Telah
lari Dian kukejar. Dian telah kabur dan Rawa Sari sudah digusur. Dian dan Rawa
Sari tinggal legenda. Itulah kehendak Tuhan dan tak mesti disesali, sebab
sekarang sudah ada Rani. Hahaha…!
Sangat
banyak sebetulnya tanda-tanda yang saya tangkap bahwa Rani-lah Putri Penggaruk
sejati. Insya Allah di buku selanjutnya (?) akan saya kisahkan betapa ajaib
sejarahnya. Tapi setidaknya, saya pribadi merasakan bahwa She’s the One and
Only, wkwkwk…!
Awalnya
saya pun sempat tak percaya, kenapa mesti Rani? Pernah, saat masih bekerja di
perusahaan yang sama dulu saya coba mengusilinya. Suatu kali saya sedang asyik
makan bakwan di pantry perusahaan. Rani lewat. Sebagai pria jantan saya pun
menawarinya.
“Ran,
masih ada setengah gigitan lagi, nih! Kita bagi 2 yaa!”, saya menyodorkan
gorengan yang tinggal separuh itu.
“Iiih…!”,
tepisnya, entah geli entah jijik, wkwkwk….!
Lagipula,
dan ini mirip dengan Dian. Selisih usia saya dengan Dian 12 tahun. Seorang
teman dengan begitu girangnya membully hubungan kami (saya dan Dian).
“Itu
namonyo mangasuah, hahaha…!”, begitu gempita dan girangnya dia tertawa.
Dan
bayangkan, apa yang akan dikatakannya saat mengetahui Rani malah lebih muda
lagi ketimbang Dian, wkwkwk…!
Tapi
saya juga menyadari bahwa saya dan Rani bisa jadi Dude dengan Icha-nya, Andre
(Stinky) dan istrinya. Tua dan muda, sebab kanan pasangannya kiri. Laki dan
perempuan. Jelek dan cakep, berondong dan veteran, wkwkwk…! Blibli com sendiri
sudah mengingatkan bahwa ganteng dan cantik hanya bisa beriringan, tapi tak mungkin
berjodoh.
“Rabu
Ganteng, Kamis Cantik”, begitu kan katanya?
Itu
sungguh menyemangati saya. Lagipula Rani suka sekali mengintili kemana saja
saya pergi. Misalnya nih, saat masih sama-sama di perusahaan atas bukit itu.
Saya istirahat siang, makan ke kantin Mbak Desi. Ehh, dia juga ikut-ikutan
istirahat dan makan siang di situ. Bahkan saya ngomong usil sama Mbak Desi saja
dia sering pula turut campur.
“Mbak
Des, ketimbang berdiri-diri saja di situ, mending buatkan saya Capucino
dingin”, perintah saya pada Mbak Desi, si juragan kantin.
“Lagak kau!”, sungut Mbak
Desi.
Ehh, si Rani malah
ikut-ikutan.
“Iya tu, Mbak Des! Dia
emang gitu orangnya. Tungguin aja dia pulang, Mbak Des! Rumahnya dekat Tiban
Housing”, timpalnya.
Tuuuuh, kan…? Rani tau
segalanya tentang saya. Jangan-jangan di mana saya kerja dia tahu juga,
hahaha…!
Apa artinya coba? Kami
emang berjodoh?
Dia pasti naksir saya juga.
Jam pulang saya ke parkiran ambil motor, dia ikut ambil motor ke parkiran pula.
Pas lampu merah saya berhenti, dia ikut berhenti juga. Ehh giliran lampu hijau
saya jalan, dia malah ikutan jalan juga. Kurang bukti apalagi coba, hahaha…!
*Selamat Datang di Rekreasi Hati, Ran...!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar