Salah satu buku terbaik yang pernah kubaca (versi terjemahan) adalah karya Albert Camus berjudul Orang Asing. Hard recommended!
Hanya karena karakternya sebagai orang cuek dan apa adanya, dia akhirnya divonis hukum mati. Vonis pembunuhan berencana yang sangat kejam. Padahal kejadiannya sederhana saja.
Dia melerai temannya yang sedang cekcok. Waktu temannya mengeluarkan pistol, dia minta, agar tak terjadi pembunuhan karena soal sepele. Pertikaian yang berawal karena persoalan cewek.
Kejadian berikutnya karena dia reflek. Pantulan sinar matahari yang mengenai pisau, membuatnya menembak musuh temannya. Dia amati sejenak. Ketika si musuh terlihat bergerak (dia melihatnya sebagai bahaya), dia ulang menembak empat kali lagi.
Dalam sidang, kepolosan, keluguan dan kecuekannya sama sekali tak berguna.
Dia dituding tak berperasaan, karena sempat-sempatnya tidur waktu ibunya meninggal. Padahal itu karena dia capek, setelah perjalanan pulang dari tempatnya bekerja. Dianggap tak punya hati, hanya karena merasa tak perlu melihat wajah ibunya. "Toh, sudah mati juga." katanya.
Capek mengikuti proses pemakaman dia pergi ke kolam renang. Ketemu cewek yang berusaha menghiburnya dengan mengajak pergi nonton bioskop. Jaksa menilainya benar-benar tak punya hati, karena bisa-bisanya dalam suasana masih berduka itu dia nonton bersama cewek, yang baru dikenalnya pula.
Dianggap berencana karena terlibat sejak awal. Padahal dia cuma membantu temannya menulis surat, karena tulisan temannya jelek.
Nasibnya benar-benar apes waktu ditanya apakah dia menyesal atau tidak. Dengan jujur dia bilang, "Aku gelisah!"
Kalau Hercule Poirot mengungkap kasus pembunuhan dengan mengulik sisi psikologis, ini mungkin anti teorinya. Hanya karena merasa cuek, tak penting, jujur, polos dan lugu, dia akhirnya divonis mati... sebagai pelaku pembunuhan berencana yang kejam dan tak punya hati. Sebabnya sepele pula, masalah cewek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar