Halaman

29 Jan 2018

Demi Kebenaran, Bukan Demi Persatuan

Allah SWT melarang kita mendatangi dukun. Berharap peruntungan dunia soal harta, wanita atau jabatan pada dukun itu dosa sirik dengan peluang amnesti nol persen. Semua umat Islam sangat mengerti hal-hal yang beginian.

Tapi apakah menyerahkan nasib rumah pada tukang bangunan, motor atau mobil pada montir atau mekanik atau pasrahkan gaji dan promosi pada boss tidak terhitung sirik? Apa bedanya? Sama-sama berharap persoalan duniawi, kan? Jika kamu yang membaca juga seperti saya yang tidak tahu, berarti bukan cuma saya yang tidak tahu, hahaha...!

'Narasi-narasi baru' seperti ini yang mestinya disampaikan ulama pada setiap ceramahnya. Ulama artinya orang berilmu. Sampaikan ilmunya, pengetahuan yang belum diketahui orang lain, bukan sekedar informasikan apa yang telah diketahui umat. Dakwah bagi muslim yang bathil tentu saja lebih berarti ketimbang menceramahi warga mesjid yang jelas telah Islami.

Ini soal yang tidak remeh. Umar bin Khattab, demi menyelamatkan aqidah umat berani mempertaruhkan nasib perjuangan Islam dengan memecat Khalid bin Walid sebagai panglima perang. Padahal Nabi Muhammad SAW telah menyampaikan bahwa Khalid adalah Pedang Allah yang takkan pernah kalah dalam perang.

Inilah jaman fitnah sesungguhnya. Kita umat Islam dibuat ribut dan sibuk persoalan amaliyah, sampai lupa menyelamatkan aqidah. Ulama 'digiring' berteriak persatuan Islam, padahal tugas mereka adalah menyampaikan kebenaran Islam. Itulah salah satu faktor kebingungan yang membuat umat selalu bertengkar, sebab yang hak dan bathil itu takkan pernah bisa disatukan. Ulama mesti tegas menjelaskan mana yang sahih mana yang dhaif. Tak ada gunanya menasehati orang munafik.

Mereka tuli, bisu, buta. Mereka takkan pernah kembali (pada kebenaran) ~ Al-Baqarah 18.

Nah, kalau dinasehati saja tidak bisa, kenapa malah diajak bersatu? Apa gunanya mengajak mereka bersatu? Abdullah bin Ubay, bapak kaum munafik aja menolak ikut berperang. Padahal itu di jaman Rasulullah sendiri. Apalagi di era Dajjal begini. Dengan sedikit fitnah saja, umat bakal kegilangan ghirah.

Saya tak pernah takut mengecam ulama yang nyata-nyata sesat seperti Aqil Siraij dan lain-lain beserta para pengikutnya. Mengajak mereka bersatu takkan pernah membuat Islam menjadi kuat. Malah merekalah yang akan melemahkan Islam. Lihat saja, siapa sekarang yang suka membubarkan pengajian bahkan menyerang dan mempermalukan ulama?

Tak perlu takut bersikap beda.

"Islam datang dianggap asing, dan akan kembali dalam keadaan asing. Maka beruntunglah mereka yang dianggap asing.

Siapakah orang-orang yang dianggap asing itu yaa, Rasulullah?

Yaitu orang-orang yang memperbaiki sunnahku yang dirusak manusia.

HR. Muslim.

27 Jan 2018

Nilai Diri

Walau terkesan asal-asalan, buku Rekreasi Hati itu punya konsep yang jelas dan telah saya persiapkan dengan matang. Nama Siraul Nan Ebat telah saya gunakan sejak tahun 2007 di seluruh akun media sosial. Mulai dari jaman Friendster sampai era Twitter sekarang ini. Bahkan jika teman-teman ada yang punya akun di Goodreads, silahkan saja cari nama Siraul Nan Ebat. Walau jarang update, tapi setidaknya bila sedang mood sesekali saya juga pernah review buku di sana. Dalam kehidupan nyata, nama itu telah saya gunakan sejak tahun 2005 saat masih suka nulis di buku, sebab saya baru memasuki era digital blog tahun 2007.

Begitu bertekad serius menulis buku sekitar tahun 2010, Siraul Nan Ebat dan Rekreasi Hati saya kampanyekan di mana-mana. Teman kost atau kawan-kawan di tempat kerja sangat mengenal 2 hal tersebut. Meja dan bangku kerja, dinding, asesoris dan barang, baik milik pribadi ataupun milik perusahaan yang terhadapnya saya diberi hak pakai seperti pena, kotak peralatan atau buku penuh tempelan masking tape bertuliskan Siraul Nan Ebat dan Rekreasi Hati. Saya pernah diomeli bagian request peralatan, sebab pena atau marker  habis tinta, atau buku yang saya kembalikan untuk ditukar dengan yang baru selalu saja ada coretan-coretan tersebut. Itu jauh sebelum buku benar-benar saya terbitkan. Mereka telah mengenal Siraul Nan Ebat dan Rekreasi Hati. Alam bawah sadar mereka akan segera tahu bahwa kapan dan dimanapun kelak jika mendengar kata 'Siraul Nan Ebat' atau 'Rekreasi Hati', mereka akan ingat bahwa yang sedang dibicarakan tersebut adalah saya. Siapa sekarang artis, seniman atau penulis yang berani mempromosikan dirinya sendiri saat belum punya karya? Cuma saya sendiri, penulis calon buku terkenal Rekreasi Hati, hahaha...!

Kenapa Rekreasi Hati saya terbitkan mandiri? Jika saya sodorkan ke penerbit, Rekreasi Hati akan jadi Maha Karya dunia literasi Indonesia (time will tells you), dan saya akan terkenal. Walau dari penerbit saya mungkin 'takkan dapat apa-apa', tapi saya akan diundang dan jadi pembicara dimana-mana. Ekonomi saya akan menanjak dan saya akan terkenal. Berkencan dengan siapapun takkan pernah jadi persoalan yang serius. Tapi bukan itu semua yang saya cari.

Bila saya kaya karena menulis, pasti lebih banyak penulis yang lebih kaya dari saya. Apa hebatnya?

Bila saya terkenal karena menulis, banyak pula penulis lain yang lebih terkenal dibanding saya. Apa hebatnya?

Bila karena itu jadi mudah berkencan dengan siapa saja yang saya mau, tanpa jadi penulis pun orang lain bisa melakukannya. Apa hebatnya?

Saya tak butuh jadi orang kaya untuk tetap menikmati hidup. Bila mau, buku Rekreasi Hati layak dihargai jauh lebih mahal. Beberapa pembeli ada kok, yang membayar sampai 2x lipat dari harga yang saya tetapkan. Terimakasih saya buat mereka semua. Tapi saya tetap teguh pada prinsip sendiri, BUKU BAGUS HARUS MURAH.

Raditya Dika terkenal dengan banyak karya-karyanya. Tapi bukan satu dua orang yang mengkomparasikan saya dan Radit. Bahkan tak cuma dengan Radit atau Alit, ada yang membanding-bandingkan saya dengan budayawan terkenal seperti Remy Silado atau Prie GS.

Akses menggaet wanita lebih mudah? Saya tak ingin wanita yang paham bahwa saya artis. Saya ingin yang mengerti bahwa dia akan berkencan dengan Siraul Nan Ebat. Dan saya ingin wanita keren itu adalah Rani :) Tak mudah? Tentu saja! Tak ada yang mudah bagi orang yang punya prinsip. Jangankan Rani, orang lain, keluarga sekalipun yang selalu bersedia membantu dalam hal apapun banyak yang salah paham bahwa saya selalu memegang teguh nilai yang saya yakini.

Persoalan nilai inilah yang saya perjuangkan dalam hidup. Tak ada yang bisa saya banggakan bila karena menulis saya jadi kaya, terkenal dan digila-gilai wanita. Banyak penulis lain seperti itu. Tapi apakah ada penulis yang terkenal karena menerbitkan bukunya sendiri? Indra J Piliang bolehlah mengklaim sebagai penulis indie paling produktif di Indonesia, dan saya mengakuinya. Tapi dia sendiri mengaku hormat, kala saya mengklaim sebagai penulis paling indie sedunia. Mulai dari cetak, jilid sampai jual juga sendiri. Itu kebanggaan yang takkan bisa ditukar dengan apapun.

Open PO buku terbaru Radit bisa saja mencapai ratusan pemesan di hari pertama. Buku debut saya yang ancur-ancuran saja dipesan 120 orang (fix jadinya 100), di hari pertama. Pemesan buku Radit adalah fansnya. Pemesan Rekreasi Hati? Dari 120 orang itu tak seorangpun yang saya tahu siapa pemesan sesungguhnya, karena yang memasarkannya juga bukan saya. Dari mana mereka mengenal saya? Buku debut lho ini! Kerenan mana donk, saya atau Radit?

Jika Rekreasi Hati diterbitkan oleh penerbit maka saya sama saja dengan mereka. Mereka terkenal karena penerbit dan punya tim marketing yang profesional. Saya berusaha dikenal karena usaha sendiri. Menjadi beneran terkenal atau tidak bagi saya bukan satu persoalan. Saya tak butuh popularitas. Saya tak butuh angka-angka penjualan. Itu hanya menampilkan kuantitas, belum tentu kualitas. Sepopuler dan seterkenal apapun, mereka tak punya kebanggaan seperti yang saya miliki, bangga pada nilai diri sendiri.

Kita rehat sejenak, haha...!

23 Jan 2018

ILC LGBT

Begini Bang Karni!

Kita ini negara yang berdaulat. Kita ini sudah merdeka. Kita bebas membuat aturan dalam mengurus rakyat kita sendiri sesuai dengan nilai-nilai agama, budaya dan ketimuran kita. Kita bertekad mengganti KUHP warisan penjajah, tapi kenapa kita masih tunduk pada aturan Barat yang mengatasnamakan HAM? Itukan penjajahan juga namanya? Untuk apa melarikan diri dari mulut jengkol, jika sampainya di mulut petai juga?

Setiap warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan. Justru demi HAM lah maka LGBT dan nikah sejenis kita larang. Di mana melanggar HAM nya mengobati orang sakit? Pelaku LGBT itu orang-orang yang sakitnya nyata. Kita pernah mengkarantina warga yang diduga terjangkit flu burung, virus SAR. Padahal itu baru dugaan. Apa itu melangar HAM? Orang gila saja boleh dipasung kok? Konstitusi mengamanatkan negara memberikan hak rakyat untuk hidup sehat. Membiarkan penyakit menular seperti LGBT sama saja berarti negara melanggar konstitusi. Presiden bisa di-impeach lho karena ini.

 Banyak negara melarang tegas LGBT. Itu bukti bahwa tak ada pelanggaran HAM di dalamnya. Kenapa Indonesia takut berbuat serupa? Seperti kata Bang Nasir Jamil tadi, Rusia negara yang tak berketuhanan saja melarang, kita kita yang berketuhanan tidak melarangnya?

Bu Fahira tadi bilang negara Malawi akhirnya mencabut aturan pelarangan LGBT di negaranya karena diintimidasi dengan ancaman boikot bantuan. Tapi kita ini negara yang bermartabat. Negara jangan cemen begitulah! Jangan mau direndahkan begitu. Itu pelecehan. Jaga martabat bangsa. Kita bukan bangsa peminta-minta. Saya ingat suatu kali Pak JK dalam kunjungan kenegaraannya di Amerika pernah ditanya Bush. 

"Apa yang bisa kami bantu untuk Indonesia?". 

"Maaf, Indonesia ke sini bukan untuk minta bantuan. Sebaliknya, justru saya yang ingin menawarkan, apa yang bisa kami bantu untuk Amerika?". 

Begitu kan keren!  

"Buliah kalah pitih, asa manang ongiah" ~ Sanak Den. 

Selanjutnya soal nikah Joko dan Widodo. Mengerikan kalau wacana begini kita biarkan. Sangat mungkin nanti pengidap penyakit penyimpangan orientasi seksual lainnya menuntut pengakuan serupa. Di era keterbukaan informasi sekarang ini mudah saja bagi mereka untuk berkumpul membentuk dan menyusun kekuatan. Apa jadinya nanti bila para pelaku pemerkosaan, pedofil, incest atau tukang intip membuat organisasi dan menyatukan misi dalam suatu forum online? 

Soal masalah texting rumusannya kita serahkan saja pada Bapak-bapak kita di DPR ini. Intinya kita sepakat LGBT dan nikah sejenis dilarang di Indonesia. Diluar tameng atas nama HAM tersebut sepanjang diskusi tadi kan tidak ada celah yang bisa mereka dalihkan lagi. Jadi jika narasi kedaulatan nilai yang angkat, mestinya soal rumusannya bisa segera dituntaskan segera. Itu saja dari saya Bang Karni! 

Kita rehat sejenak!

22 Jan 2018

Pertanyaan Tak Penting

Pertemuan dengan kenalan lama sering menjadi tidak bermutu karena berbagai pertanyaan yang tidak perlu. Cukup bertanya apa kabarnya, dan tak perlu bertanya kabar orang selain dia, entah itu keluarga atau teman lama bersama lainnya. Lebih baik saling bertanya hobi lama misalnya ketimbang melontarkannya pertanyaan beresiko seperti kerja di mana sekarang, keluarga gimana dan sebagainya.

"Aku lagi nganggur, bro!".

Bisa ditebak, obrolan berikutnya menjadi tak bermutu.

"Bini gua dah meninggal, bro! ".

Dan kemudian yang satu sibuk minta maaf karena terlanjur bertanya, yang satu sibuk mendamaikan hati yang bertanya. Dasar ga kapok, malah lanjutkan pertanyaan susulan.

"sori, gue baru tahu! Emang meninggalnya kapan?"

"Ga apa-apa! Aku dah ikhlas, kok! Meninggalnya udah lama. 5 tahunan yang lalu".

"Meninggalnya kenapa?"

Tadi pagi saya melihat berita ada berita orang yang mati digigit anjing. Saya sering melihat berita-berita tragis seperti itu. Meninggal kesetrum, dirampok atau diperkosa kemudian dibunuh atau meninggal karena kecelakaan dan sebagainya. Bisulan menahun sampai meninggal, mati dipatok ular, dikencingi kodok, digigit anjing, entah anjing liar, anjing orang lain atau peliharaan sendiri itu tragedinya sama. Bukan dosa, tapi aib bagi keluarga. Mari bayangkan bila kita adalah kerabat dari yang bersangkutan.

"Meninggalnya kenapa?"

19 Jan 2018

Misalnya Soal Ulang Tahun

Tak perlu yang berat-berat, soal boleh tidaknya ulangtahun saja saya belum temukan narasi yang kuat dari para ulama. Itulah kenapa sampai saat ini saya masih selalu memberi ucapan selamat ulangtahun pada teman atau kerabat. Yang dilarang apanya, mengucapkan selamat atau merayakannya?

Jika ucapan selamat juga termasuk yang dilarang, bagaimana dengan ucapan selamat atas suatu prestasi atau suatu kesuksesan seseorang misalnya? Jika perayaannya yang dilarang, bagaimana dengan traktiran dari teman yang baru saja meraih suatu keberhasilan? Juga tidak boleh?

Karena ada ritual yang berpotensi sirik? Misal berdoa dihadapan lilin? Berarti jika prosesi tersebut ditiadakan boleh, donk?

Dalil umum yang biasa disampaikan adalah meniru suatu kaum termasuk bagian dari kaum tersebut. Dalilnya tentu saja sahih dan kuat. Tapi konteksnya belum tentu tepat. Kaum Syiah biasa memanggil para pemuka agamanya dengan sebutan Imam. Imam Ali, Imam Hasan atau Imam Husein. Kita sendiri umat Islam juga membuat panggilan yang serupa terhadap Imam Syafi'i, Imam Maliki, Imam Hambali dan sebagainya. Apakah kita juga termasuk golongan Kaum Syiah?

Itu baru sekedar soal ulangtahun. Bagaimana dengan persoalan lainnya? Dalam ceramah agama selalu diingatkan bahwa syirik itu dosa tanpa ampunan. Seluruh umat Islam pasti telah paham. Sayangnya, contoh-contoh prilaku syirik yang disampaikan ulama selalu seputaran dukun, penglaris, pesugihan dan sejenisnya. Rasanya belum ada ceramah ulama yang mengingatkan betapa bahayanya minum air zam-zam sambil berharap enteng jodoh, otak encer, rejeki lancar. Jarang sekali kita dengar bahwa berdoa di hadapan bintang jatuh, berharap di depan poto-poto provokatif agar bisa pergi haji ke Mekah atau masuk surga dengan klik LIKE atau menulis AAMIIN di kolom komentar. Bukankah itu semua perbuatan syirik? Fakta betapa eksisnya akun-akun pengemis LIKE dan AAMIIN tersebut adalah bukti betapa miskinnya narasi dakwah diterima umat.

"Iyya kana' budu, wa iyya kanasta'in.
Ihdinasshirotal mustaqim.
Shirotalladzina an'amtu 'alaihim, ghoiril maghdubi 'alaihim, waladdhollim" ~ Al-Fatihah ayat 5-7.

Hanya kepadaMU kami menyembah, dan hanya kepadaMU kami minta pertolongan.
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.
Aamiin....!

ILC Mahar Politik

Bang Karni, saya setuju dengan apa yang disampaikan Bung Mantap barusan. Kita semua adalah korban dari sistim demokrasi dan bernegara yang keliru. Celakanya yang keliru tersebut terus-menerus kita praktekkan. Ada yang mengerti kekeliruan tersebut, tapi tak berani meluruskannya. Kita semua telah didonktrin untuk 'malu' dianggap aneh. Kita dipaksa berpegang pada yang keyakinan bahwa itu benar, bukan pada kebenaran itu sendiri. 
 
Istilah partai pendukung atau partai oposisi itu sebetulnya tidak boleh ada. Benar, saat pemilihan eksekutif seperti Pilpres atau Pilkada ada koalisi partai. Itu keniscayaan, sebab konstitusi memang mengamanatkan bahwa ada aturan tertentu yang harus dipenuhi agar seseorang bisa diusung sebagai calon pemimpin. Jumlah suara atau kursi. Atau strategi untuk memenangkan calon yang 'memang butuh dimenangkan. Tapi setelah pemilihan koalisi tersebut itu harus bubar. Kabinet berkualitas akan terwujud, sebab tak ada kepentingan partai dan politik lagi di dalamnya. Kabinet bekerja demi negara dan kepentingan rakyat. Kita semua, politisi, pengamat dan komentator politik harusnya berperan dalam mencerdaskan pemahaman politik bangsa. Bukan malah membuat kotak-kotak hitam putih partisan dan oposan. Garis batas yang keliru itu telah memecah belah kita semua. Pendukung Jokowi pasti membenci Prabowo, dan sebaliknya. Padahal sejatinya, belum tentu pemilih Prabowo itu karena memang mendukung Prabowo. Bisa juga karena dia memang tak suka Jokowi. Bingung? Hahaha...! 
 
Begini! Apakah PKS menolak Naga Bonar karena tak suka Deddy Mizwar? Tapi istilah-istilah Partai Pengkhianat, Selingkuh Politik itulah yang menarasikannya begitu. Bahwa bila memilih Deddy Mizwar berarti mendukung partai anti Islam, mendukung klenik dsb. Menolak Deddy Mizwar berarti mendukung Meikarta. Ini kan salah? Tak pernah nonton iklan BengBeng ya? Si Pacar dan Bapaknya pasti sama-sama mencintai si Putri. Tapi si Pacar lebih suka makan BengBengnya langsung, sementara papa si Putri setujunya BengBeng dingin. Mana bisa dipaksakan harus sama-sama suka makan langsung atau tunggu dingin dulu!  
 
Tapi yang demikian digoreng begitu rupa. Kita dibuat berkelompok yang saling bertentangan dengan yang lainnya. Rakyat dipecah belah. Pendukung Jokowi pasti pendukung penista agama. Anti Jokowi berarti intoleran. Yang Islam pasti teroris, sementara yang lain penjaga Pancasila. Apa iya begitu? 
 
Tentu sulit, tapi bukan tidak bisa. Hilangkan istilah-istilah keliru tersebut. Bila pemerintah keliru, berasal dari partai manapun, legislatornya harus mengkritik. Pun begitu sebaliknya. Bila kebijakannya bagus, semua juga harus dukung. Sekarang kan tidak? Barisan dari partai pendukung harus selalu mendukung, walau kebijakan pemerintah tidak pro rakyat. Sementara yang oposisi, sebaik apapun kebijakan pemerintah selalu saja 'diharuskan' menjegal. Ini kan tidak sehat? Sampai Anggun jadi Duta Shampoo Lain sekalipun jika ini diteruskan, dunia politik di Indonesia akan tetap ribut. 
 
Menurut saya satu-satunya politisi yang mengerti dan berpolitik dengan benar yaa, maaf, cuma Bung Mantap inilah. Di jaman siapapun dia tetap vokal mengkritisi pemerintah, walau dia sendiri berasal dari partai pendukung pemerintah. Salah atau benar yang disuarakannya itu soal lain, terserah penilaian dan pemahaman masing-masing kita. Tapi itu telah menjelaskan bahwa memang dia mengerti, begitulah tugasnya sebagai anggota DPR.  
 
Tugas kenegaraan jangan dicampur tugas politik. Itu beda. Presiden dan DPR itu lembaga negara, bukan lembaga politik. Sayangnya konstitusi kita sangat lemah dalam persoalan ini. Mestinya ada aturan yang tegas, bahwa setiap pejabat negara harus mundur dari segala jenjang jabatannya di struktural partai. Selama ini kita hanya mengandalkan etika. Ini keliru. Normalnya seorang kakak ipar tak mungkin main serong dengan adik iparnya sendiri. Kurang paham apa mereka soal etika? Tapi Islam memberi batasan yang jelas, mereka dilarang berduaan, walau dalam rumah orangtua sendiri. Ini kan pelajaran bagus, demi menjaga segala kemungkinan yang mungkin saja terjadi. Tak cukup hanya dengan mengandalkan pemahaman etika saja. 
 
Kesejahteraan rakyat babak belur. Menko Puan minta rakyat kurangi makan. Apa Bung Masinton berani mengkritisi pernyataan Tuan Putri? Tak mungkin, sebab tak etis seorang kader partai mengkritik, apalagi mengecam petinggi partainya sendiri. Karena tak punya aturan hukum yang tegas, tugas kenegaraan Bung Masinton sebagai anggota DPR tak bisa dijalankannya karena politik. Kepentingan negara kalah melawan kepentingan politik. Negara tak berdaya dihadapan politik. 
 
Mahar politik? Ini juga istilah yang akan menjebak kita untuk selalu salah dalam berdemokrasi. Ini buntut dari jebakan demokrasi kita. Saya setuju bahwa dana parpol beradal dari APBN seperti yang diusulkan oleh Bung Mantap sejak lama. Tapi saya pikir ini masih sulit kita lakukan sekarang. Harus dibuat dulu aturan yang jelas dan tegas soal penggunaan anggaran publik. Bayangkan ada import ilegall ribuan senjata yang dianggap beres hanya karena telah diamankan TNI. Apa sanksi yang diterima Polri? Bukankah pembeliannya menggunakan anggaran publik? Bagaimana pertanggungjawabnnya? Tak ada. TAK ADA. 
 
Ujung-ujungnya adalah kita harus membuat hukum yang kuat. Pejabat negara mengemban tugas negara. Politik urusan parpol. Jika batasan hukumnya jelas, dunia politik kita akan mandiri, cerdas dan bersih. Kehidupan dan kesejahteraan rakyat akan meningkat. 
 
Mandiri dan cerdas, sebab parpol akan berusaha sendiri mencari dana operasional partai. Bersih, karena takkan ada lagi dana-dana siluman sebab seluruh sumber pendanaannya transparan. Parpol dan donatur juga akan saling diuntungkan. Mesin parpol bisa digerakkan karena kegiatan, sosialisasi dan kampanyenya didukung oleh sponsor yang diiklankan dalam setiap kegiatan kepartaian. Ini kan mutualisme yang bersih?  
 
Politik menjadi bersih tentu akan berdampak baik bagi kesejahteraan dan kemajuan bangsa. Seluruh pejabat negara fokus bekerja sesuai yang diamanahkan rakyat padanya, sebab tak diusik lagi oleh kepentingan partai. Korupsi akan hilang, karena seluruh transaksi politik tidak lagi berurusan dengan pejabat negara, tapi antara parpol dan pengusaha. 
 
Gitu aja Bang Karni!  
 
Kita rehat sejenak!

Ceramah dan Khotbah Jumat

Bagaimanapun, saya sungguh resah begitu melihat banyaknya muslim yang PeDe mencela agama bahkan Tuhannya sendiri. Sungguh, saya takjub sekali terhadap nyali orang ini. Konon dalam suatu hikayat (entah benar atau tidak Allahu 'alam) bahkan Iblis, Maharaja Setan saja enggan berteman dengan orang ini. Alasan sang Iblis, dia mengaku memang ogah sujud pada Nabi Adam as, tapi dia tetap takut pada murka Allah SWT. Jadi jika ada manusia berani mencela Tuhannya sendiri, wajar pula Iblis gentar berdampingan dengannya. 
 
Balik ke awal, keresahan saya makin memuncak dipicu oleh penistaan agama oleh Ahok. Bukan membela agama yang dianutnya, banyak malah yang membela sang penistanya. Beragama, tapi membela penista agamanya? Ini pemeluk agama yang aneh.  
 
Kenapa ceramah gagal memantik ghirah? Kenapa banyak khotbah yang buat ngantuk jamaah? Satu-satunya yang saya bisa simpulkan adalah karena penceramah/khatib lemah narasi. Ceramah atau khotbahnya lebih terkesan memberi informasi, bukan mengajak ber-Islam dengan sebenarnya. Jumat barusan misalnya. Nyaris separuh isinya adalah ayat Al-Quran atau Hadist. Separoh lainnya? Terjemahannya. Pengganti nyaris adalah kalimat 'hadirin sidang Jumat yang dimuliakan Allah SWT' dan sejenisnya. 
 
Ceramah agama jika sekedar membagi informasi seperti itu, di timeline Facebook saya juga banyak. Mulai dari postingan ABG pasca alay, sampai file suara ulama yang sudah meninggal juga ada. Maaf, bukan tak menghargai, tapi umat Islam di Indonesia tak sekedar butuh informasi ajaran agama. Lebih mendesak yang kita butuh adalag spirit menegakkan agama.  Ini sangat berbeda dengan umat Islam di negara lain. Ghirah mereka kuat karena walau sebagai minoritas, narasi Islam yang mereka terima juga sangat kuat. 
 
Saya tak meragukan kualiatas keilmuwan para ulama kita, termasuk para penceramah dan khatib-khatib dan guru-guru ngaji kita semua. Persoalannya adalah, berapa banyak ajaran dan ceramah mereka yang membekas awet dalam diri kita? Dan kalau ada, kenapa bisa awet? Ini jelas bukan karena soal tinggi rendahnya pengetahuan beragama mereka. Ini pasti menyangkut persoalan teknis cara berdakwah dan ceramahnya. 
 
Persoalan ini hendaknya mesti jadi perhatian serius MUI, Kemenag atau atau pihak terkait lainnya. Persatuan atau ikatan Muballigh mesti bisa lebih serius membina kader-kader calon muballighnya. Jangan sampai ada lagi khatib Jumat yang berceramah dengan membaca buku Kumpulan Khutbah Jumat seharga 50-70an ribu rupiah. Khutbah Jumat adalah rangkaian utuh dari kewajiban ibadah sholat Jumat. Jangan direndahkan begitu! Khatib Jumat mestinya berkhutbah, bukan membaca buku kumpulan khutbah. Imam adalah yang paling fasih bacaan shalatnya. Mestinya khatib juga yang paling kuat narasi ceramahnya. Menyedihkan bila ulama ceramah tak didengar, ditinggal tidur, sementara tulisan sesat kaum liberal yang karena kaya narasi seperti Ade Armando, Ulil, atau Sahal dijadikan rujukan.

Ampuni kami yaa, Allah...!

12 Jan 2018

Tuyul, Celengan dan Berkah

Benarkah celengan tersebut dibobol oleh tuyul? Atau jangan-jangan hal tersebut adalah karena berkah yang dicabut Allah SWT. Sebab sampai saat ini saya tetap percaya bahwa berkah itu didapat dari sesuatu yang mengalir dan beredar, bukan dari segala yang ditumpuk dan ditimbun. Yang menyehatkan adalah darah yang lancar mengalir, dan akan sakit bila terjadi penyumbatan. Ekonomi yang menghidupkan itu adalah uang yang beredar di pasar. Harta yang ditimbun itulah biang penyakit. Ekonomi akan mati bila aset dibekukan. 
 
Allah SWT punya banyak cara untuk mengingatkan hambaNYA. Alih-alih menuduh tuyul, baiknya kita instrospeksi diri masing-masing. Kita punya tetangga yang sedang kesulitan, ada teman yang butuh bantuan. Berkah (kebaikan « KBBI) apa yang kita dapatkan dari uang yang berada dalam celengan? 
 
Betapa banyak kita mendengar kisah haru nenek-nenek yang akhirnya sampai akhirnya berhaji karena rutin menginfakkan sebagian rejekinya, walau cuma seribu dua ribuan belaka. Sebaliknya, juga sering kita baca sejarah betapa banyak orang kaya pelit yang tiap sebentar keluar masuk rumah sakit. Uang yang disimpannya itulah biang kegelisahannya. Apalagi bila uang tersebut berasal dari uang haram. Mau diedarkan tak berani, disimpan buat was-was selalu. Ada saja kejadian tak diduga dan diharap yang menggerus habis simpanannya tersebut. Itu adalah skenario Allah SWT. 
 
Orang yang mendapat masukan adalah yang membuka diri. Yang banyak memberilah yang juga akan banyak menerima. Karena yang mendapat ganti adalah yang bersedia rugi. Ini rumus yang sederhana, yang sayangnya sering kita lupa dan abai terhadapnya.  
 
Bongkar celengannya dan edarkan uangnya. Berapa banyak janji Allah SWT dalam Al-Quran terhadap orang yang menginfakkan sebahagian rezekinya di jalan Allah SWT. Itu bukan janji kosong. Beragam kisah telah menunjukkan pada kita pembuktiannya. 
 
"...tak ada keraguan di dalamnya (Al-Quran). Petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa. Yaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib, mereka yang mendirikan sholat dan mereka yang menginfakkan sebagian rejeki yang Kami anugerahkan kepada mereka" ~ Al-Baqarah ayat 2-3.

10 Jan 2018

Kelola Jengkelmu, Teman!

Dari segi penulisan Rekreasi Hati itu sebetulnya buku yang sangat buruk. Saya bahkan berani klaim itu mungkin terburuk dari yang pernah ada sepanjang sejarah dunia kepenulisan. Saya sama sekali tak yakin guru-guru bahasa Indonesia saya di sekolah dulu akan bangga dengan buku Rekreasi Hati tersebut. Saya malah bisa membayangkan betapa kecewa, malu dan marahnya mereka begitu mulai membaca buku tersebut. Tapi it's OK!

Saya takkan membela diri sama sekali bahwa Rekreasi Hati adalah buku yang saya terbitkan secara mandiri. Saya juga takkan menyangkal bahwa saya butuh pelajaran yang sangat serius bila ingin tetap jadi penulis. Dan saya juga bukannya tak ingin belajar. Tentu saja segala yang tahu butuh diperbaiki saya akan perbaiki. Saya sendiri sangat menyadari bahwa saya takkan mungkin menjadi seorang yang dikenal 'sebagai penulis'. Jika sekedar ingin ngetop, mencari popularitas, sejak lama telah saya kirim naskah Rekreasi Hati pada penerbit. Tapi saya punya prinsip dan misi sendiri.

Setidaknya ada beberapa misi terselubung dibalik 'kesengajaan' saya menulis seadanya tersebut. Melalui amburadulnya penulisan tersebut saya menggiring paksa pembaca supaya fokus pada substansi. Itulah kenapa narasinya saya buat sekuat dan sedalam mungkin dengan materi yang tak sembarangan. Wacana langka yang saya kembangkan dari sudut pandang pribadi saja rasanya tak cukup untuk mengangkat Rekreasi Hati. Buku ini harus bermaterikan ide-ide paling baru yang benar-benar sangat orisinal dan belum pernah dibahas sebelumnya. Tanpa itu semua sudah jelas berakhir sebagai bualan omong kosong belaka. Dan saya yakin kelak waktu akan membuktikan Rekreasi Hati akan menjadi salah satu buku yang paling berpengaruh dan dibicarakan di Indonesia, aamiin!

Untuk yang pertama ini saya pikir cukup berhasil. 3 tahun usia Rekreasi Hati nyaris tak seorangpun yang memberikan kritiknya. Saking minimnya saya bahkan butuh memaksa pembaca untuk mengkritik habis-habisan di ruang publik. Apakah minimnya sikap kritis tersebut karena keengganan, rasa segan dan sejenisnya saya juga tak begitu yakin. Sebab setelah buku pertama terbit, mereka juga beli buku kedua dan tetap berharap buku-buku saya berikutnya. Artinya, saya berhasil memaksa mereka fokus pada substansi yang saya tulis, bukan pada persoalan penulisannya. Alhamdulillah!

Sedang berikutnya yang paling utama adalah membangkitkan minat baca pada kenalan dan teman-teman dunia maya saya. Dan beriringan dengan misi berikutnya pula, memompa ghirah menulis, berkarya, sebab ternyata begitu banyak diantara mereka yang punya bakat jauh melebihi kemampuan saya.

Masa-masa awal nge-blog dulu saya kagum dengan betapa hebatnya tulisan-tulisan teman sesama blogger. Beberapa diantaranya saya kenal langsung di dunia nyata, sebab banyak juga ternyata di antara kami berasal dari kampung yang sama. Walau minder terhadap tulisan-tulisan mereka, tapi saya layak berbangga diri. Begitu Rekreasi Hati saya terbitkan mandiri, polos apa adanya, orang-orang tersentak. Tulisan beginian bisa dijual...?

Maaf saja, tapi dari cuma sekian 'pengikut resmi' akun blog Rekreasi Hati, lebih dari separuhnya adalah akun blogger baru yang dibuat karena jengkel, nulis beginian apa susahnya sih? Saat mereka masih seolah tak percaya, Rekreasi Hati Jilid Ke-2 saya terbitkan lagi untuk membuktikan bahwa saya serius. Saya serius berkata bahwa bila mau, kalian bisa jauh lebih baik dari Rekreasi Hati. Kalian, teman-teman dan saudara saya di dunia tulis-menulis bisa melengkapi kekurangan Rekreasi Hati. Jengkel amat kan, kalian para penulis melihat tulisan amburadul saya? Marah? Merasa terhina? Ayo kelola jengkelmu! Mari menulis dan membuat buku, sebab Rekreasi Hati saya tulis memang untuk kalian sempurnakan!

Selamat Berkarya!
Kalian bisa!

7 Jan 2018

Pemegang Kunci Surga

Stand-up Comedy adalah jenis lawakan yang mestinya paling minim resiko terjadinya hal-hal seperti pelecehan, penistaan atau joke-joke berbau rasis dan SARA. Sebelum open mic materinya telah dipersiapkan dengan matang. Lawakan yang terencana dan terstruktur dengan baik sebab ada proses penulisan materi. Maka bila masih saja terjadi aneka pelanggaran seperti di atas, itu adalah 'murni kesengajaan'.

Selanjutnya, setelah ditulis ada lagi proses screening. Materi tersebut diujicobakan kepada beberapa orang sebagai penonton. Biasanya di hadapan sesama komik di dalam satu komunitasnya. Bisa juga dihadapan panitia atau kru acara. Bahkan tak jarang materi yang dibawakan biasanya malah 'materi andalan' yang telah sering dibawakan si komika sendiri di pertunjukan lainnya. Jadi sungguh aneh bila masih saja ada komika yang tersandung kasus penistaan dan SARA seperti yang marak belakangan ini.

Dan tadi dalam mimpi saya bertemu dengan seorang komik yang kemaren tersandung masalah serupa. Berikut dialog imajiner kami, cekidot...

Nyo :Kami ini korban intimidasi. Ini tak bisa terus menerus dibiarkan. Aku, Jo dan teman-teman pelawak lainnya akan tetap semangat dan konsisten dalam gaya lawak kami sendiri. Kita butuh lawakan cerdas begitu untuk mengedukasi masyarakat.

Den :Cerdas? Mengedukasi? Ga paham aku?

Nyo :Lawakan cerdas begitu memang sulit dipahami penonton yang tidak smart.

Den :Ga kebalik tuh? Bukan kalian sendiri yang tidak cerdas?  Melawak jenis stand-up ini adalah yang paling mudah. Materinya... (keburu dipotong).

Nyo :Mudah? Emang kau bisa open mic?

Den :Bisa saja, kalau aku mau!

Nyo :Suka hati kau lah! Kalian memang bisanya cuma mengintimidasi. Dikit-dikit boikot, dikit-dikit benamkan. Menutupi rejeki orang.

Den :Hebat amat, kami bisa menutup rejeki orang? Rejeki itu urusan Tuhan. Hebat amat bisa intervensi urusan Tuhan?

Nyo :Lah trus boikot-boikot tersebut?

Den :Apa salahnya boikot? Kan tergantung selera dan urusan pribadi masing-masing orangnya?

Nyo :Kami itu kan juga cuma curhat kegelisahan pribadi. Ngapain lu turut campur?

Den :Karena kau menista agamaku, paham?

Nyo :Aku juga muslim, Bro!

Den :Ohya? Boleh tahu, amalan super apa yang telah kau perbuat sampai PeDe mencela Tuhan sendiri?

Nyo : (hening).

Den :Kau kebanyakan klik LIKE atau menulis AMIN di kolom komentar ya? Kayak berasa udah mengantongi kunci surga aja? Kalau gitu sih emang ga heran, haha...!

Nyo : (masih hening).

*Tamat.

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...