Tugas sebagai khalifah di muka bumi yang diemban Adam jelas
tidak remeh. Konon, malaikat saja sempat meragukan kapabilitas Adam sampai2
Tuhan pun turun tangan ‘memaksa’ Malaikat ( dan juga Iblis) untuk sujud kepada
Adam. Jadi jika Iblis sampai menolak ikut sujud, bisa dimengerti juga
sebenarnya alasan keberatannya. Karena tugasnya yang tidak remeh itulah Allah
menciptakan Hawa untuk menemaninya. Bayangan saya, kata ‘teman’ pada saat itu amat
tinggi nilainya. Sebagai teman, Hawa itu partnernya dalam mengurus bumi. Jadi
bukan sekadar teman dalam senda gurau atau sejenisnya. Di era Nabi Adam lah
wanita benar-benar berada dalam posisi terhormat, sebagai teman dalam
pengertian sebenarnya: partner. Laki-laki memimpin, wanita sebagai
penasihatnya. Laki-laki membuat kebijakan, wanita mengawal demi tetap dalam
jalurnya.Tugasnya yang hakiki sebagai partner benar-benar dipatenkan dalam
Islam. Wanita tidak boleh mengimami laki-laki.
Sedemikian terhormatnya kehidupan wanita, sayangnya
belakangan ini data2 yang terpapar malah mengatakan yang sebaliknya. Kehormatan
itu rontok menukik menuju titik terendah dan makin terendah. Di satu kota, 99,6% wanita belum
menikah sudah tidak perawan lagi. 56% pelajar SMP di kota sebelah mengakui hal yang sama. 87%
mahasiswi di kota
yang satunya lagi mengamini hasil survey lembaga yang ini.
Banyak yang melepas kehormatannya secara cuma-cuma, meski
banyak pula demi biaya untuk mengapdet pembalutnya. Ini mengharukan. Bagaimana
mungkin menurut mereka pembalut lebih penting ketimbang kehormatan? Yang tak
kalah horror, banyak pula wanita yang memperlakukan diri mereka serupa pembalut
itu sendiri. Dibeli hanya untuk dipakai sekali untuk kemudian dicampakkan.
???
Padahal sekarang kehormatan itu tidak cuma soal harga diri. Ada kentut yang tak boleh
dipamerkan. Ada
jerawat yang mesti disembunyikan. Menyembunyikan kentut tapi memamerkan aib
tentu saja keliru.Menutupi jerawat tapi mengumbar aurat tentu juga keliru.Anggaran
make-up makin besar, bahan pakaian makin kecil. Itulah maka ketika bedak makin tebal
tapi pakaian makin tipis. Baju semakin rendah, tapi rok semakin tinggi. Ini
soal tak remeh. Karena make up semahal itu tak akrab sama cuaca. Bedak setebal
itu tak cuma alergi sama hujan, tapi juga bakalan rontok di hadapan panas. Semakin
mahal bedaknya, semakin banyak tabu-nya.
Lain lagi soal pakaian. Ia sungguh tak ramah sama
kenyamanan. Berdiri lebih tinggi masalah, tapi duduk lebih rendah juga bahaya.
Mau begini melorot di sini. Mau begitu merosot di situ. Hahaah…PD amat. Payah
Diri, Payah Duduk. Keliru melulu.
Padahal wanita bagi Negara serupa ibarat sholat bagi agama,
sebagai tiangnya. Sulit untuk mungkir bahwa Wiro Sableng bisa jadi legenda tanpa
Bidadari Angin Timur atau Ratu Duyung ikut terlibat dalam sejarahnya. Karir
gemilang Gianluca Pagliuca sebagai kipper di Timnas Italia mentok gara-gara
sembrono megaku bahwa dia telah tidur dengan setidaknya 1500 wanita. Ga’ usah
bilang, WAW…! Jangan lupakan Bill Clinton dan Monica Lewinsky, Antazhari Azhar
dan Rani Juliani atau karir AA Gym yang merosot drastic, juga karena wanita.
Bahkan SBY jadi Presiden konon juga karena punya banyak pemilih wanita. Begitu banyak catatan sejarah dengan wanita sebagai tokoh utamanya. Jika aneka survei di atas benar adanya, terbayang sudah serupa apa Indonesia berikutnya. Tapi paling tidak, semoga saja semua yang baca ini bukanlah satu diantara mereka, aamiiin...!
*Tulisan saat galau, nih…! Selamat Malam!
Keren bos , speechless bacanya
BalasHapusMakasih ya..!
BalasHapusTulus kan, mujinya, hehehe...:D