Halaman

25 Jul 2017

Suara Orang Mati


Presidential Threshold di atas 0 untuk Pilpres serentak itu benar-benar mengangkangi akal sehat.

PKS walau maunya PT 0%, mengaku hormati keputusan paripurna DPR, PT 20%. Koalisi Gerindra-PKS menurut Hidayat Nur Wahid 20.18%, bisa usung pasangan capres. Ehh tapi karena Fahri dipecat, bukankah suara PKS milik Fahri tak berlaku lagi? Kalau saya ga salah hitung, koalisi Gerindra-PKS minus kursi 'karya' Fahri (3 dari NTB) tinggal 19.64%. Masih bisa usung calon? Fans Jokowi rela nih, Koalisi itu bisa jadi usung Prabowo-Aher/Irwan Prayitno misalnya? Dan kalau menang pula, apa mereka jadi pasangan RI1-RI2 yang legitimate? Mulai saat diusung saja sudah bermasalah, kan?

Semua partai jadi saling sandera. Jaka Tarubuak Nasdem sudah mendapatkan selendang bidadari dari PDI-Perjuangan, Megawati. Sebaliknya, si bidadari itu juga sudah mendapatkan sarung milik si Jaka Tarubuak. Mereka terpaksa bersatu walau masing-masing punya cita-cita dan misi yang berbeda.

Kasihan Fahri Hamzah. 2014 dia nyumbang 3 kursi dari NTB untuk PKS. Ehh setelah dipecat, kursi itupun masih dipakai PKS di 2019 mendatang, hiiiks...!

Kasihan paman saya. Dia tulus betul mau mengabdi buat rakyat. Ikut nyaleg via Hanura karena katanya ongkos daftarnya paling kecil. Ehh, partainya tersebut malah dukung Jokowi yang sangat tak disukainya, hahaha...!

Ehh, tapi masih mending nasib beliau bila dibandingkan dengan Raden Nuh. Saya percaya integritas pencetus akun Trio Macan ini. Niat tulus memperbaiki negara, ikut nyaleg lewat Hanura juga, dan sayangnya gagal pula. Tapi perjuangannya tak berhenti hanya karena gagal nyaleg. Tiap saat dia berkoar-koar ingatkan rakyat bahaya Jokowi. Ehh suara miliknya digunakan Hanura untuk dukung Jokowi. Selesai? Ooh, belum...!

Gerah karena tak henti-hentinya mengkritik, akhirnya diapun dikriminalisasi. Tumben, cuma dialah setahu saya di Indonesia ini perkara UU ITE dipenjaranya di Nusa Kambangan. Kasihan benar nasibnya. Sudah begitu, suaranya miliknya di 2014 itu, ternyata masih dipakai juga untuk mendukung lagi Presiden yang sudah mengirimnya ke Nusa Kambangan, hiiiks...!

Saya sih ga rela ya, suara Freddy Budiman masih dipakai di 2019. Tak ikhlas sekali saya suara 2014 beberapa fans penista agama yang sudah mati entah ada kaitannya dengan muhabbalah Habieb Rizieq atau tidak, mati kecelakaan, nabrak tiang listrik, stroke atau apa saja masih aja dipakai di 2019?

Percuma saja saya kompori orang-orang agar jangan memilih Caroline, si artis video ehem-ehem. Walau bisa jadi rakyat akan kapok memilihnya, faktanya suara terbanyak yang diraihnya di 2014 itu masih saja dipakai untuk Pilpres 2019.

Jangan dikira orang-orang masih bersedia memilih lagi nama anggota DPR yang terlibat di E-KTP tersebut. Rakyat pasti ogah, mereka pasti pindah jagoan. Tapi suara mereka di 2014 itu masih jadi aset untuk Pilpres 2019.

Entah dimana nalar fans 20% ini. Suara hari ini dipakainya 5 tahun kemudian. Siapa yang bisa percaya selama itu takkan terjadi apa-apa. Apalagi mesti percaya terhadap komitmen seorag politisi. Saya putuskan jatuh cinta pada Dian, ehh dalam hitungan bulan dia kawin dengan orang lain. Alasannya, papanya setujunya BengBeng dingin. Padahal saya suka makan BengBengnya langsung. Sekarang saya lagi suka-sukanya sama Rani. Tapi siapa yang berani jamin? Kalau saya gagal jaga komitmen, seraaaam! Dia akan kembali jadi ikan, hahaha...!

.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...