Teman online kedua yang pernah saya temui adalah Buset. Para aktifis sosmed pendukung Prabowo pada Pilpres 2019 lalu, mustahil rasanya tak kenal nama orang ini. Berkali-kali tulisannya nangkring di Portal Islam, salah satu portal berita yang banyak menjadi rujukan kaum oposisi. Dia adalah salah satu influencer utama tim pemenangan Prabowo.
Saya mengenalnya memang dari tulisan-tulisan yang kerap dimuat di Portal Islam. Sebaliknya, dia mengaku kenal dari postingan-postingan saya di KBM. Waktu itu Siraul Nan Ebat termasuk salah satu top akun, 'kan?🤣
Suatu kali saya berkomentar di lapak seorang teman oposisi yang juga jadi temannya. Dari bahasa saya, dia coba menebak dan tebakannya benar. Kami berasal dari kampung yang sama. Jarak tempat tinggal kami berdekatan. Lima menitan lah, bila motoran. Janjian ketemu, donk! Di satu tempat ngopi di daerah Dangung-dangung.
Ternyata usia kami pun, sebaya. Alhasil, dari saling cerita itu kami menemukan beberapa teman duta yang kita saling kenal satu sama lain. Dia bahkan mengaku, saat kuliah di Padang, satu kamar kost dengan teman sekaligus tetangga saya. Ketika saya menyebut sebuah nama--teman satu MTs dulu--dengan antusias dia mengaku masih ada hubungan kekerabatan dengannya.
Satu-satunya yang kurang mungkin, walau sebaya, kami hidup di masa yang berbeda. Maksudnya, saya dari kecil tinggal di kampung. Lepas MTs, lanjutkan sekolah di rantau. Sementara dia sebaliknya. Sedari kecil tinggal di rantau. Barulah saat kuliah pulang dan tinggal di kampung. Itulah kenapa saya tahu si A, dia ga kenal. Sementara dia mengenal si B, sedang sayas sudahlupa, hahaha....
Dengannya saya pernah dua kali bertemu. Janjian di tempat yang sama. Alasannya, bila saat pertama saya dianggap sebagai tuan rumah, maka di pertemuan kedua, dialah yang menjamu saya. Gantian membayar minumannya.
Durasi pertemuan juga cukup lama. Dari selepas Isya, sampai hampir jam 1 dini hari, menjelang cafe itu tutup. Walau berdua saja, tapi obrolan lancar. Banyak topik dan isu yang bisa kami diskusikan. Tapi off the record ajalah, ya!
Tapi kini kami sedang pisah. Dinamika politik memutus komunikasi. Kami ada di pihak yang saat ini saling berseberangan. Seorang dianggap sebagai Kalengers (pendukung Prabowo anti rekonsiliasi), sementara yang lainnya seorang Panglima Koved (loyalis sejati Bapaaaaaaaak).🤣🤣
Tapi kalem aja, sih! Gelaran pilpres berikutnya tak lama lagi. Bakalan ada moment yang meminta kita untuk kembali bersilaturahim. Saya masih menyimpan nomornya. Pun tentu begitu sebaliknya? Yang jelas apapun itu, bagi saya kardus sudah digembok, remuk dan terpuruk dalam kolam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar