Ramainya
isu LGBT belakangan ini membuat saya sangat ingin ketemu salah seorang sosok
pendukungnya. Akhirnya saya berhasil bertemu Mas Ulil, tokoh muda NU yang juga
juga dikenal sebagai sosok pendukung Islam Liberal. Berikut transkip wawancara
imajinatif saya dengan beliau, hehehe… J
Raul :Bagaimana, Mas Ulil?
Ulil :Saya bukan bagian dari mereka.
Raul :Tapi kenapa Mas Ulil percaya diri
menyatakan dukungan terhadap mereka.
Ulil :Begini
yaa! Sebenarnya media terlalu banyak mempelintir omongan dan tulisan saya. Demi
penegakan HAM Saya hanya ingin mereka diperlakukan adil, sama seperti manusia
normal lainnya.
Raul :Tak adilnya di mana, Mas?
Ulil :Mereka dikucilkan dalam pergaulan.
Sulit mendapatkan pekerjaan.
Raul :Ga
juga tuh. Buktinya paling nyata saja, Stand Up Comedy Indosiar menambah episodenya
kompetisinya hanya demi menyelamatkan seorang komika cowok melambai. Malah saya
pikir kaum berjenggot, celana gantung atau muslimah berjilbab panjang jauh
lebih dipersulit ketimbang mereka. Gimana, tuh?
Ulil :Yaa,
tipi-tipi memang selalu berusaha untuk membuat mereka berani tampil. Sayangnya
kan masyarakat tak kunjung bersedia menerima mereka. Nah, perjuangan mereka
itulah yang saya dukung.
Raul :Terus
soal muslim berjenggot, bercelana gantung dan berjilbab lebar gimana?
Ulil :Maaf,
kita sudah sepakat hanya bicara LGBT, right?
Raul :Oke lah. Sebenarnya wajar sih mereka
dikucilkan masyarakat. Sebab mereka itu berbahaya?
Ulil :Berbahaya gimana maksudnya?
Raul :Mereka
itu orang-orang yang tak mampu menguasai nafsunya sendiri. Jika nafsunya saja
tak bisa mereka kendalikan, bagaimana mungkin mereka mampu mengontrol diri
mereka sendiri? Lihat saja dampak saat mereka sedang dilanda galau
asmara. Robot Gedex, Ryan Jombang, Kopi Sianida Jessica dan banyak lagi kasus
horor LGBT level bencong salon yang berakhir tragis, pembunuhan.
Ulil :Itu
sifatnya kasuistis. Bisa terjadi pada siapa saja. Kita mesti terima dan
mengakui mereka karena sesungguhnya mereka itu sakit.
Raul :Sakit itu kan butuhnya obat, bukan
legalisasi.
Ulil :Legalisasi itu adalah bentuk dukungan
kita pada mereka yang sakit.
Raul :Bisa lihat poto istrinya, Mas?
Ulil :Maksudmu apa?
Raul :Loh,
kok marah? Tokoh liberal kaliber mas Ulil bisa marah juga rupanya? Padahal saya
cuma minta lihat potonya doank…?
Ulil :Siapa yang marah? Saya cuma bingung
kamu ingin lihat poto istri saya buat apa?
Raul :Saya cuma ingin lihat doank, kok!
Ulil : Nih! Emang buat apa sih? (sambil
keluarkan poto istri dari dompetnya).
Raul :Istri mas cantik ya?
Ulil :Ahh, kau! Buat saya tentu saja dia
adalah yang tercantik di dunia ini.
Raul :Kalo
kira-kira istri mas yang cantik ini dicolek, atau diintip pas lagi mandi atau
bahkan diperkosa lelaki lain Mas marah ga?
Ulil :Yaa, marah donk! Apa haknya untuk
melakukan itu semua?
Raul :Demi
HAM, masa mas marah? Tukang colek, tukang intip dan pemerkosa itu kan juga
orang yang lagi sakit penyimpangan seksual? Apa bedanya dengan LGBT…?
Ulil :HAM yaa HAM, ga boleh melanggar hak
orang lain juga, donk?
Raul :Melanggar hak orang lain? Loh…?
Ulil :Dia
itu kan istri saya? Jadi dia itu milik saya. Bukan milik mereka. Jadi mereka
sudah melanggar hak saya sebagai pemilik istri saya. Ada-ada saja kau ini!
Raul :Oke,
begini! Misalnya nanti istri mas mengaku bahwa saat gadisnya dulu dia pernah
berhohohihi dengan Bapaknya sendiri gimana? Mas marah juga? Kan saat itu dia
milik bapaknya?
Ulil : (Hening)
Raul :Gimana,
Mas Ulil? Incest itu kan penyakit penyimpangan juga? Bagaimana kalau semua pemerkosa,
gaek agogo, pelaku incest, tukang intip dan pancibuok urang mandi menuntut
legalisasi sama seperti kaum LGBT yang mas Ulil dukung itu?
Ulil : (Heniiiiiiiing…..)
*Tamat
Hehe, yang ini oke plus menghibur juga kak.. ^_^
BalasHapusMakasih, heheh...!
HapusDen nio hak mancibuak di akui
BalasHapusHaa, kalau itu yo lai spakat lo den deah, hahaha...!
Hapus