Naga Bonar :Lukman, kudengar kau mau membela perempuan penista agama itu ya?
Lukman :Ahh, dari mana pula Abang dengar?
Naga Bonar :Iya apa tidak?
Lukman :Iya, Bang! Cuma mau bersaksi, tidak mau membela.
Naga Bonar :Apa rupanya bedanya?
Lukman :Hakim telah gegabah memberi vonis, Bang! Menurutku...
Naga Bonar :Menurut hukum, Lukman! Bukan menurut kau, Bah!
Lukman :Justru itu, Bang! Hakim mengabaikan UU pasal...
Naga Bonar :Aku tak minta kau bicara UU, Lukman! Aku cuma mau bertanya, kau membela si penista agama itu atau tidak?
Lukman :Bang, kita harus adil pada siapa saja! Nama tengahku sendiri Hakim. Nama itu amanah, Bang!
Naga Bonar :Amanah? Lalu kenapa si Dompet Buruk itu memakai nama wanita yang suci: Maryam. Padahal dia itu pencopet?
Lukman :Itu soal dialah! Aku cuma mau bersikap adil.
Naga Bonar :Adil? Adil yang bagaimana yang kau maksud?
Lukman :Bang, wanita itu sendiri korban...
Naga Bonar :Korban? Dia itu pelaku penista agama, Lukmaaaaan! Arrrrrgh...😈
Lukman :Makanya dengar dulu aku selesai ngomong. Abang suka sekali memotong omongan orang. Dia itu terganggu volume speaker adzan, Bang! Itu kan artinya dia korban?
Naga Bonar :Kau ini sepertinya alergi sekali dengar suara adzan, Lukman! Sudah macam Iblis saja kau.
Lukman :Apanya maksud Abang nih?
Naga Bonar :Iblis itu menderita dengar suara adzan, Lukman! Kau mau membela Iblis? Apa maksudnya kau kirim edaran soal aturan speaker adzan itu?
Lukman :Kan sudah kubilang aku cuma mau berlaku adil.
Naga Bonar :Berlaku adil terhadap Iblis? Kau jangan munafik begitulah, Lukman! Sama si Bengak Bujang itu saja kau tak bisa berlaku adil.
Lukman :Maksud abang?
Naga Bonar :Dia merasa kau tidak adil terhadapnya.
Lukman :Apanya maksud abang ni? Sumpah, aku benar-benar tidak tau, Bang!
Naga Bonar :Si Murad yang pedagang kopi itu saja kau kasih pangkat Kolonel, padahal kopinya bukan kopi nomor 1. Si Barjo, bekas guru yang dipecat karena tak pernah masuk tapi tetap terima gaji kau kasih Letnan Kolonel. Kau sendiri Mayor. Nah Si Bengak itu cuma kau kasih Kopral. Tega sekali kau! Jauh-jauh dia merantau dari Padang Panjang cuma dikasih Kopral. Sekarang kau pula sok-sok mau berlaku adil pada perempuan yang macam iblis itu.
Lukman :Alamaaak, soal itu lagi! Bang, si Bujang sudah mati. Sudah dimakan cacing dia.
Naga Bonar :Dia mati karena marah sama kau, Lukman. Dia tak mau dikasih pangkat Kopral. Karena itu dicurinya seragam Jendralku lalu menyerang Belanda di Parit Buntar.
Lukman :Bang, abang ini sebenarnya mau ngomong apa? Itu masa lalu, Bang! Ayo move on! Masa' abang kalah sama si Maryam. Dia itu sekarang sudah jadi staff ahli Menteri, Bang!
Naga Bonar :Nah, itulah! Aku sebetulnya bangga terhadap kau, Lukman! Dulu dagang beras kau laku. Kau pernah turun pangkat, dari Mayor menjadi Sersan Mayor. Tapi sekarang kau sudah jadi Menteri. Tapi sejak jadi menteri inilah aku jadi betul-betul kecewa. Kenapa kau sampai buat aturan speaker adzan itu? Kenapa, hah?
Lukman :Aturan itu bukan aku yang buat, Bang! Aturan itu sudah ada sejak 40 tahun yang lalu. Aku sekedar mengingatkan saja, bahwa soal itu sudah ada aturannya.
Naga Bonar :Lalu kenapa tidak ada aturan speaker untuk konser musik, di bandara, mall, untuk kampanye dan lain-lainnya. Adzan itu mengingatkan kita akan janji Allah SWT. Kau itu jadi Menteri karena Presiden waktu kampanye itu koar-koar janjinya pakai speaker, Pahaaaam! Nah, kenapa itu tidak ada aturannya?
Lukman : (hening)
Naga Bonar :Kalau waktu itu dia kampanye tak pakai speaker, kau ini sekarang takkan jadi menteri, Lukman! Tak ada yang mau dengar koar-koarnya itu.
Lukman :Iya, Bang!
Naga Bonar :Kau selalu bilang mau berlaku adil. Nah itu ustadz favoritku dipersekusi dimana-mana kenapa tak kau bela? Padahal dia orang kampung kita juga?
Lukman :Makanya abang itu kalau nonton tipi jangan cuma Halo Selebriti. Tonton juga program berita lainnya. Aku sudah tegaskan, bahwa keselamatan beliau harus terjamin.
Naga Bonar : Lah, buktinya dia merasa diintimidasi sampai batalkan banyak jadwal ceramahnya. Heran aku! Katanya Aku Pancasila, toleran, demokrasi, liberal dan sebagainya. Tapi jangankan untuk nulis apalagi ngomong, mau dengar pengajian aja payah.
Lukman :Tak ada yang larang pengajian, Bang!
Naga Bonar :Diam, kau! Mau kuturunkan lagi pangkat kau? Kuturunkan pangkat kau jadi prajurit baru tau rasa kau!
Lukman : (diam)
Naga Bonar :Kecewa. Betul-betul aku kecewa sama kau, Lukman! Ada yang bubarkan pengajian, yang membubarkan yang kau bela. Ada yang divonis menista agama, ehh malau kau bela pula. Padahal yang dinista agamamu. Kau ini pemeluk agama yang aneh, Lukman!
Lukman :Islam bukan agama yang aneh, Bang!
Naga Bonar :Lukman, kau itu Menteri Agama! Jadi yang kau bela agama, bukan penistanya. Paham kau, Bah! Bikin malu saja kau! Sudah, pergilah kau, sana!
Lukman :Sebentar dulu, Bang! Abang mau kemana?
Naga Bonar :Aku mau nonton. Sialan, sudah mau habis pula ini siarannya.
Lukman :Emang abang mau nonton apa?
Naga Bonar :Halo Selebriti.
*kemudian hening
Lukman :Itu soal dialah! Aku cuma mau bersikap adil.
Naga Bonar :Adil? Adil yang bagaimana yang kau maksud?
Lukman :Bang, wanita itu sendiri korban...
Naga Bonar :Korban? Dia itu pelaku penista agama, Lukmaaaaan! Arrrrrgh...😈
Lukman :Makanya dengar dulu aku selesai ngomong. Abang suka sekali memotong omongan orang. Dia itu terganggu volume speaker adzan, Bang! Itu kan artinya dia korban?
Naga Bonar :Kau ini sepertinya alergi sekali dengar suara adzan, Lukman! Sudah macam Iblis saja kau.
Lukman :Apanya maksud Abang nih?
Naga Bonar :Iblis itu menderita dengar suara adzan, Lukman! Kau mau membela Iblis? Apa maksudnya kau kirim edaran soal aturan speaker adzan itu?
Lukman :Kan sudah kubilang aku cuma mau berlaku adil.
Naga Bonar :Berlaku adil terhadap Iblis? Kau jangan munafik begitulah, Lukman! Sama si Bengak Bujang itu saja kau tak bisa berlaku adil.
Lukman :Maksud abang?
Naga Bonar :Dia merasa kau tidak adil terhadapnya.
Lukman :Apanya maksud abang ni? Sumpah, aku benar-benar tidak tau, Bang!
Naga Bonar :Si Murad yang pedagang kopi itu saja kau kasih pangkat Kolonel, padahal kopinya bukan kopi nomor 1. Si Barjo, bekas guru yang dipecat karena tak pernah masuk tapi tetap terima gaji kau kasih Letnan Kolonel. Kau sendiri Mayor. Nah Si Bengak itu cuma kau kasih Kopral. Tega sekali kau! Jauh-jauh dia merantau dari Padang Panjang cuma dikasih Kopral. Sekarang kau pula sok-sok mau berlaku adil pada perempuan yang macam iblis itu.
Lukman :Alamaaak, soal itu lagi! Bang, si Bujang sudah mati. Sudah dimakan cacing dia.
Naga Bonar :Dia mati karena marah sama kau, Lukman. Dia tak mau dikasih pangkat Kopral. Karena itu dicurinya seragam Jendralku lalu menyerang Belanda di Parit Buntar.
Lukman :Bang, abang ini sebenarnya mau ngomong apa? Itu masa lalu, Bang! Ayo move on! Masa' abang kalah sama si Maryam. Dia itu sekarang sudah jadi staff ahli Menteri, Bang!
Naga Bonar :Nah, itulah! Aku sebetulnya bangga terhadap kau, Lukman! Dulu dagang beras kau laku. Kau pernah turun pangkat, dari Mayor menjadi Sersan Mayor. Tapi sekarang kau sudah jadi Menteri. Tapi sejak jadi menteri inilah aku jadi betul-betul kecewa. Kenapa kau sampai buat aturan speaker adzan itu? Kenapa, hah?
Lukman :Aturan itu bukan aku yang buat, Bang! Aturan itu sudah ada sejak 40 tahun yang lalu. Aku sekedar mengingatkan saja, bahwa soal itu sudah ada aturannya.
Naga Bonar :Lalu kenapa tidak ada aturan speaker untuk konser musik, di bandara, mall, untuk kampanye dan lain-lainnya. Adzan itu mengingatkan kita akan janji Allah SWT. Kau itu jadi Menteri karena Presiden waktu kampanye itu koar-koar janjinya pakai speaker, Pahaaaam! Nah, kenapa itu tidak ada aturannya?
Lukman : (hening)
Naga Bonar :Kalau waktu itu dia kampanye tak pakai speaker, kau ini sekarang takkan jadi menteri, Lukman! Tak ada yang mau dengar koar-koarnya itu.
Lukman :Iya, Bang!
Naga Bonar :Kau selalu bilang mau berlaku adil. Nah itu ustadz favoritku dipersekusi dimana-mana kenapa tak kau bela? Padahal dia orang kampung kita juga?
Lukman :Makanya abang itu kalau nonton tipi jangan cuma Halo Selebriti. Tonton juga program berita lainnya. Aku sudah tegaskan, bahwa keselamatan beliau harus terjamin.
Naga Bonar : Lah, buktinya dia merasa diintimidasi sampai batalkan banyak jadwal ceramahnya. Heran aku! Katanya Aku Pancasila, toleran, demokrasi, liberal dan sebagainya. Tapi jangankan untuk nulis apalagi ngomong, mau dengar pengajian aja payah.
Lukman :Tak ada yang larang pengajian, Bang!
Naga Bonar :Diam, kau! Mau kuturunkan lagi pangkat kau? Kuturunkan pangkat kau jadi prajurit baru tau rasa kau!
Lukman : (diam)
Naga Bonar :Kecewa. Betul-betul aku kecewa sama kau, Lukman! Ada yang bubarkan pengajian, yang membubarkan yang kau bela. Ada yang divonis menista agama, ehh malau kau bela pula. Padahal yang dinista agamamu. Kau ini pemeluk agama yang aneh, Lukman!
Lukman :Islam bukan agama yang aneh, Bang!
Naga Bonar :Lukman, kau itu Menteri Agama! Jadi yang kau bela agama, bukan penistanya. Paham kau, Bah! Bikin malu saja kau! Sudah, pergilah kau, sana!
Lukman :Sebentar dulu, Bang! Abang mau kemana?
Naga Bonar :Aku mau nonton. Sialan, sudah mau habis pula ini siarannya.
Lukman :Emang abang mau nonton apa?
Naga Bonar :Halo Selebriti.
*kemudian hening
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar