Halaman

19 Sep 2016

Selamat Datang, Ran...!



Telah lari Dian kukejar. Dian telah kabur dan Rawa Sari sudah digusur. Dian dan Rawa Sari tinggal legenda. Itulah kehendak Tuhan dan tak mesti disesali, sebab sekarang sudah ada Rani. Hahaha…!

Sangat banyak sebetulnya tanda-tanda yang saya tangkap bahwa Rani-lah Putri Penggaruk sejati. Insya Allah di buku selanjutnya (?) akan saya kisahkan betapa ajaib sejarahnya. Tapi setidaknya, saya pribadi merasakan bahwa She’s the One and Only, wkwkwk…!

Awalnya saya pun sempat tak percaya, kenapa mesti Rani? Pernah, saat masih bekerja di perusahaan yang sama dulu saya coba mengusilinya. Suatu kali saya sedang asyik makan bakwan di pantry perusahaan. Rani lewat. Sebagai pria jantan saya pun menawarinya.

“Ran, masih ada setengah gigitan lagi, nih! Kita bagi 2 yaa!”, saya menyodorkan gorengan yang tinggal separuh itu.

“Iiih…!”, tepisnya, entah geli entah jijik, wkwkwk….!

Lagipula, dan ini mirip dengan Dian. Selisih usia saya dengan Dian 12 tahun. Seorang teman dengan begitu girangnya membully hubungan kami (saya dan Dian).

“Itu namonyo mangasuah, hahaha…!”, begitu gempita dan girangnya dia tertawa.

Dan bayangkan, apa yang akan dikatakannya saat mengetahui Rani malah lebih muda lagi ketimbang Dian, wkwkwk…!

Tapi saya juga menyadari bahwa saya dan Rani bisa jadi Dude dengan Icha-nya, Andre (Stinky) dan istrinya. Tua dan muda, sebab kanan pasangannya kiri. Laki dan perempuan. Jelek dan cakep, berondong dan veteran, wkwkwk…! Blibli com sendiri sudah mengingatkan bahwa ganteng dan cantik hanya bisa beriringan, tapi tak mungkin berjodoh.

“Rabu Ganteng, Kamis Cantik”, begitu kan katanya?

Itu sungguh menyemangati saya. Lagipula Rani suka sekali mengintili kemana saja saya pergi. Misalnya nih, saat masih sama-sama di perusahaan atas bukit itu. Saya istirahat siang, makan ke kantin Mbak Desi. Ehh, dia juga ikut-ikutan istirahat dan makan siang di situ. Bahkan saya ngomong usil sama Mbak Desi saja dia sering pula turut campur.

“Mbak Des, ketimbang berdiri-diri saja di situ, mending buatkan saya Capucino dingin”, perintah saya pada Mbak Desi, si juragan kantin.

“Lagak kau!”, sungut Mbak Desi.

Ehh, si Rani malah ikut-ikutan.

“Iya tu, Mbak Des! Dia emang gitu orangnya. Tungguin aja dia pulang, Mbak Des! Rumahnya dekat Tiban Housing”, timpalnya.

Tuuuuh, kan…? Rani tau segalanya tentang saya. Jangan-jangan di mana saya kerja dia tahu juga, hahaha…! 

Apa artinya coba? Kami emang berjodoh?

Dia pasti naksir saya juga. Jam pulang saya ke parkiran ambil motor, dia ikut ambil motor ke parkiran pula. Pas lampu merah saya berhenti, dia ikut berhenti juga. Ehh giliran lampu hijau saya jalan, dia malah ikutan jalan juga. Kurang bukti apalagi coba, hahaha…!


*Selamat Datang di Rekreasi Hati, Ran...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...