Halaman

19 Mar 2017

Berdaulat atau Dijajah?



Apa yang akan saya lakukan jika saya punya banyak fans? Atau lebih tepatnya apa yang akan saya perbuat di dunia maya, khususnya? Jika Prie GS memuji betapa berdaulatnya Raditya Dika dengan akun socmednya, maka saya berpendapat sebaliknya. Dengan pengikut yang segelintir saja saya sangat aktif bersuara di dunia maya. Lalu jika suatu saat nanti fans saya membludak mestikah saya diam layaknya Radit karena takut ditinggal fans? Tidak, bagi saya fans, follower adalah senjata yang jika dipergunakan dengan benar akan menghasilkan sesuatu yang besar. Kekuatan pada si baik yang diam hanya akan berakhir sebagai kebaikan buat dirinya sendiri. Maka menurut saya justru kekuatan Radit adalah kelemahan terbesarnya. Apa hebatnya punya massa yang begitu besar tapi diam? Bukannya berdaulat, Radit dijajah justru oleh kekuatan para followernya tersebut. Diam karena takut ditinggal fans? Itukah yang dimaksud berdaulat oleh Prie GS?

Maka terlepas dari benar atau kelirunya, saya justru lebih hormat pada sikap aktif sosok seperti Iwan Fals, Slank atau artis selebritis lainnya. Dan saya makin hormat jika itu adalah sikap nurani mereka, bukan karena pulsa atau nasi bungkus. Tidak, saya percaya mereka bukanlah aktivis bayaran suatu golongan, walau mungkin pilihan sikap tersebut berdampak positif pada meluasnya ketersediaan pentas bagi karir keartisan mereka. Pilihan politis mereka tentu punya resiko dukungan dan hujatan. Tapi mereka merdeka penuh, bebas bersikap tanpa ada rasa was-was akan ditinggal penggemar. Percuma terkenal bila takut terhadap penggemar. Bila terhadap penggemar saja takut, apalagi terhadap haters?  Iwan Fals, Slank dan yang lainnya justru lebih berdaulat dengan kebebasan sikap dan pilihannya.
Kita melihat betapa banyaknya artis yang bahkan tanpa kemauan mereka dijadikan property pengalih perhatian isu buruk pemerintah yang sedang viral. Berita negatif, mesum atau skandal para artis adalah bahan pengalih isu yang sangat efektif selama ini. Bahkan, 3 jam setelah berita meninggalnya komedian Olga, pemerintah buru-buru umumkan kebijakan tidak popular, BBM dinaikkan. Ada yang memanfaatkan fans kita untuk suatu ‘tindakan kejahatan, kenapa kita sendiri malah ogah memanfaatkannya’demi kebaikan?

Ketakutan ditinggal penggemar adalah bencana bagi seorang idola. Apalagi ‘çuma’ ketakutan ditinggal penggemar di dunia maya. Betapa malangnya, bahkan di dunia maya saja masih saja dijajah penggemar. Ini ironi, sebab sebagai seorang selebritis kita punya ‘hak istimewa’ yang tak dimiliki oleh para penggemar, yakni ‘podium’ untuk tampil. Penggemar yang benar sekalipun takkan pernah punya panggung, apalagi massa pendengarnya. Sebaliknya, seorang artis yang buruk sekalipun selalu tersedia panggung tampilnya. Maka jika ternyata sang artis betul-betul buruk, tampilnya pun akan menghasilkan keburukan bagi semua. Apalagi jika artis yang buruk itu tak cuma satu, tapi banyak pula. Buruknya suatu negeri bukan karena tak ada orang baik. Banyak sebetulnya dan punya massa pula. Tapi diam merekalah yang membuat keburukan merajalela.

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya ~ Nabi Muhammad SAW.

Saya belum jadi artis. Tapi teman-teman adalah kekuatan saya untuk mewujudkan ide-ide yang mungkin tak bisa saya wujudkan sendirian. 

*Selamat Pagi...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...