Halaman

13 Sep 2021

The Convenient Marriage


Gambar nyomot di Goodreads

Elizabeth, Charlotte dan Horatia adalah putri dari keluarga Winwood. Lizzy, si sulung terkenal sangat cantik. Charlotte, juga cantik, walau tak secantik sang kakak. Sebaliknya, Horry, si bungsu yang baru berumur 17 tahun adalah anti tesis keduanya. Sudahlah tak cantik, alisnya tak bisa melengkung, pendek dan gagap pula. 

Tibalah saat Lord Rule, seorang bangsawan kaya melamar si sulung. Lamaran yang harus diterima, demi menyelamatkan keluarga mereka yang terancam bangkrut, karena hutang kakak laki-laki mereka yang hobi berjudi. Sayangnya, Lizzy sudah punya seorang pacar yang masa depannya masih abu-abu. Walau begitu dia siap berkorban. Siap putus dengan pacar, dan berencana menerima lamaran sang bangsawan. 

Tapi, Horatia Winwood, si bungsu mengobrak-abrik kesepakatan mereka. Karena sangat menyayangi kakaknya, Lizzy dan iba terhadap pacarnya. Plus, karena sadar Carlotta, si tengah yang tak sudi berkorban, si bungsu bermanuver. Diam-diam anak bau kencur itu mendatangi sang bangsawan dan meminta dilamar. Bukan itu saja. Dengan tak tahu malunya, minta dilunasi utang judi sang kakak. Sudah begitu minta tolong pula agar pacar Lizzy dibantu keuangan dan promosi dalam karirnya. Yang ajaib, ternyata sang bangsawan menyanggupi dan menyetujui semuanya.   Termasuk tentu saja, menerima permintaan si bungsu agar menikahinya.

Tamat? Ehhh, ini bahkan belum sampai halaman 40, dari total 373 halaman bukunya. Baru opening. Saya bahkan tak sanggup meraba-raba konflik seperti apa yang ditulis Mrs. Heyer dalam bukunya kali ini. Sekali lagi, dia terkenal sebagai penulis multi genre. Siapa tahu? Bisa saja ini malah bukan buku romance, tapi misteri atau petualangan? Sekali lagi, Mrs. Heyer pamer keahliannya. Kali ini soal opening yang menggemaskan. 


12 Sep 2021

Lady of Quality

Gambar comot di Goodreads

Saya pertama mengenal Georgette Heyer pertengahan Juni lalu. Tak diragukan lagi, saya pun menobatkannya sebagai idola baru. Karya-karyanya sungguh menginspirasi. "Kok bisa ya? Kenapa saya tak bisa menulis seperti dia?" Dan hasilnya pun langsung terlihat. Blog yang sudah terbengkalai hampir 3 tahunan semarak lagi. 

Dia jelas bersalah, karena selalu mengintervensi setiap saya membaca bukunya. Setiap baca satu halaman, saya berhenti karena mendapat satu ide. Baca lagi, nemu ide baru lagi. Dan begitu seterusnya. 

Beberapa referensi mengatakan  Mrs. Heyer adalah penulis multi genre. Dalam A Lady in Disguise dia pamer kemampuannya menciptakan konflik yang ruwet, tapi tetap alami. Tak ada plot penting atau menegangkan yang dibuat dengan mengandalkan faktor kebetulan, layaknya plot di sinetron-sinetron lokal kita. Semuanya sangat natural ... tapi ruwet. Bayangkan, dalam satu novelnya saja satu tokoh bisa terlibat dalam berbagai konflik. Kabur dari sebuah usaha perjodohan, terjebak peristiwa pencurian berlian, kasus pembunuhan dan sambil membantu sebuah usaha kawin lari. Saking menghiburnya, begitu tamat saya langsung ulang baca. Keren abis. 

Buku berikutnya Lady of Quality. Mrs. Heyer pamer skill modus dan nge-bucin. Tentu saja tetap sambil menghadirkan konflik asmara yang unik. Lagi-lagi saya teringat konflik asmara Bang Uyan dan Mak Juki dalam sinetron Para Pencari Tuhan-nya Wahyu HS. Saking yakinnya akan mampu mendapatkan Mak Juki yang terus menolak, Bang Uyan menebar undangan, memanggil penghulu, bahkan sampai memasang tenda resepsi untuk pernikahan mereka. Dan tentu saja dengan rayu dan gombalan yang meneror keteguhan hati Mak Juki. 

"Tiap hari kau mondar-mandir di hadapanku, sampai aku jatuh cinta. Lalu seenaknya saja kau menolakku. Mana bisa begitu!" protes Bang Uyan. 

Dalam Lady of Quality pun begitu. Mr. Carleton yang dikenal seantero London sebagai playboy ulung, kasar, tak punya sopan santun. Bahkan tak satupun ada jenis yang baik dalam dirinya. Tak seorangpun, baik keluarga, para pelayan dan kenalan Miss Wychwood yang setuju mereka berhubungan. Setiap pertemuan keduanya juga selalu saling mencaci dan mencela. Ajaibnya, juga tak seorang pun mereka yang sanggup mengatakan ketidaksetujuannya saat Mr. Carleton menyampaikan maksudnya melamar Miss Wychwood. Semua setuju, walau sambil bingung, kenapa mereka setuju. Mr. Wychwood sang kakak bahkan setuju sambil memaki sang pelamar. "Aku harus memperjelasnya kepadamu, Carleton! Bayangan tentang pernikahan adikku dengan seorang pria bereputasi sepertimu sungguh menjijikkan bagiku."

Pun begitu dengan Miss Wychwood sendiri. Dia menerima dalam kebingungannya. 

"Kau telah sangat terbiasa dengan keadaan lajangmu, sehingga mengubah keadaan itu kelihatannya tak terpikirkan olehmu. Tapi kau sedang memikirkannya. Itulah kenapa pikiranmu kacau. Kalau kau merasa tetap melajang akan lebih baik dibanding hidup bersamaku, kau harusnya menolak tanpa sedikitpun keraguan. 

Apakah pikiranmu kacau ketika Beckenham meminangmu? Sudah pasti tidak. Karena kau selalu bersikap acuh tak acuh. Tapi kau tidak memberiku perhatian dengan acuh tak acuh. Aku mengejutkanmu. Aku mengancam akan menjungkirbalikkan kehidupanmu yang yang sangat teratur. Dan kau tak tahu apakah akan menyukai atau membencinya." Dan terbukti, sambil bingung Miss Wychwood menerima lamaran Mr. Carleton. 

Review ini saya tulis sambil membaca The Convenience Marriage-nya. Lagi-lagi Georgette Heyer memaksa saya menulis. Karena, setiap tulisannya memang memancing minat saya untuk selalu menulis. Keren! 


4 Sep 2021

Tema

Sinetron Para Pencari Tuhan mempunyai ciri dan keistimewaan yang tak dimiliki oleh sinetron (juga karya tulis yang lainnya) yaitu soal tema cerita. Sinetron ini, tiap episodenya seperti antologi cerpen dari beberapa penulis dengan tema yang sama, lalu dikumpulkan menjadi sebuah novel. Sulit,  tapi istimewa. 

PPT mempunyai ide utama, kisah panjang perjalanan hidup para tokohnya selama 14 tahun. Atau 15, karena sempat absen pada tahun 2019. Ada kisah perjalanan hidup Bang Jack dan Trio Chelsea-Barong-Juki. Ada kisah jatuh bangun keluarga Pak Jalal, Udin dan Asrul. Dan tentu saja kisah roman Azzam, Ayya dan Kalila. Kisah Trio Pak RW, RT dan bendahara. Plus, kisah seputar rumah tangga Ustadz Ferry. Semakin tahun berjalan, semakin banyak pula mengisahkan karakter-karakter yang lainnya. 

Berikutnya ada juga kisah jangka menengah. Kisah ini konfliknya tuntas setiap tahun. Ada pula kisah pendek yang tuntas setiap episodenya. Dan di sinilah letak istimewanya PPT. Tiap kisah pendek tersebut dibarengi pula beberapa kisah mini, TAPI DENGAN TEMA YANG SAMA. Misal hari ini temanya tentang ikhlas, maka semua kisah yang dialami setiap tokohnya seputaran soal keikhlasan. Hebatnya, sama sekali tak merusak plot cerita panjang dan menengahnya. Adegan dan kisah mini sebagai tempelan dibuat alami. Tak ada plot hole, malah makin menguatkan ide ceritanya. 

Salah satu contoh terbaik, episode 10 PPT jilid satu, temanya tentang sabar. Terdapat 28 scene. Kerennya, keseluruhan scene menggambarkan situasi yang menuntut sikap sabar. 28 scene itu menyatu dan membangun beberapa kisah utama. 

Pertama kisah jangka panjang pendek antara tokoh Ayya dan Azzam. Episode kali ini diakhiri (sementara) dengan kegagalan Azzam mempraktekkan ajaran menjadi seorang laki-laki yang romantis. 

Berikutnya kisah jangka pendek, perjalanan trio Juki-Barong-Chelsea mengunjungi Mak Juki. 

Berikutnya lagi, kisah jangka pendek Udin dan Asrul. Asrul dalam rangka mencari uang untuk makan keluarganya. Sementara Udin berjuang mencari uang sewa kontrakan. 

Kisah mini? Ada! Misalnya pertengkaran Pak Ustadz dan Bu Ustadz. Pak Ustadz yang (masih) ngambek karena tak diberi ijin syuting. Sebaliknya Bu Ustadz marah karena mendengar suaminya menyebut kata poligami. Sebagai tempelan? Tidak! Karena adegan tersebut berlanjut dengan kedatangan Azzam. Maka sekarang nyambung dan bergeser menjadi kisah Azzam. Dan lagi, scene tersebut juga masih berkaitan langsung dengan kisah episode terdahulu. Artinya, kisah mini tersebut adalah puzzle dari kisah panjang bertahun tokoh Ayya dan Azzam, juga Pak Ustadz dan istrinya. 

Selain scene, juga tak ada tokoh tempelan. Mulai dari Bonte, Bang Uyan atau Pak Jalal. Semuanya menampilkan pesan tema episode ini. Satu scene yang menampilkan tokoh Maulana sebagai tukang es keliling misalnya. Selain sabar, satu kata penting dalam episode ini adalah romantis. Dan itulah peran Maulana. Maulana lah yang mengatakan bahwa Azzam harus menjadi seorang yang romantis, untuk merebut hati Ayya. 

Bahkan di ujung episode, juga tampil seorang wanita. Tampil doang, tak berkata apa-apa. Tapi tanpa kata bukan berarti diam tanpa arti. Ayya sedang melayani pembeli kolaknya. Azzam datang dan melanjutkan pertengkaran mereka. Dan diamnya si pembeli kolak itu adalah salah satu penting dalam episode ini. Sabar. 


Dialog

Rata-rata setiap tahun sinetron Para Pencari menampilkan 25-27 episode saja ... tayang selama Ramadhan. Tak pernah benar-benar full. Salah satu sebabnya adalah soal skrip cerita yang belum kelar? 

Untuk menyelesaikan konflik di PPT jilid pertama misalnya. Dalam blog pribadi penulisnya, Wahyu HS, menceritakan bahwa sudah nyaris frustasi. Plot cerita sudah rampung. Ayya harus memaafkan Azzam, agar konflik asmara mereka tuntas. Tapi butuh satu dialog yang pas, agar kisah mereka selesai dengan elegan. Dialog ini yang harus ditemukan. 

Kedua tokoh sudah terlanjur kuat karakternya. Keduanya seimbang, baik dari level agama, pun begitu dengan kecerdasan intelektualnya. Setiap yang satu berargumen, yang lain mampu membalas dengan argumen yang tak kalah cerdasnya. Penulis bahkan mengaku hampir tak bisa mengendalikan (karakter) keduanya. Tak mungkin diselesaikan dengan sekedarnya, bila tak ingin terlihat sebagai penulis tolol. 

Membaca dan menonton ulang, Ayya sudah terlanjur sering menangis karena Azzam. Kalau dikumpulkan, air matanya mungkin sudah seember. "Bisa untuk mandi," pikirnya iseng. 

