Dagelan Pilpres (khususnya) ini sebetulnya telah menjelaskan pada kita bahwa negara telah gagal. Pameran kebodohan melulu dipertontonkan para penyelenggara negara. Padahal tegas sekali, bahwa salah satu tugas negara yang diamanatkan oleh UUD45 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Ajaibnya, presiden selaku kepala negara seperti tak berbuat apa-apa. Padahal mestinya, presiden lah ujung tombak pelaksana amanat tersebut, sebab beliau kepala negaranya.
Selama 4 tahun ini Jokowi bertindak bukan sebagai presiden, tapi sebagai calon presiden. Itulah kenapa saat negara ribut karena penistaan agama, persekusi ulama dan intoleransi beragama, dia malah main tebakan nama-nama ikan. Ketika orang-orang bicara soal narkoba, pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, dia asyik buat vlog nyanyi, sulap, latihan tinju atau adu panco. Harusnya dia bicara soal ekonomi, ehh malah sibuk bagi-bagi sepeda.
Itulah yang ditampilkan kepada publik. Media tak lagi berfungsi sebagai mulut rakyat, tapi sebagai juru kampanye sang petahana. Pameran kebodohan dipelintir sebagai wujud merakyat dan kesederhanaan. Aparat negara dikerahkan menjadi tim pemenangan. Maka aparat seperti Polri, bahkan Bawaslu dan KPU dengan tak sungkan-sungkan berpose mesra bersama petahana.
Kemaren kita dipaksa percaya bahwa kotak kardus sama kuatnya dengan alumunium. Hari-hari ini kita dipaksa memahami bahwa uji kompetisi bagi calon kepala negara tak lebih penting ketimbang ujian bagi anak SD. Segala daya diupayakan agar petahana mulus melanjutkan kekuasaannya.
Maka saya takkan heran bila beberapa hari ke depan kita kembali melihat aturan konyol lainnya. Misalnya, berhubung kedua pasang calon tak mungkin dipaksa test baca Al-Qur'an, ogah pula ikut debat visi-misi, acaranya akan diganti jadi lomba menyanyi. Bisa nyanyi lagu Indonesia Raya. Tapi bisa juga salah satu hit terkini: Jainuddin Ngacir Bro.
Tapi jika KPU memang serius ingin memenangkan petahana, saya punya usul yang lebih menarik. Debatnya diganti jadi lomba menyanyi, tapi cukup diwakilkan pada tim pendukung masing-masing Capres. Maka rakyat akan bisa menyaksikan pertunjukan spektakuler 5 tahunan. Pertarungan para legenda musik Indonesia. Tim Jokowi mungkin bisa diwakili oleh Iwan Fals, Slank dan Anggun C. Sasmi. Sementara Tim Prabowo akan diwakili oleh Ahmad Dhani dan Andhika Kangen Band.
Dah, segitu aja, Bang Karni!
"Tak perlu mengajari monyet menggaruk. Dia tahu caranya," kata Siram Nan Saat dalam bukunya Rekreasi Hati.
Kita rehat sejenak!
Selama 4 tahun ini Jokowi bertindak bukan sebagai presiden, tapi sebagai calon presiden. Itulah kenapa saat negara ribut karena penistaan agama, persekusi ulama dan intoleransi beragama, dia malah main tebakan nama-nama ikan. Ketika orang-orang bicara soal narkoba, pemberantasan korupsi dan penegakan hukum, dia asyik buat vlog nyanyi, sulap, latihan tinju atau adu panco. Harusnya dia bicara soal ekonomi, ehh malah sibuk bagi-bagi sepeda.
Itulah yang ditampilkan kepada publik. Media tak lagi berfungsi sebagai mulut rakyat, tapi sebagai juru kampanye sang petahana. Pameran kebodohan dipelintir sebagai wujud merakyat dan kesederhanaan. Aparat negara dikerahkan menjadi tim pemenangan. Maka aparat seperti Polri, bahkan Bawaslu dan KPU dengan tak sungkan-sungkan berpose mesra bersama petahana.
Kemaren kita dipaksa percaya bahwa kotak kardus sama kuatnya dengan alumunium. Hari-hari ini kita dipaksa memahami bahwa uji kompetisi bagi calon kepala negara tak lebih penting ketimbang ujian bagi anak SD. Segala daya diupayakan agar petahana mulus melanjutkan kekuasaannya.
Maka saya takkan heran bila beberapa hari ke depan kita kembali melihat aturan konyol lainnya. Misalnya, berhubung kedua pasang calon tak mungkin dipaksa test baca Al-Qur'an, ogah pula ikut debat visi-misi, acaranya akan diganti jadi lomba menyanyi. Bisa nyanyi lagu Indonesia Raya. Tapi bisa juga salah satu hit terkini: Jainuddin Ngacir Bro.
Tapi jika KPU memang serius ingin memenangkan petahana, saya punya usul yang lebih menarik. Debatnya diganti jadi lomba menyanyi, tapi cukup diwakilkan pada tim pendukung masing-masing Capres. Maka rakyat akan bisa menyaksikan pertunjukan spektakuler 5 tahunan. Pertarungan para legenda musik Indonesia. Tim Jokowi mungkin bisa diwakili oleh Iwan Fals, Slank dan Anggun C. Sasmi. Sementara Tim Prabowo akan diwakili oleh Ahmad Dhani dan Andhika Kangen Band.
Dah, segitu aja, Bang Karni!
"Tak perlu mengajari monyet menggaruk. Dia tahu caranya," kata Siram Nan Saat dalam bukunya Rekreasi Hati.
Kita rehat sejenak!
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar