Apa yang
akan saya lakukan jika saya punya banyak fans? Atau lebih tepatnya apa yang
akan saya perbuat di dunia maya, khususnya? Jika Prie GS memuji betapa
berdaulatnya Raditya Dika dengan akun socmednya, maka saya berpendapat
sebaliknya. Dengan pengikut yang segelintir saja saya sangat aktif bersuara di
dunia maya. Lalu jika suatu saat nanti fans saya membludak mestikah saya diam
layaknya Radit karena takut ditinggal fans? Tidak, bagi saya fans, follower
adalah senjata yang jika dipergunakan dengan benar akan menghasilkan sesuatu
yang besar. Kekuatan pada si baik yang diam hanya akan berakhir sebagai
kebaikan buat dirinya sendiri. Maka menurut saya justru kekuatan Radit adalah
kelemahan terbesarnya. Apa hebatnya punya massa yang begitu besar tapi diam?
Bukannya berdaulat, Radit dijajah justru oleh kekuatan para followernya
tersebut. Diam karena takut ditinggal fans? Itukah yang dimaksud berdaulat oleh
Prie GS?
Maka
terlepas dari benar atau kelirunya, saya justru lebih hormat pada sikap aktif
sosok seperti Iwan Fals, Slank atau artis selebritis lainnya. Dan saya makin
hormat jika itu adalah sikap nurani mereka, bukan karena pulsa atau nasi
bungkus. Tidak, saya percaya mereka bukanlah aktivis bayaran suatu golongan,
walau mungkin pilihan sikap tersebut berdampak positif pada meluasnya
ketersediaan pentas bagi karir keartisan mereka. Pilihan politis mereka tentu
punya resiko dukungan dan hujatan. Tapi mereka merdeka penuh, bebas bersikap
tanpa ada rasa was-was akan ditinggal penggemar. Percuma terkenal bila takut
terhadap penggemar. Bila terhadap penggemar saja takut, apalagi terhadap
haters? Iwan Fals, Slank dan yang
lainnya justru lebih berdaulat dengan kebebasan sikap dan pilihannya.
Kita
melihat betapa banyaknya artis yang bahkan tanpa kemauan mereka dijadikan property
pengalih perhatian isu buruk pemerintah yang sedang viral. Berita negatif,
mesum atau skandal para artis adalah bahan pengalih isu yang sangat efektif
selama ini. Bahkan, 3 jam setelah berita meninggalnya komedian Olga, pemerintah
buru-buru umumkan kebijakan tidak popular, BBM dinaikkan. Ada yang memanfaatkan
fans kita untuk suatu ‘tindakan kejahatan, kenapa kita sendiri malah ogah
memanfaatkannya’demi kebaikan?
Ketakutan
ditinggal penggemar adalah bencana bagi seorang idola. Apalagi ‘çuma’ ketakutan
ditinggal penggemar di dunia maya. Betapa malangnya, bahkan di dunia maya saja
masih saja dijajah penggemar. Ini ironi, sebab sebagai seorang selebritis kita
punya ‘hak istimewa’ yang tak dimiliki oleh para penggemar, yakni ‘podium’
untuk tampil. Penggemar yang benar sekalipun takkan pernah punya panggung,
apalagi massa pendengarnya. Sebaliknya, seorang artis yang buruk sekalipun
selalu tersedia panggung tampilnya. Maka jika ternyata sang artis betul-betul
buruk, tampilnya pun akan menghasilkan keburukan bagi semua. Apalagi jika artis
yang buruk itu tak cuma satu, tapi banyak pula. Buruknya suatu negeri bukan
karena tak ada orang baik. Banyak sebetulnya dan punya massa pula. Tapi diam
merekalah yang membuat keburukan merajalela.
Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi yang lainnya ~ Nabi Muhammad SAW.
Saya belum
jadi artis. Tapi teman-teman adalah kekuatan saya untuk mewujudkan ide-ide yang
mungkin tak bisa saya wujudkan sendirian.
*Selamat Pagi...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar