Halaman

18 Jun 2016

Onomatopoeia Ramadhan



Si Yel: kwkwkw...!
Lia: kwakwakwak...!
Roni: behahaha...!
Neneng: qiqiqi...!
Aini: kahkahkah...!
Kalian...?

Onomatopoeia (penulisan bunyi) sesuatu di suatu negara atau daerah memang bisa saja berbeda dengan negara atau daerah lainnya. Penulisan bunyi petir di Jepang dan di Indonesia tidaklah sama. Pun begitu dengan banyak kasus lainnya. Di kampung saya meneriakkan ‘kruuun…kruuun’, adalah cara memanggil ayam untuk berkumpul atau pulang ke kandang misalnya. Tapi kata si Yuyun kalau di Batam manggilnya mesti, ‘kerrr…kerrr’…! Haha…!

Tapi ada satu hal yang sangat mengusik saya belakangan ini. Perselisihan pendapat tentang penulisan yang benar itu ‘Insya Allah’ atau ‘Insha Allah’. Sebetulnya ini bukan masalah serius jika cuma soal penulisan bunyinya. Tak ada yang benar atau salah sepanjang yang bersangkutan konsisten terhadapnya. Konsisten terhadap bahwa jika hurufnya ini penulisannya begini. Its not a big problem.

Tapi akan segera menjadi masalah besar yang bisa menyesatkan suatu bangsa jika prinsip individu begitu dicampur adukkan dengan prinsip umum. Karena jika yang benar menurut mereka adalah Insha Allah ini akan bertabrakan dengan konsesus yang selama ini kita sepakati sebagai shalat. Maka jika ingin menggunakan kata ‘Insha Allah’, sebagai pengganti ‘Insya Allah’, gunakan juga kata ‘syalat’ mengganti kata ‘shalat, sebab sha dan sya adalah 2 huruf yang berbeda, PAHAAAM…!

Ketika ‘Insya Allah’ ini booming sekitar setahun dua belakangan ini saya sempat heran, dari mana munculnya persoalan ini. Dan bulan Ramadhan ini saya makin meyakini bahwa ini adalah suatu proyek untuk mengacaukan pengetahuan tentang Bahasa Arab, bahasa kitab suci kita umat Islam: Al-Quran. Kenapa? Karena selama Ramadhan ini saya perhatikan SELURUH TIVI menuliskan kata ‘Ramadan’, bukan ‘Ramadhan’ seperti yang kita ketahui biasanya. Huruf Da dan Dha dalam bahasa Arab itu adalah 2 huruf yang berbeda sangat jauh.

Saya telah amati sejak sebelum Ramadhan, saat mereka gencar-gencarnya promo program-program Ramadhannya. Ini tentu mesti kita waspadai serius. Umat tidak lagi sekedar dibuat bingung membedakan yang ini dengan yang itu, tapi juga sudah dibuat keliru dengan menganti yang ini dengan yang itu. Al-Quran sebagai pedoman hidup umat Islam memang takkan bisa mereka otak-atik karena Allah sendiri yang akan menjaga kemurniaannya. Itulah kenapa konspirator ini memutar-mutar bahasa Arab agar kita bingung dan jauh darinya yang tentu saja berujung dengan menjauhnya umat dari Al-Quran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

4 Hal Penting Dalam Menulis

Saya beberapa kali dipercaya menjadi juri event menulis. Untuk naskah normal terbaik, nilai maksimal yang saya berikan adalah 8. Tapi bukan ...