Lebih
celaka lagi, Dian sudah pasti tak menyadarinya. Buktinya: apdetan status
terakhir saya masih di-likenya, sampai kemudian saya pasti menghilang dari
berandanya, ketika akunnya digunakan sang pacar. Peluang saya cuma satu dan
satu-satunya: Dian sendiri yang meminta pertemanan kembali. Karena dia masih
bisa mencari saya di pencarian. Persoalannya: tentu dia mesti menyadari
terlebih dahulu bahwa dia telah memblok saya. Persoalan seriusnya: kapan dia
akan menyadarinya? Persoalan lebih seriusnya: akankah dia melakukannya?
hahahaha….huahuahuahuak…..huuk…huuuk…huuk…hoeeek….hoooeeeekkk….
*nangis L
Mestinya saya kecewa karenanya. Pertama karena Dian yang
begitu saya kagumi ternyata begitu sembrono membagi akun pribadinya pada orang
lain, meski itu pacarnya sekalipun. Tapi mohon dimengerti, ya! Kecerobohan Dian
itu serupa dengan kentut Bapak saya. Mengganggu, tapi termaklumi melulu. Jadi
kekecewaan saya limpahkan sama si teman yang inisiatifnya (menurut saya) berlebihan.
Suatu yang tak perlu dilakukan, karena saya lebih dulu mengenal dan menggombal
Dian. Saya pernah menasehatinya agar hati-hati saat chatting. Jangan
sembarangan, karena bisa fatal akibatnya. Saya pernah mengalaminya sekali. “Suit..suit…!”,
tulis saya di kamar chatting seorang teman cewek. Itulah kali terakhir saya bisa
melihatnya…Hening.
Tapi kecewa dan bahagia, sedih dan gembira itu cuma soal
memilih. Boleh meratap saat mobil dikepung banjir, tapi boleh juga berfoto-foto
narsis di sampingnya. Begitu pula soal kekecewaan saya. Daftarnya bisa banyak
sekali. Tapi sebaliknya daftar kegembiraan sayapun juga bisa banyak sekali. Di
blok dari pertemanan adalah alasan yang sah untuk saya kecewa. tapi karena
alasan itu pula saya merasa berhak untuk gembira. Ketimbang memilih kecewa,
tentu saja saya akan menggunakan hak saya untuk bergembira.
Kenapa begitu? Di postingan berikutnya saja, yaa…;)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar