Kota kelahiran? Saya ini anak kampung. Tapi jika maksudnya daerah kabupaten/kota, saya bisa menyebut kabupaten 50 Kota. Walau namanya 50 Kota, tapi satu-satunya kota di kabupaten tersebut adalah Payakumbuh, yang sekaligus sebagai ibukotanya.
Dulu, Payakumbuh dikenal dengan julukan Kota Batiah, atau yang di Indonesia lebih dikenal sebagai rengginang. Tapi belakangan ini Payakumbuh dikenal sebagai kota rendang, masakan yang beberapa kali dinobatkan sebagai makanan terenak sedunia oleh berbagai lembaga survey atau riset.
Kabupaten 50 Kota sendiri sebetulnya termasuk salah satu kota di Indonesia dalam kategori miskin. Bila saya perhatikan, itu lebih disebabkan karena gagalnya pemerintah (kabupaten) mengeksplorasi sumber dayanya sendiri. Padahal daerah ini potensial menjadi salah satu yang terkaya sumber alamnya. Di sini bahkan ada nama daerahnya Gunuang Omeh (Gunung Emas), karena memang bumimya kaya dengan emas. Tapi entah kenapa gagal dieksplore pemerintahnya?
Di luar itu, daerah ini punya keunggulan objek pariwisata yang komplet, yang layak membuat iri daerah lainnya. Benar-benar lengkap. Mulai dari wisata kuliner, wisata alam, budaya dan wisata sejarahnya.
Selain rendang, ini adalah daerah produsen berbagai jenis keripik dan kerupuk. Mulai dari sanjai, upuak lento sampai batiah dan ganepo. Beragam keripik berbahan ubi, talas atau kentang. Bermacam kerupuk, mulai dari yang bahannya beras, tepung sampai daging atau ikan.
Kekayaan wisata kuliner itu dilengkapi pula dengan produksi berbagai macam jenis galamai dan wajik, mulai dari yang selunak dodol, sampai yang sekeras batu. Dari yang makannya dikunyah, sampai dengan yang diemut. Ada yang cukup dicuil, tapi ada pula yang butuh kapak untuk hanya untuk mencicipinya, hahaha...!
Wisatawan juga bisa pula menikmati wisata kebun teh atau kebun jeruk, nun jauh ke atas, lingkup Bukit Barisan. Ada pula objek wisata sejarah seperti beragam monumen dan musem PDRI. Dan sebagainya.
Wisata alam adalah kekayaan terbesarnya. Dalam kerimbunan hutan Bukit Barisan itu ada puluhan goa atau air terjun yang bahkan belum pernah terjamah kotor dan jahilnya tangan manusia. Alami. Masih perawan dan sangat khas alam Sumatera ya. Itulah kenapa saya sangat kecewa, kenapa kawasan Harau malah dibuat ala-ala Korea, Jepang atau Eropa? Dengan begitu banyaknya objek alami yang tak terurus, dengan ganjennya Pemkab masih saja membuat taman-taman ciptaan yang malah sama sekali tak ada khas daerahnya?
Andai punya kewenangan? Dengan sedikit memperbaiki infrasturktur jalan, saya akan pindahkan Tour de Singkarak ke 50 Kota. Start misalnya di Maek, naik ke Baruah Gunuang, Koto Tinggi dan turun lagi ke Suliki untuk berakhir di Harau atau Kelok Sembilan. Para peserta akan dimanjakan dengan objek alam seperti yang ada di kalender-kalender. Aneka jenis kuliner daerah akan masyur sampai ke mancanegara. UMKM akan berjaya. Ribuan lapangan kerja dan usaha akan terbuka. Ekonomi masyarakat pun akan naik dengan sendirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar