Halaman

12 Sep 2021

Lady of Quality

Gambar comot di Goodreads

Saya pertama mengenal Georgette Heyer pertengahan Juni lalu. Tak diragukan lagi, saya pun menobatkannya sebagai idola baru. Karya-karyanya sungguh menginspirasi. "Kok bisa ya? Kenapa saya tak bisa menulis seperti dia?" Dan hasilnya pun langsung terlihat. Blog yang sudah terbengkalai hampir 3 tahunan semarak lagi. 

Dia jelas bersalah, karena selalu mengintervensi setiap saya membaca bukunya. Setiap baca satu halaman, saya berhenti karena mendapat satu ide. Baca lagi, nemu ide baru lagi. Dan begitu seterusnya. 

Beberapa referensi mengatakan  Mrs. Heyer adalah penulis multi genre. Dalam A Lady in Disguise dia pamer kemampuannya menciptakan konflik yang ruwet, tapi tetap alami. Tak ada plot penting atau menegangkan yang dibuat dengan mengandalkan faktor kebetulan, layaknya plot di sinetron-sinetron lokal kita. Semuanya sangat natural ... tapi ruwet. Bayangkan, dalam satu novelnya saja satu tokoh bisa terlibat dalam berbagai konflik. Kabur dari sebuah usaha perjodohan, terjebak peristiwa pencurian berlian, kasus pembunuhan dan sambil membantu sebuah usaha kawin lari. Saking menghiburnya, begitu tamat saya langsung ulang baca. Keren abis. 

Buku berikutnya Lady of Quality. Mrs. Heyer pamer skill modus dan nge-bucin. Tentu saja tetap sambil menghadirkan konflik asmara yang unik. Lagi-lagi saya teringat konflik asmara Bang Uyan dan Mak Juki dalam sinetron Para Pencari Tuhan-nya Wahyu HS. Saking yakinnya akan mampu mendapatkan Mak Juki yang terus menolak, Bang Uyan menebar undangan, memanggil penghulu, bahkan sampai memasang tenda resepsi untuk pernikahan mereka. Dan tentu saja dengan rayu dan gombalan yang meneror keteguhan hati Mak Juki. 

"Tiap hari kau mondar-mandir di hadapanku, sampai aku jatuh cinta. Lalu seenaknya saja kau menolakku. Mana bisa begitu!" protes Bang Uyan. 

Dalam Lady of Quality pun begitu. Mr. Carleton yang dikenal seantero London sebagai playboy ulung, kasar, tak punya sopan santun. Bahkan tak satupun ada jenis yang baik dalam dirinya. Tak seorangpun, baik keluarga, para pelayan dan kenalan Miss Wychwood yang setuju mereka berhubungan. Setiap pertemuan keduanya juga selalu saling mencaci dan mencela. Ajaibnya, juga tak seorang pun mereka yang sanggup mengatakan ketidaksetujuannya saat Mr. Carleton menyampaikan maksudnya melamar Miss Wychwood. Semua setuju, walau sambil bingung, kenapa mereka setuju. Mr. Wychwood sang kakak bahkan setuju sambil memaki sang pelamar. "Aku harus memperjelasnya kepadamu, Carleton! Bayangan tentang pernikahan adikku dengan seorang pria bereputasi sepertimu sungguh menjijikkan bagiku."

Pun begitu dengan Miss Wychwood sendiri. Dia menerima dalam kebingungannya. 

"Kau telah sangat terbiasa dengan keadaan lajangmu, sehingga mengubah keadaan itu kelihatannya tak terpikirkan olehmu. Tapi kau sedang memikirkannya. Itulah kenapa pikiranmu kacau. Kalau kau merasa tetap melajang akan lebih baik dibanding hidup bersamaku, kau harusnya menolak tanpa sedikitpun keraguan. 

Apakah pikiranmu kacau ketika Beckenham meminangmu? Sudah pasti tidak. Karena kau selalu bersikap acuh tak acuh. Tapi kau tidak memberiku perhatian dengan acuh tak acuh. Aku mengejutkanmu. Aku mengancam akan menjungkirbalikkan kehidupanmu yang yang sangat teratur. Dan kau tak tahu apakah akan menyukai atau membencinya." Dan terbukti, sambil bingung Miss Wychwood menerima lamaran Mr. Carleton. 

Review ini saya tulis sambil membaca The Convenience Marriage-nya. Lagi-lagi Georgette Heyer memaksa saya menulis. Karena, setiap tulisannya memang memancing minat saya untuk selalu menulis. Keren! 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...