Ehhh, ketemu. Itu dia dialognya. Tapi hanya cocok diucapkan oleh Bang Udin Hansip. Maka apa yang harus diucapkan oleh orang seperti Azzam. Apa yang akan dipikirkan Azzam untuk memanfaatkan seember air? Menyiram bunga? Memberi minum anjing yang kehausan? Berwudhu'? 

Nah, itu jawabannya. "Apalagi yang harus kulakukan agar kau mau memaafkanku? Bahkan andai syari'at membolehkan, akan kupakai airmatamu untuk berwudhu'." Ucapan Azzam itu memukul Ayya secara telak. Konflik antara keduanya berakhir secara elegan. 

Begitu pentingnya dialog dalam dunia kepenulisan. Bahkan sebuah sinetron stripping saja bisa diundur hari tayangnya, hanya gara-gara menunggu munculnya sepotong dialog? Betapa banyaknya pihak yang harus me-rescedhule jadwalnya, gara-gara sepotong dialog tersebut? Pihak televisi, produser, kru dan artis-artis sinetron, yang bahkan kesibukan mereka saja mungkin tak kuasa kita bayangkan. 

Lalu bagaimana dengan kita? Kenapa dengan segala kemerdekaan waktu yang dimiliki tak mampu menghadirkan dialog-dialog yang bermutu dalam setiap tulisan kita? 

Sepotong dialog indah, sebagai awal dari kisah panjang sukses serial Para Pencari Tuhan. Bahkan ketika sinetron ini dihentikan (2019) tuntutan penggemar memaksa sinetron ini hadir lagi sampai tahun lalu. Untuk yang terakhir kalinya? Karena hari ini sangat maestro, Wahyu HS, penulisnya telah berpulang ke hadapanNYA. 

Allahumaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu, aamiin...! 

2 Sep 2021

Orang Asing

Salah satu buku terbaik yang pernah kubaca (versi terjemahan) adalah karya Albert Camus berjudul Orang Asing. Hard recommended! 

Pict nyomot di Goodreads

Hanya karena karakternya sebagai orang cuek dan apa adanya, dia akhirnya divonis hukum mati. Vonis pembunuhan berencana yang sangat kejam. Padahal kejadiannya sederhana saja. 

Dia melerai temannya yang sedang cekcok. Waktu temannya mengeluarkan pistol, dia minta, agar tak terjadi pembunuhan karena soal sepele. Pertikaian yang berawal karena persoalan cewek. 

Kejadian berikutnya karena dia reflek. Pantulan sinar matahari yang mengenai pisau, membuatnya menembak musuh temannya. Dia amati sejenak. Ketika si musuh terlihat bergerak (dia melihatnya sebagai bahaya), dia ulang menembak empat kali lagi. 

Dalam sidang, kepolosan, keluguan dan kecuekannya sama sekali tak berguna. 

Dia dituding tak berperasaan, karena sempat-sempatnya tidur waktu ibunya meninggal. Padahal itu karena dia capek, setelah perjalanan pulang dari tempatnya bekerja. Dianggap tak punya hati, hanya karena merasa tak perlu melihat wajah ibunya. "Toh, sudah mati juga." katanya. 

Capek mengikuti proses pemakaman dia pergi ke kolam renang. Ketemu cewek yang berusaha menghiburnya dengan mengajak pergi nonton bioskop. Jaksa menilainya benar-benar tak punya hati, karena bisa-bisanya dalam suasana masih berduka itu dia nonton bersama cewek, yang baru dikenalnya pula.

Dianggap berencana karena terlibat sejak awal. Padahal dia cuma membantu temannya menulis surat, karena tulisan temannya jelek.

Nasibnya benar-benar apes waktu ditanya apakah dia menyesal atau tidak. Dengan jujur dia bilang, "Aku gelisah!" 

Kalau Hercule Poirot mengungkap kasus pembunuhan dengan mengulik sisi psikologis, ini mungkin anti teorinya. Hanya karena merasa cuek, tak penting, jujur, polos dan lugu, dia akhirnya divonis mati... sebagai pelaku pembunuhan berencana yang kejam dan tak punya hati.  Sebabnya sepele pula, masalah cewek. 

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...