Si Yel: kwkwkw...!
Lia: kwakwakwak...!
Roni: behahaha...!
Neneng: qiqiqi...!
Aini: kahkahkah...!
Kalian...?
Onomatopoeia (penulisan bunyi)
sesuatu di suatu negara atau daerah memang bisa saja berbeda dengan negara atau
daerah lainnya. Penulisan bunyi petir di Jepang dan di Indonesia tidaklah sama.
Pun begitu dengan banyak kasus lainnya. Di kampung saya meneriakkan ‘kruuun…kruuun’,
adalah cara memanggil ayam untuk berkumpul atau pulang ke kandang misalnya.
Tapi kata si Yuyun kalau di Batam manggilnya mesti, ‘kerrr…kerrr’…! Haha…!
Tapi ada satu hal yang sangat
mengusik saya belakangan ini. Perselisihan pendapat tentang penulisan yang
benar itu ‘Insya Allah’ atau ‘Insha Allah’. Sebetulnya ini bukan masalah serius
jika cuma soal penulisan bunyinya. Tak ada yang benar atau salah sepanjang yang
bersangkutan konsisten terhadapnya. Konsisten terhadap bahwa jika hurufnya ini
penulisannya begini. Its not a big problem.
Tapi akan segera menjadi masalah
besar yang bisa menyesatkan suatu bangsa jika prinsip individu begitu dicampur
adukkan dengan prinsip umum. Karena jika yang benar menurut mereka adalah Insha
Allah ini akan bertabrakan dengan konsesus yang selama ini kita sepakati sebagai
shalat. Maka jika ingin menggunakan kata ‘Insha Allah’, sebagai pengganti ‘Insya
Allah’, gunakan juga kata ‘syalat’ mengganti kata ‘shalat, sebab sha dan sya
adalah 2 huruf yang berbeda, PAHAAAM…!
Ketika ‘Insya Allah’ ini booming
sekitar setahun dua belakangan ini saya sempat heran, dari mana munculnya
persoalan ini. Dan bulan Ramadhan ini saya makin meyakini bahwa ini adalah
suatu proyek untuk mengacaukan pengetahuan tentang Bahasa Arab, bahasa kitab
suci kita umat Islam: Al-Quran. Kenapa? Karena selama Ramadhan ini saya
perhatikan SELURUH TIVI menuliskan kata ‘Ramadan’, bukan ‘Ramadhan’ seperti
yang kita ketahui biasanya. Huruf Da dan Dha dalam bahasa Arab itu adalah 2
huruf yang berbeda sangat jauh.
Saya telah amati sejak sebelum
Ramadhan, saat mereka gencar-gencarnya promo program-program Ramadhannya. Ini
tentu mesti kita waspadai serius. Umat tidak lagi sekedar dibuat bingung
membedakan yang ini dengan yang itu, tapi juga sudah dibuat keliru dengan
menganti yang ini dengan yang itu. Al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam
memang takkan bisa mereka otak-atik karena Allah sendiri yang akan menjaga
kemurniaannya. Itulah kenapa konspirator ini memutar-mutar bahasa Arab agar
kita bingung dan jauh darinya yang tentu saja berujung dengan menjauhnya umat
dari Al-Quran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar