Halaman

1 Mar 2016

LGBT, Tukang Intip dan Pancibuok Urang Mandi

Ramainya isu LGBT belakangan ini membuat saya sangat ingin ketemu salah seorang sosok pendukungnya. Akhirnya saya berhasil bertemu Mas Ulil, tokoh muda NU yang juga juga dikenal sebagai sosok pendukung Islam Liberal. Berikut transkip wawancara imajinatif saya dengan beliau, hehehe… J

Raul       :Bagaimana, Mas Ulil?

Ulil          :Saya bukan bagian dari mereka.

Raul       :Tapi kenapa Mas Ulil percaya diri menyatakan dukungan terhadap mereka.

Ulil          :Begini yaa! Sebenarnya media terlalu banyak mempelintir omongan dan tulisan saya. Demi penegakan HAM Saya hanya ingin mereka diperlakukan adil, sama seperti manusia normal lainnya.

Raul       :Tak adilnya di mana, Mas?

Ulil          :Mereka dikucilkan dalam pergaulan. Sulit mendapatkan pekerjaan.

Raul       :Ga juga tuh. Buktinya paling nyata saja, Stand Up Comedy Indosiar menambah episodenya kompetisinya hanya demi menyelamatkan seorang komika cowok melambai. Malah saya pikir kaum berjenggot, celana gantung atau muslimah berjilbab panjang jauh lebih dipersulit ketimbang mereka. Gimana, tuh?

Ulil          :Yaa, tipi-tipi memang selalu berusaha untuk membuat mereka berani tampil. Sayangnya kan masyarakat tak kunjung bersedia menerima mereka. Nah, perjuangan mereka itulah yang saya dukung. 

Raul       :Terus soal muslim berjenggot, bercelana gantung dan berjilbab lebar gimana?

Ulil          :Maaf, kita sudah sepakat hanya bicara LGBT, right?

Raul       :Oke lah. Sebenarnya wajar sih mereka dikucilkan masyarakat. Sebab mereka itu berbahaya?

Ulil          :Berbahaya gimana maksudnya?

Raul       :Mereka itu orang-orang yang tak mampu menguasai nafsunya sendiri. Jika nafsunya saja tak bisa mereka kendalikan, bagaimana mungkin mereka mampu mengontrol diri mereka sendiri? Lihat saja dampak saat mereka sedang dilanda galau asmara. Robot Gedex, Ryan Jombang, Kopi Sianida Jessica dan banyak lagi kasus horor LGBT level bencong salon yang berakhir tragis, pembunuhan.

Ulil          :Itu sifatnya kasuistis. Bisa terjadi pada siapa saja. Kita mesti terima dan mengakui mereka karena sesungguhnya mereka itu sakit.

Raul       :Sakit itu kan butuhnya obat, bukan legalisasi.

Ulil          :Legalisasi itu adalah bentuk dukungan kita pada mereka yang sakit. 

Raul       :Bisa lihat poto istrinya, Mas?

Ulil          :Maksudmu apa?

Raul       :Loh, kok marah? Tokoh liberal kaliber mas Ulil bisa marah juga rupanya? Padahal saya cuma minta lihat potonya doank…?

Ulil          :Siapa yang marah? Saya cuma bingung kamu ingin lihat poto istri saya buat apa?

Raul       :Saya cuma ingin lihat doank, kok!

Ulil          : Nih! Emang buat apa sih? (sambil keluarkan poto istri dari dompetnya).

Raul       :Istri mas cantik ya?

Ulil          :Ahh, kau! Buat saya tentu saja dia adalah yang tercantik di dunia ini.

Raul       :Kalo kira-kira istri mas yang cantik ini dicolek, atau diintip pas lagi mandi atau bahkan diperkosa lelaki lain Mas marah ga?

Ulil          :Yaa, marah donk! Apa haknya untuk melakukan itu semua?

Raul       :Demi HAM, masa mas marah? Tukang colek, tukang intip dan pemerkosa itu kan juga orang yang lagi sakit penyimpangan seksual? Apa bedanya dengan LGBT…?

Ulil          :HAM yaa HAM, ga boleh melanggar hak orang lain juga, donk?

Raul       :Melanggar hak orang lain? Loh…?

Ulil          :Dia itu kan istri saya? Jadi dia itu milik saya. Bukan milik mereka. Jadi mereka sudah melanggar hak saya sebagai pemilik istri saya. Ada-ada saja kau ini!

Raul       :Oke, begini! Misalnya nanti istri mas mengaku bahwa saat gadisnya dulu dia pernah berhohohihi dengan Bapaknya sendiri gimana? Mas marah juga? Kan saat itu dia milik bapaknya?

Ulil          : (Hening)

Raul       :Gimana, Mas Ulil? Incest itu kan penyakit penyimpangan juga? Bagaimana kalau semua pemerkosa, gaek agogo, pelaku incest, tukang intip dan pancibuok urang mandi menuntut legalisasi sama seperti kaum LGBT yang mas Ulil dukung itu?

Ulil          : (Heniiiiiiiing…..)

*Tamat

5 komentar:

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...