Beberapa saat setelah menjatuhkan
sanksi buat Indonesia, saya sebagai wartawan imajiner yang mewakili pers
Indonesia berkesempatan bertanya jawab dengan seorang petinggi FIFA. Lumayan
nih, bahan post pertama project nulis bareng Juni yang diselenggarakan NulisBukuDotCom.
Saya :Kenapa
kami disanksi, Pak!
FIFA :Kalian
sudah keterlaluan. Beberapa kali PSSI buat kekacauan, tapi selalu kami maafkan.
Padahal Korea Utara saja yang kasusnya ‘remeh’ tetap kami beri sanksi. Kami
hanya ingin berlaku adil terhadap semua anggota.
Saya :Apa
FIFA tak takut kehilangan puluhan juta pecinta sepakbola? Indonesia adalah supporter
sepakbola terbaik di dunia, kan?
FIFA :Suporter
terbaik, tapi sepakbolanya terburuk…?
Saya :Terburuk…?
Kami punya liga terbaik di dunia.
FIFA :Terbaik…?
Hahaha….!
Saya :Dulu
kami punya LPI dan LSI. Mana yang diakui FIFA?
FIFA :LPI.
Sebab itu yang di bawah naungan PSSI.
Saya :Berarti
LSI tak diakui FIFA?
FIFA :Ya!
Artinya LSI adalah Liga Tarkam. Liga Antar Kampung.
Saya :Coba
deh, Tuan renungkan lagi sanksi untuk Indonesia. Kami bisa menyelenggarakan
Liga Tarkam dengan kualitas International. Bayangkan Liga Tarkam kami saja disiarkan
ANteve dan TVOne. Liga Italia saja tak laku di Indonesia. Tak ada stasiun tivi
yang berminat menayangkannya, walau punya Inter Milan (saat itu) juara Liga
Champions. Nilai jualnya kalah sama Liga Tarkam kami, LSI. Hahaha….!
FIFA :Oke,
kalian benar. Itulah makanya saat itu kami tak beri Indonesia sanksi.
Saya :Terus
sekarang, kok…?
FIFA :Yaa,
itu tadi! Indonesia sudah keterlaluan.
Saya :Bisa
diperjelas, Tuan….?!
FIFA :Walau
kompetisi kalian terhitung paling kompetitif di dunia, tapi penyelenggaraannya
sangat kacau. Banyak klub yang sangat tak layak ikut kompetisi dipaksa ikut.
Bayangkan, ada klub yang bermain tandang di luar negeri cuma bawa 12 pemain.
What…? Itu saja sudah menghina AFC sebagai penyelenggara. Sudah begitu
pura-pura cedera hingga di lapangan tinggal 6 pemain. Dan sampai sekarang,
jangankan FIFA, AFC saja tak beri sanksi. Belum lagi kasus saling cetak gol bunuh
diri. Bayangkan pesta gol bunuh diri. Sepakbola kalian gila. Tapi masih saja
kami maafkan. Sekarang jangan salahkan kami! Kan pemerintah kalian sendiri yang
sudah membekukan PSSI. Artinya, Indonesia tak punya organisasi sepakbola lagi
di FIFA. Jadi wajar kan? Disanksi atau tidak, faktanya PSSI sudah dibekukan
pemerintah kalian sendiri.
Saya :Apa
tak ada kepentingan politik dibalik sanksi bagi Indonesia?
FIFA :Maksudnya?
Saya :Indonesia
adalah pasar sepakbola TERBESAR di dunia. Sudah barang tentu sanksi bagi
Indonesia akan jadi perhatian dunia. Bisa saja kan, Indonesia sengaja disanksi
demi pengalihan isu korup para petinggi FIFA?
FIFA :Olahraga
mesti dipisahkan total dari politik, dan FIFA konsisten berkomitmen terhadapnya.
Bisa kami pastikan bahwa sanksi ini murni demi sepakbola semata. Tak ada
kepentingan lain di belakangnya.
Saya :Tapi
FIFA mestinya berlaku adil donk, terhadap semua anggotanya!
FIFA :Ini justru demi keadilan terhadap semua anggota.
Semua yang bersalah akan kami sanksi.
Saya :Kalau
begitu FIFA pilih kasih.
FIFA :Pilih
kasih bagaimana?
Saya :Inggris
kenapa tak diberi sanksi?
FIFA :Inggris?
Memangnya apa kesalahan mereka?
Saya :Masa
ngatur jadwal Liga saja berantakan? Ga becus!
FIFA :Ga
becus bagaimana? Inggris sampai saat ini adalah yang terbaik dalam
menyelenggarakan kompetisi. Bahkan Inggris punya dan mampu menyelenggarakan sekaligus
3 kompetisi tertinggi yang diakui FIFA. Tak ada negara lain yang seperti itu.
Saya :Tapi
jadwalnya kacau. Berantakan.
FIFA :Berantakan
bagaimana maksudmu?
Saya :Masa jadwal
pertandingannya sering bentrok dengan jam tayangnya Serigala Yang Ganteng.
Artinya, FA ga becus bikin jadwal, kan?
FIFA :…???
*Tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar