Halaman

5 Sep 2016

Tak Ada Dian, Rani pun Jadi (lah), Hahaha...!



Betapa bahagianya imajinasi saya dulu bersama Dian. Dian mengaku belum pernah naik pesawat terbang. Maka saya janji memberinya pesawat, jika saya berhasil menemukan MH370 yang hilang beberapa waktu lalu itu. Dian juga menerima saya apa adanya, termasuk bila saya hanya mampu memberinya rongsokan puing pesawat tersebut, hahaha…! Malah kami sudah janjian, sebagai hadiah ulang tahun ke 21-nya kami akan ke Brasil nonton final Piala Dunia. Yaa, dengan puing pesawat tersebut, wkwkwkw…!

Benar bahwa realnya tak selalu seperti yang saya bayangkan. Tapi hasil takkan pernah khianat terhadap usaha. Tentu ada kebahagian lain, jika bersama Dian saya gagal mendapatkannya. Bahagia itu di sini, bukan di situ, apalagi di sana. Maka ketika tiba saatnya si BengBeng sialan itu merusak imajinasi kegembiraan masa depan saya bersama Dian, saya tak lantas hancur karenanya. Selalu ada dinamika naik turun dalam perjalanan. Maka persoalan bersama Dian saya anggap sebagai romantika hidup biasa belaka. Saya tetap percaya bahwa kini dan kelak saya bahagia. Dengan atau tak bersamanya. Toh, tak ada Dian, Rani pun jadi (lah), hahaha…!

Tulisan saya adalah soal-soal yang menggembirakan. Akan jadi anomali bila dunia nyata saya malah berselimut kegalauan. Hanya biang keladi yang akan terlihat jika hidup dihabiskan dengan melulu meratapi masa lalu. Padahal persoalan butuh solusi, bukan kambing hitam, bukan? Solusi mencapai tujuan adalah selalu bergerak maju ke depan, sebab masa depan itu adanya yaa, di depan.

Saya sangat menikmati dan melayani prosesnya. Apa yang membuat Dr Zakir Naek atau Ahmad Deedat seperti selalu mampu menjawab lugas dan tegas pertanyaan menikam dari jamaah debatnya? Saya rasa bukan soal keduanya ahli agama belaka. Sebab jika semata soal keilmuan, itu juga bisa kita dapatkan dari guru-guru agama kita dan lainnya.

Naek dan Deedat, keduanya selalu bersungguh-sungguh menjalani proses dakwahnya. Inilah kuncinya. Allah SWT Maha Pemberi Petunjuk. Allah SWT memberikan petunjuk bagi segenap makhluknya yang berakal. Maka jika ada yang mengaku belum mendapatkan hidayah layak dicurigai sebagai makhluk yang tidak berakal, hehehe…!

Tak mudah memang menemukan petunjuk. Tapi sebetulnya juga tidak susah. Bersungguh-sungguh, istiqomah itulah kuncinya. Karena hanya yang serius mencari yang akan menemukan. Hanya yang teguh berusaha yang akan peroleh hasilnya.

Dalam kesungguhan itu akhirnya saya melihat tanda-tanda. Sekali lagi, hasil takkan pernah khianat terhadap usaha. Rekreasi Hati takkan mati dengan perginya Dian, karena saya bersungguh-sungguh memperjuangkannya. Allah memperlihatkan tanda-tandaNYA dan saya tinggal meraih dan mendapatkannya, laiknya Deedat atau Naek yang tinggal buka mulut, membungkam para pendebatnya. Saya mendapatkan Rani, setelah menafsirkan tanda-tanda yang saya dapat, wkwkwkw…!

Ehh, apa lantas dengan begitu Rani akan jadi akhir bahagia saya? Belum tentu juga. Saya bisa bayangkan betapa kelak bahagia bersamanya. Tapi bisa jadi malah ada kegembiraan lain lebih yang akan saya dapatkan akhirnya. Maka jika sekarang saya bahagia, kelak saya akan tetap bahagia, dengan atau tanpanya. Tua itu pasti, bahagia itu pilihan. Maka merugilah mereka yang menua tanpa bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...