Dunia pendidikan kita begitu menganakemaskan anak-anak IPA, tapi berapa orang akhirnya diantara mereka yang jadi ilmuwan? Faktanya, industri pertambangan kita sebagian besar justru dikuasai pihak asing. Indonesia akhirnya dikuasai anak-anak IPS yang dulunya dianaktirikan. Mereka yang dulunya dipandang sebelah mata akhirnya berubah jadi pejabat korup dan pengusaha hitam perusak negara.
Kondisi yang diperburuk dengan anak-anak bahasa yang dulunya seolah-olah di sekolah diperlakukan seperti anak haram. Jurusan bahasa adalah kasta terendah dalam dunia pendidikan yang suka atau tidak mesti kita akui berlaku diskriminatif. Anak-anak yang diabaikan itu akhirnya jadi rakyat yang gagap informasi sebab gagal mengenal bahasa. Itulah induknya kebodohan.
Meremehkan pelajaran berbahasa adalah salah satu kecerobohan fatal dunia pendidikan kita. Untuk menguasai dunia, kuasai media. Pelaku media adalah anak-anak bahasa. Negara yang dikuasai pelaku media, penjahat dan pejabat korup, dan diisi oleh rakyat yang gagap informasi, tunggu sajalah saat-saat kehancurannya.
Akhirnya saya berkesempatan jadi seorang narasumber di sebuah forum imajinatif yang membahas tentang fenomena penulis muda AFI. Dalam undangan disebutkan saya dianggap punya kapasitas yang layak sebagai sesama penulis muda (qiqiqiqi...!) dan kebetulan sekali juga sudah cukup lama sebagai pengikut akun Facebooknya. Saya diberi kesempatan yang cukup besar berbicara panjang lebar tentang AFI, yang terkini diketahui melakukan plagiat video 'caruk-caruk', seorang gadis muda yang bunuh diri karena bully. Salah satu yang saya ingat statemen saya bahwa 'pemerintah mesti selamatkan AFI'.
Forum ini ternyata cukup menarik minat para pemilik media untuk meliputnya. Beberapa media partisan pemerintah memberi judul 'Siraul Nan Ebat Tuding Pemerintah Korbankan AFI'. Selanjutnya dalam narasi berita juga disebutkan bahwa Siraul Nan Ebat itu pernah dipecat sebagai Ketua Kelas karena ketahuan merekayasa buku absen kelas.
Sebaliknya, media-media anti mainstream yang kontra pemerintah juga tak ketinggalan untuk memberitakannya dengan judul 'Pengamat Anggap Pemerintah Bertanggung Jawab Soal AFI'. Dalam narasi beritanya juga dijelaskan bahwa pengamat bernama Siraul Nan Ebat itu adalah penulis berbakat yang dulu selalu juara kelas yang saleh dan rajin menabung, hahaha...!
Sepintas tak ada yang salah dari pemberitaan keduanya. Mereka meliput acara yang sama dengan narasumber yang sama pula. Satu hal yang pasti, keduanya sama-sama beropini dan menggiring opini yang tak boleh dilakukan oleh media massa. Media massa itu memberi informasi, bukan beropini. Alangkah seramnya bila media massa dikuasai satu pihak dengan kepentingan hitam, sedang pangsanya gagal mengerti misi informasi yang diterimanya.
Board a plane to Katmandhu.
Talk to indians in Peru.
Find out how the fire went
How about Novel Baswedan?
are Munir and Hermansyah cases conspiration or an accident?
Was 9/11 and Kampung Melayu a big design?
Are BLBI, Century Gate and Sumber Waras grand corruption?
Trace a modern voodoo Chile
May be Jimy still alive
Is Firza Husein and Habieb Rizieq WA chat a fix?
Fake or real fact?
Restospective, big intrique
The early 80's, the human league.
Take the goverment to court
is the mayor really bought?
Who went to The Raul show?
Why Arsene Wenger is felling bad?
How to get Guns N Roses Classic Formation Concert tiket?
Or Lee Harvey will never die
CIA or the FBI
Feed sir Santa's nose tissue
Centerfold or terrorism issues.
She wants political operations,
She wants porno queen sensations,
She wants Iwan Bopeng descriptions,
and some celebrity addictions.
She wants acces to ANC,
She wants lunch with Jokowi
She wants boss tell her where she can interview Raul and Rani, hahaha...!
Per Gessle feat Raul ~ Reporter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar